Akhirnya ijab qobul yang dilaksanakan di masjid yang berada di dalam area perumahan di mana mereka digrebrek tadi malam berjalan dengan lancar. Kedua keluarga dari kedua mempelai turut hadir semua. Ada Pak Lurah, Pak RT dan beberapa warga yang menjadi saksi pernikahan mereka.
Mengenai Danisha, dia masih nampak shock. Sejak semalam saat Danisha tiba di rumah, gadis itu mengurung diri di dalam kamar. Eyang yang tidak tahu harus berbuat apa akhirnya menelepon papi dan mami Danisha. Eyang menceritakan semua yang telah terjadi pada cucunya. Pak Aldy tak kalah shock mendengarkan apa yang disampaikan eyang hingga mereka memutuskan berangkat ke Jogja menggunakan pesawat paling pagi.
Dan di sinilah mereka semua berada. Menyaksikan sakralnya pernikahan Danisha dan Kenatria. Sebelum acara ijab qobul berlangsung, Ken beserta keluarganya sudah lebih dulu saling bersilaturahmi dengan keluarga Danisha. Tak lupa Ken juga menceritakan asal muasal kenapa dia dan Danisha harus menikah. Beruntungnya keluarga Revaldy adalah keluarga yang baik dan ramah. Bahkan Pak Revaldy sempat meminta maaf pada Ken karena kejadian yang membuat mereka digrebrek itu juga karena ulah Danisha. Seandainya Danisha tidak memiliki trauma mungkin dia tidak akan bertingkah diluar batas kewajaran.
Tapi kembali lagi, semua sudah terjadi. Baik Ken dan juga Danisha beserta seluruh anggota keluarga sudah menerima semua ini dengan ikhlas.
Bunda Anyelir, Camila (Adik perempuan Ken), Pakde Samsul serta Dio menarik napas lega saat Ken berhasil melafalkan ijab qobul dengan lancar. Bunda Anyelir hanya bisa pasrah dan ikhlas dengan semua yang telah terjadi pada anak sulungnya. Semalam dia tidak bisa tidur hanya karena memikirkan semua ucapan Ken. Hingga tadi pagi Bunda Anyelir sudah tak sabar mendengarkan semua penjelasan putranya. Begitu Ken menceritakan semuanya, Bunda Anyelir sempat shock karena Ken menemukan jodohnya dengan cara yang tak biasa.
***
‘Seandainya kalian berada di posisiku apa yang akan kalian lakukan?’ Sedih sudah pasti karena semua seperti mimpi. Begitulah kira-kira yang selalu ingin Danisha tanyakan pada orang lain yang mungkin saja memiliki nasib sepertinya.
Tak pernah Danisha berfikir untuk menikah saat ini. Jangankan menikah, berdekatan dengan laki-laki saja dia masih sedikit takut. Meski tak separah dulu, tetap saja Danisha masih belum bisa melakukan kontak fisik sekali pun itu hanya berpegangan tangan dengan lawan jenis.
Jujur saja malam itu Danisha begitu ketakutan. Terlebih saat dia disidang oleh warga, rasa takut semakin menjadi.Danisha tak bisa berkata apapun bahkan sekedar membantah tuduhan warga juga tak mampu dia lakukan. Semua salahnya. Seandainya dia bisa mengontrol diri pasti orang-orang itu tidak akan berpikiran buruk. Tapi semua sudah terjadi. Tak akan bisa diulang kembali.
Papi, Mami, Eyang, mereka semua pasti percaya padanya meskipun tak bisa dipungkiri jika mereka juga terlampau terkejut dengan apa yang terjadi padanya. Bersyukurnya, Danisha mempunyai keluarga yang begitu menyayanginya. Mereka tak ada yang menghakimi justru mereka mendukung, dan menyemangati agar gadis itu bisa menjalani semua. Danisha pernah berada di fase paling buruk dalam hidupnya dan dia mampu melalui semuanya. Jadi sekarang dia pun harus kuat dan harus bisa tetap survive.
Papinya sendiri yang kini telah menikahkannya dengan lelaki yang Danisha tahu bernama Kenatria. Dengan dituntun oleh penghulu yang telah dihadirkan oleh Pak Lurah, Danisha telah sah menjadi seorang istri.
Tak pernah ia sangka jika akan menikah di usia yang masih belia yaitu delapan belas tahun. Bahkan Danisha juga baru mulai kuliah semester satu.
"Sayang, ayo cium tangan suamimu." Mami berbisik di telinga putrinya karena sedari tadi Danisha hanya diam sibuk dengan pemikiran sendiri.
Danisha mendongak dan menoleh ke arah lelaki yang duduk disebelahnya. Dia ulurkan tangannya yang disambut oleh Ken. Dicium punggung tangan pria itu, selanjutnya ia raskaan jika Ken menunduk dan mencium kening Danisha. Hanya sekilas tapi mampu membuat gadis itu menegang. Bagai disengat listrik ribuan watt saat sesuatu yang basah dan kenyal menyentuh keningnya. Pipi Danisha memanas, ini pertama kalinya dia harus berinteraksi melakukan kontak fisik dengan lelaki asing.
Acara yang begitu sederhana. Tidak ada pesta hanya ijab qobul tetapi semua yang hadir di sini terlihat begitu lega. Mungkin inilah jalan Danisha menemukan jodoh karena digrebrek warga. Antara sedih dan malu bercampur menjadi satu.
***
Seusai acara ijab qobul, keluarga Ken mengikuti keluarga Revaldy pulang ke rumah Eyang. Ternyata rumah eyangnya Danisha masih agak jauh dari tempat ini. Semua berawal dari kesalahan Ken yang salah mengetik alamat pada aplikasi google map. Alamat yang benar harusnya Sidomoyo, tapi dia menuliskan Sidomulyo. Sepertinya Ken juga yang salah saat membaca KTP Danisha waktu itu. Kesalahan yang berujung sangat fatal. Kalau saja Ken tak salah mengetik alamat mungkin mereka tak akan terjebak di kampung orang.
Tiba di kediaman Eyang, mereka sepakat untuk membicarakan kembali tentang pernikahan Ken dan Danisha.
"Ken, bagaimana pun juga kalian sudah sah secara agama sebagai suami istri. Kita masih punya kewajiban untuk mendaftarkan pernikahan kalian secara negara." Pak Aldy berkata pada Ken.
"Saya akan mengurus semuanya, Pak. Semua berkas-berkas akan segera saya siapkan," jawab Ken.
"Terima kasih karena kamu mau menikah dengan putri saya. Saya berharap jika pernikahan ini dapat dijalani sebagai mana mestinya."
"Pasti saya akan mencobanya. Tapi maaf saya tidak bisa tinggal di sini. Sore nanti saya dan keluarga harus kembali ke Surabaya. Saya janji pasti akan datang lagi kemari jika berkas-berkas yang dibutuhkan sudah selesai. Jika perlu apa-apa mungkin bisa menghubungi saya atau Pakde saya yang kebetulan tinggal tak jauh dari sini." Penjelasan Ken pada Pak Aldy.
"Oh, tak apa. Nanti Papi juga akan bantu menyiapkan berkas punya Danisha. Untuk pendaftaran nikah kalian nanti Papi juga akan bantu."
"Terima kasih, Pak."
"Jangan panggil Pak. Panggil Papi. Kamu sudah menjadi bagian keluarga kami."
"Baiklah, Pi."
Danisha masih saja terdiam sejak tadi. Dia tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Dengan sekejap mata dia sudah berganti status menjadi seorang istri. Danisha masih bingung karena jujur dia sama sekali belum siap untuk menikah bahkan berfikir untuk menikah pun tak pernah terlintas dalam benaknya.
***