[ Ata - 08 ]

1048 Words
"Ya, dia akan menjadi adik mu.  dia akan menjadi putra bungsu Mommy sama Daddy." Mutlak Mahendra tegas membuat Renata tersenyum manis kearah suaminya. "Dia juga akan menjadi putra bungsu Papa sama Mama," sahut Mahesa tak ingin kalah. "Jadi, bocah ini akan jadi adek kita?" tanya duo Che berbarengan. "Ya, dia akan menjadi adik kalian." jawab Mahesa. "Yeeyyyy!" Girang duo Che. "Akhirnya kita punya adek yang imut!" ucap Cheya heboh. "Setidaknya dia memiliki banyak ekspresi, tidak datar." tambah Cheyi membuat Arsen mendengus. "Akhirnya mama memiliki putra yang menggemaskan," ucapan Sinta yang diangguki Renata. "Aku akan membelikannya barang-barang yang lucu," kata Cheya seraya mengotak atik ponselnya yang terpampang situs belanja online. "Aku akan membelikannya banyak mainan. ahh, aku tidak sabar ingin bermain dengannya." ucapan Cheyi membuat semua orang tersenyum lebar, Mahesa dan Mahendra hanya tersenyum tipis. "YEEYYYY! AKHIRNYA!" teriak duo Che heboh. "Abang, jangan ganggu Ata. Ata masih ngantuk," racaunya dengan nada merengek serta mata tertutup rapat. Renata, Sinta, serta duo Che mengigit bibirnya kuat menahan gemas. berusaha tenang agar tidak menggangu tidur Ata. ______ Sudah satu jam mereka berada dalam kamar Arsen, tidak ada yang berniat keluar dari sana. bocah mungil itu pun masih terlelap dalam mimpi indahnya. Mereka hanya diam memandang kearah Ata tanpa berniat untuk membangun kannya. semua barang yang dibelikan Cheya pun sudah sampai. mulai dari baju, celana, hoodie, sweater, bahkan kaos kaki berbagai motif. untuk perlengkapan mandi sudah tersedia secara lengkap. "Eunghh.." Lenguhan terdengar dari bibir mungil Ata, semua mendekat kearah kasur. pasalnya sedari tadi mereka duduk di sofa yang berada di kamar Arsen. Arsen mendekat kearah kanan Ata. "Sudah bangun, hm? minum dulu," ucap Arsen seraya menyodorkan gelas kehadapan Ata. Ata mengangguk kemudian meminum air yang disodorkan Arsen, netranya memperhatikan sekitar yang terasa asing menurutnya. "Abang, tante cantik itu siapa?" tanya Ata begitu melihat kearah Renata dan Sinta. "Panggil mommy, sayang." ucap Renata. "Mommy?" panggil Ata ragu. "Mommy Renata, Mommy kandung abang kamu, sayang." ucap Renata semangat. "Abang Arsen?" tanya Ata yang diangguki Renata. "Kalo tant- "Mama Sinta, panggil Mama, ya, sayang?" ucap Sinta memotong pertanyaan Ata untuk memperkenalkan dirinya. Ata hanya mengangguk. netranya beralih kepada dua pria paruh baya yang hanya berdiam diri seperti patung di sebelah kanannya. Seakan paham, Renata memperkenalkan suami dan juga kakak iparnya. "Ini Daddy Mahendra suami Mommy, panggil Daddy, ya, sayang?" kata Renata. "Daddy?" panggil Ata dengan ragu karena takut dengan tatapan datar dari Mahendra. "Ya, panggil Daddy sayang, hm." ucap Mahendra, kemudian mengecup pipi sebelah kanan Ata. pasalnya sedari tadi dia menahan diri untuk tidak mencium pipi Ata yang terlihat menggoda untuk dikecup. "Kalo yang it- "Panggil Papa sayang, Papa Mahesa." ucap Mahesa dengan lembut lalu mencuri kecupan di pipi kiri Ata, Renata hanya mendengus kala kakak iparnya memotong ucapannya. Ata kembali mengangguk, netranya mengarah pada duo Che yang terlihat memandang kearahnya. "Kakak kok mirip, kakak kembar?" Pertanyaan polos Ata membuat Cheya berteriak heboh. "KYAAAA! GEMESSSS BANGET!" teriak Cheya sambil mencubit pipi berisi Ata. "Awww," Pekik Ata yang merasa nyeri pada pipinya, Arsen langsung menatap tajam kearah Cheya. Cheyi mendengus merasa kalah start dari Cheya untuk mencubit pipi berisi milik Ata. "Udah sayang, liat tuh pipi adeknya merah." Peringat Sinta kepada putrinya, yang diperingati hanya terkekeh. Arsen masih mengelus pipi Ata yang memerah dengan lembut, sesekali mengecupnya. "Abang~" panggil Ata setengah merengek. "Kenapa, hm?" sahut Arsen yang masih setia mengelus pipi ata. "Ata laper," Adunya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungil miliknya. Semua hanya terkekeh geli melihat tingkah Ata barusan. Arsen bangkit untuk menggendong Ata, namun didahului oleh Mahendra, Daddynya. Ata yang terkejut pun langsung memeluk leher Mahendra dengan erat. yang lain mengikuti dari belakang untuk ke ruang makan yang berada di lantai satu. Arsen yang masih terpelongo dengan apa yang dilakukan Daddynya pun seketika tersadar setelah menyadari hanya dirinya yang tertinggal di sini. _____ Di sinilah Ata berada sekarang. duduk di atas pangkuan Mahendra yang tengah menyuapinya bubur. Tadi setelah mengadu dirinya lapar, Mahendra langsung membawanya turun ke lantai satu tempat ruang makan berada. Arsen duduk di sampingnya dengan memakan makanannya dengan tenang. sedangkan yang lain hanya diam memperhatikan Ata yang terlihat lucu dengan pipi mengembung memakan bubur dengan ogah-ogahan. "Abang, Ata pengen ayam tepung." pintanya melihat banyak jejeran berbagai macam olahan ayam di depannya. "Nggak! adek baru sembuh, makan bubur dulu." kata Arsen tegas membuat Ata mengangguk patuh. Yang lain hanya diam, tidak ingin ikut campur dalam perdebatan abang dan adik itu. "Buburnya habisin sayang," suruh Renata kepada Ata. "Iya, Mom." sahutnya dengan kembali menerima bubur yang disuapkan oleh Daddynya dengan cepat. "Pintar banget, sayang." Pujii Sinta setelah melihat bubur yang ada di mangkuk telah habis tanpa sisa Ata mengangguk, tangannya beralih mengambil gelas yang ada di depannya. namun, gerakannya terhenti karena cekalan tangan lain. "Biar abang ambilin," Ata mengangguk lucu. kemudian menerima gelas yang disodorkan Arsen padanya. Setelah selesai makan, Arsen langsung mengambil alih Ata dari pangkuan Daddynya. berlalu tanpa berkata apa-apa dengan Ata berada di gendongan koalanya dan berjalan menuju lift untuk sampai ke kamar. Semua yang berada di meja tersenyum melihat kepergian Arsen. Arsen yang begitu cuek pada sekitar sekarang menjadi sosok yang begitu peduli, Arsen yang biasanya berkata dingin sekarang begitu hangat, karena bocah yang sangat menggemaskan menurut mereka. Ata, tentu saja. _____ Di sinilah sekarang kakak beradik itu berada, di sofa panjang yang berada di kamar Arsen dengan Ata di atas pangkuan Abangnya. "Abang, Ata kapan pulang?" tanya Ata mendongak menatap Arsen. "Pulang kemana?" tanya Arsen balik. "Dengerin abang. adek sekarang tinggal disini sama abang, ada Mommy, Daddy, Papa sama Mama. adek nggakk bakal sendirian lagi. abang nggak mau liat adek sedih, abang nggak mau liat adek sakit lagi. harus mau, ya?" Ata mengangguk. matanya berkaca-kaca menatap Arsen, dengan sigap Arsen membawa Ata ke dalam pelukannya. Ata terisak dalam pelukan Arsen. sungguh, Ata merasa nyaman dengan keluarga abangnya ini. hanya saja, butuh waktu untuk beradaptasi agar tidak merasa canggung. "Ata sayang.. abang." cicit Ata pelan namun terdengar sampai telinga Arsen. "Ngomong apa sih? abang nggak denger, " Tentu saja Arsen berbohong. Arsen mendengar ucapan Ata dengan sangat jelas. dia hanya ingin menggoda adik mungilnya ini. Bibir mungil Ata mengerucut kedepan. berusaha melepaskan pelukan dari abang Arsen. matanya menatap sengit kearah Arsen dengan bibir mungilnya yang terbuka untuk mengatakan sesuatu, namun urung setelah mendengar suara kelakar nyaring dari Arsen. "Hahaha.. hahahahhaha.. hahahaha.. hahahahahahaha.. hahahaha.. hahaha.. aduh hahaahaha.. haha."  "Hiks!" ______
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD