"Loh, bang Arsen?" Axel mengernyit heran.
Raut kebingungan terlihat jelas di wajah Axel. begitu juga dengan Rico dan Zayn. sebelumnya Arsen dkk tidak pernah masuk kedalam kelas mereka, bahkan keenamnya sangat sulit untuk bergaul dengan murid yang lain.
"Hm," Arsen hanya berdahem menanggapi kebingungan Axel.
"Ya udah, yuk kantin."
Axel tambah bingung, Arsen bicara dengan Ata? batinnya bertanya.
"Tunggu-tunggu, berarti yang ditunggu sama ni bocah. kalian semua?" Tunjuk Rico kepada kakak sepupunya tersebut, ya! Rico, Axel, dan Zayn masih sepupuan dengan Arsen.
"Ya iyalah, siapa lagi kalo bukan kita." menyombongkan diri. Gilang maju meraih tangan Ata untuk berjalan keluar kelas menuju kantin. diikuti Arsen dan yang lain. sedangkan Axel, Rico, dan Zayn menatap bingung kearah mereka yang sudah keluar kelas.
____
"Adek mau apa?" Dery bertanya ketika mereka sudah duduk di bangku kantin dengan Arsen di samping Ata.
"Ata mau bakso, boleh?" tanya Ata ragu. netranya sambil menatap polos kearah mereka yang memandangnya lembut.
"Boleh kok, nggak ada yang larang." sahut Elang. tangannya mengelus pipi Ata dengan lembut.
Dery berlalu memesan makanan untuk Ata dan para sahabatnya. sebelum melangkah jauh, suara dingin Bara berhasil menghentikan langkah Dery sejenak.
"Jangan lupa s**u buat Ata," peringat Bara yang diacungi jempol oleh Dery.
Dery kembali dengan seorang pelayan yang membawa makanan mereka, duduk dengan tenang menatap Ata yang berbinar melihat semangkok bakso dengan mata berkedip lucu. lalu mendongak menatap mereka memandang dirinya gemas.
Ata memasukkan sepotong bakso kedalam mulutnya. mengunyah dengan pelan, pipinya bergerak seirama gerakkan mengunyah. menambah kesan imut, bahkan Biru sampai membuat video Ata mengunyah agar puas memutar ulang adegan yang sangat menggemaskan baginya ini.
Ata yang merasa ditatap pun mendongak, benar saja. mereka sedang memandang dirinya yang sedang makan, apakah abangnya mau? pikir Ata dalam hati.
Menyuapkan bulatan kecil kedalam mulut Arsen yang langsung diterima dengan senyum mengembang. ahh, adiknya ini sangat peka pikir Arsen. mungkin membuat temannya iri adalah ide yang bagus, bibirnya menyunggingkan senyum miring.
"Hm, enak." ujar Arsen setelah menelan bakso tersebut. bibirnya mencuri kecupan pada pipi kiri Ata seraya tersenyum mengejek kearah Sahabatnya yang sedang menatapnya datar. membuat kelima sahabatnya mendelik, 'apa-apaan ini' pikir mereka.
Bel sekolah berbunyi 5 menit yang lalu. sekarang Ata sedang menunggu bus sendirian. mereka ingin mengantarnya pulang, namun Ata menolak. lagi-lagi tidak ingin merepotkan mereka.
Sebelum berangkat ke cafe, Ata sudah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai. begitu bus datang, Ata segera bangkit, bergegas untuk masuk kedalam.
17:00
Ata membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. belum sempat Ata melangkah pergi, Aldi menghampirinya dan memberikan gaji bulan ini. Ata langsung mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk pulang.
Ata berjalan menulusuri trotoar dengan langkah pelan. seakan ingat sesuatu ata berhenti, tangannya membuka resleting tas yang dia kenakan. melihat catatan kecil yang selalu berada dalam tas hitam miliknya, sedikit berlari untuk sampai tujuan. menghela nafas panjang kemudian tduduk di bawah dua gundukan tanah kedua orang tuanya. ya, Ata mengunjungi makam kedua orangtuanya.
Hujan turun dengan deras, langit menghitam dengan gemuruh serta kilat yang sesekali terdengar. namun Ata tetap berjongkok di depan makam ibu dan ayahnya. tidak berniat untuk berteduh sedikitpun. air hujan membasahi tubuh kecilnya. Ata tersenyum pahit kemudian terisak tanpa suara. Ata mengigit kuat bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa sesak yang dia rasakan. dirinya lelah hidup sendiri, lelah berpura-pura baik di depan semua orang. faktanya, hatinya selalu merasa sepi, kosong dan rapuh saat sendiri.
Ata terduduk sambil memegang dadanya. mencekram dengan kuat, sesekali memukulnya mencoba menghilangkan rasa sesak yang mengganggunya.
"Bunda, Ayah. Ata nggak kuat."
Sementara di tempat lain, di kediaman Hiller. Arsen termenung memikirkan sesuatu. entahlah, perasaannya tiba-tiba gelisah memikirkan Ata, dirinya bingung. mengapa tidak meminta nomor ponsel Ata saja jika tahu akan seperti ini.
____
Ata langsung terserang demam setelah kembali dari pemakaman, tubuhnya menggigil hebat. padahal sudah memakai jaket tebal, celana panjang, serta kaus kaki. bahkan selimut yang sangat tebal tidak memberikan efek apapun pada tubuh mungilnya.
Kepalanya pusing, perutnya terasa nyeri, dadanya terasa sesak, bahkan nafasnya memberat. mungkin ini hari terakhir Ata di dunia, gumamnya sebelum kelopak matanya tertutup rapat.
_____
07:00
Sudah setengah jam Arsen dan yang lainnya menunggu Ata di parkiran. tapi, tidak ada tanda-tanda Ata akan datang.
"Mungkin adek gak sekolah," celetuk Gilang memecah keheningan diantara mereka.
"Gak mungkin lah, adek gue 'kan rajin." sahut Dery dengan pikiran positifnya.
Arsen diam. begitu juga dengan Bara, Biru dan Elang. Arsen bangkit, diikuti mereka dari belakang, Gilang mengernyit begitu tahu tujuan Arsen.
"Kok ke kelas adek?" tanya Gilang bingung setelah mereka sampai di depan kelas 10 IPA 1. tidak ada yang menyahut, pasalnya mereka juga sama bingungnya dengan Gilang.
Arsen masuk diikuti yang lain, seketika kelas menjadi hening dengan kedatangan mereka, berjalan menuju meja paling belakang yang terdapat Axel serta kedua temannya.
"Ata?" Axel mencoba menangkap maksud Arsen menyebut nama 'Ata'. seakan paham, Axel menjawab.
"Ata belum dateng bang, kenapa?" tanya Axel balik. bukannya apa, hanya saja Ata seharusnya sudah duduk manis di tempatnya jam segini.
Tanpa berkata apapun. Arsen melangkah keluar, diikut kelima sahabatnya dari belakang.
"Biru, cari tau alamat Ata." perintah Arsen tanpa menoleh kebelakang. kakinya terus berjalan ke arah parkiran.
Biru diam tidak menjawab apapun. tangannya bergerak lincah untuk mencari alamat Ata, sesuai perintah Arsen.
"Jalan anggrek no×××××." beritahu Biru setelah menemukan apa yang Arsen minta. mereka bergegas memasuki mobil masing-masing dengan Gilang bersama Arsen, Biru dan juga Bara. sedangkan Dery berdua dengan Elang.
Mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi. tidak memperdulikan sumpah serapah pengendara lain, yang ada di pikiran mereka hanya Ata. mobil mereka yang melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba berhenti setelah sampai di tempat tujuan, ternyata alamat rumah Ata tidak jauh dari sekolah.
Rumah sederhana menjadi objek pandangan keenam pemuda tersebut, mereka mengernyit heran karna terlihat sepi, bahkan sangat sepi untuk ukuran rumah yang berpenghuni.
"Ini alamatnya bener nggak sih," kesal Gilang merasa dipermainkan.
"Di datanya sih emang bener," sahut Biru. tangannya kembali mengecek handphone, guna memastikan alamat untuk kesekian kalinya.
"Masuk." gumam Bara datar.
Mereka berjalan beriringan menuju pintu utama.
"Ketok dulu jangan main nyelonong," ujar Elang buka suara.
Tok.. tok.. tok..
Hening...
Tok.. tok.. tok..
Hening
Tok.. tok.. tok..
"Nggak ada orang kali," celetuk Dery yang masih memperhatikan Gilang mengetuk pintu.
"Permisii... pakett.. ibu bapak paketnya..."
Plakkk
Elang menggeplak kepala Gilang dengan tidak santuy seraya berkata. "Yang sopan!" ujar Elang dingin. Gilang dibuat merinding begitu mendengar suara Elang. Gilang beringsut mundur mendekati Dery yang cekikikan di tempat.
"Dobrak!" perintah Arsen membuat Bara maju, begitu pula dengan Biru yang berada di samping Bara.
Dengan perhitungan yang matang keduanya mulai membenturkan tubuhnya dengan pintu dan pada dobrakan ke tiga pintu berhasil terbuka.
"Nahkan, rumahnya emang sepi. alamat palsu ini mah," Menghiraukan ucapan Gilang. Arsen masuk menelusuri semua tempat hingga tatapannya berhenti pada sebuah pintu yang diyakini adalah kamar.
Arsen melangkah lebih dekat untuk membuka pintu, yang lain hanya diam memperhatikan. begitu pintu terbuka, Arsen dibuat lemas melihat pemandangan di depannya ini.
_____