Dizka dan Cintya menarik tangan Selena ke tempat sepi saat keluar dari aula. Kedua sahabatnya mulai mengintrogasi Selena.
"Gue gak tahu kalau Al kuliah di sini," ucap Dizka yang kaget melihat Anthony.
"Kok lo gak kaget, Sel? Jangan-jangan lo sudah tahu kalau Al ngampus di sini?" tanya Cintya dengan mata memicing penuh selidik.
Selena menghela napaa dalam. "Kalian gak baca nama mahasiswa baru dari nomor pertama?"
Merek kompak menggeleng. Selena memalingkan wajah ke arah taman di mana tidak sengaja ia melihat Anthony berjalan di kelilingi gadis-gadis. Dizka dan Cintya ikut menatap ke arah pandang Selena.
"Banyak banget saingan lo, Sel? Tapi gue yakin lo bakalan menang, " ucap Dizka membuat Selena menatapnya.
"Kalian jangan bicara tentang dia lagi. Aku... Aku mau melupakan dia."
"Apa?" Dizka dan Cintya kaget mendengar ucapan Selena. Melihat raut wajah sabahatnya kusut membuat kedua gadis itu menepuk pundak Selena.
"Yakin mau lupain, Al? Kenapa gak balikan aja kalau masih sayang?"
Selena berjalan mendekati kursi panjang lalu duduk sembari memeluk tasnya.
"Susah kalau ngejar orang yang gak suka sama kita. Aku sudah capek, " sahut Selena. Dizka dan Cintya ikut duduk di sampingnya.
"Kalau gak dikejar, ya, gak bisa bersama, tapi lo harus ngasi batasan selama apa lo ngejar dia. Kalau dia cuek dan gak respek ya tinggalkan saja, " kata Dizka.
"Tapi dari pengelihatan gue kayaknya Al masih suka sama lo. Dari tatapan matanya saat menatap lo di depan itu beda. Gue bisa rasain energinya," ujar Cintya sambil memejamkan mata.
Selena menghela napas dalam. Ia bingung sebenarnya mereka berdua mendukung Selena melupakan Anthony atau justru ingin menjadi Mak Comblang?
"Sudah ah, aku mau makan di kantin, sudah lapar dari tadi." Selena bergegas pergi meninggalkan kedua temannya yang berlari menyusul.
Keadaan kantin cukup ramai sampai-sampai tidak ada bangku kosong yang tersedia. Tatapan Selena terkunci pada sosok Anthony yang sedang berbincang dengan seorang gadis. Selena yang lapar seketika kenyang melihat Anthony bicara panjang lebar dengan wanita itu. Bahkan mereka tertawa lepas.
"Kayaknya bukan mahasiswa baru deh. Emang paling benar kamu lupain dia," kata Dizka tepat sisi telinga kiri Selena.
"Bisa jadi mereka sudah kenal di luar kampus. Siapa tahu gadis itu saudaranya, " ucap Cintya di sisi kanan Selena.
"Tapi kalau dipikir-pikir Anthony suka tebar pesona gak sih? Dia kelihatan senang di dekati cewek-cewek. Kalau gue jadi lo sudah gue lupain dari dulu," lanjut Dizka. Raut wajah Selena berubah murung menatap Anthony dari kejauhan.
"Mungkin dia tipe cowok yang menghargai cewek. Dia gak mau nyakitin hati cewek yang lemah lembut jadi dia berusaha bersikap baik, " sahut Cintya.
Selena memejamkan mata mendengar suara kedua sahabatnya yang tak berhenti berdengung di telinga.
"Stop!" ucap Selena lalu menatap sahabatnya bergantian. "Kalian kenapa sih bicara dekat telinga aku?"
"Ya biar kamu sadar saja kalau setiap peristiwa ada dua sisi yang berlawanan. Siapa tahu kamu terbantu dengan opini kami," kata Cintya. Selena menggeleng pelan kepalanya jadi pusing.
"Aku mau pergi, makan di sini bikin aku gak berselera." Selena bergegas pergi sementara dua sahabatnya memutuskan untuk tetap tinggal.
Dizka dan Cintya mencari kedai yang sedikit antrian. Setelah mendapat makanan mereka pun mendekati meja Anthony.
"Hei, Al. Kita ketemu lagi, " ucap Dizka dan Cintya kompak.
"Oh? Kalian kuliah di sini juga?" tanya Anthony. Dizka bendahara kelasnya saat SMA dan salah satu orang yang dekat dengan Selena. Anthony menatap sekeliling mencari sosok Selena, tapi ia tidak menemukan keberadaan gadis itu.
Dizka dan Cintya mengambil tempat di depan Anthony dan teman wanitanya.
"Iyap, kita satu sekolah lagi. Semoga nanti kita satu kelas, " ucap Dizka setelah duduk dan meletakkan cup berisi bakso di meja.
"Dia siapa, Al?" Cintya melirik wanita cantik di samping Anthony.
"Kakak sepupuku," jawab Anthony singkat.
"Hai kalian teman SMA Al, ya?" tanya gadis itu sambil mengulurkan tangan ingin bersalaman.
"Panggil saya Queen. Dulu saya pernah belajar di sini, tapi keburu diajak tinggal di luar negeri. Dua tahun lalu saya baru pulang, " ucap Quee. Dizka dan Cintya mengangguk paham dan menyambut uluran tangan Queen dengan senyum penuh arti. Selena akan senang mendengar kabar ini.
Queen segera pergi setelah berbincang sebentar dengan Dizka dan Cintya. Gadis itu sangat menyenangkan walau kadang obrolan mereka kurang nyambung. Tatapam Dizka dan Cintya teralihkan pada Anthony yang sedang minum air mineralnya.
"Al, lo masih suka sama Selena?"
Seketika Anthony tersedak. Ditatapnya dua gadis yang kini menopang dagung menatapnya intens.
"Siapa yang suka?" gumam Anthony lalu beranjak pergi.
"Aish, nanti diambil orang baru nyesel lo, " ucap Cintya membuat langkah kaki Anthony terhenti.
"Entar Selena berpaling lo nangis." Dizka ikut memanasi. Anthony menghela napas panjang lalu pergi meninggalkan kantin.
Setelah kepergian Anthony, tiba-tiba Selena datang menghampiri kedua temannya.
"Kalian ngobrolin apa sih?" tanya Selena penasaran. Dizka dan Cintya mencondongkan tubuhnya pada Selena.
"Lo pasti ngintip dari jauhkan?"
Wajah Selena memerah. Ia tidak menyangkal ucapan sahabatnya. Sejak tadi ia memantau meja itu sambil makan roti untuk mengganjal perut. Siapa yang tidak penasaran melihat mereka berempat ngobrol seru.
"Lo mau tahu siapa cewek itu?" Selena dengan polosnya mengangguk.
"Itu pacarnya Anthony," ujar Dizka membuat raut wajah Selena berubah. Gadis itu menghela napas dengan wajah tertunduk lesu.
"Harusnya aku sadar sejak awal. Ceweknya cantik kelihatan pintar sudah pasti Al suka, " gumam Selena murung.
Dizk dan Cintya saling bertatapan lalu tersenyum melihat perubahan raut wajah Selena. Mereka pun tertawa membuat Selena bertanya-tanya.
"Kalian kenapa sih?"
"Ya ampun, Sel. Lo kok insecure gitu? Harus PD dong. Lo juga cantik, pintar dan baik. Jangan bandingin diri lo sama yang lain kalau Al gak memilih lo," ucap Dizka.
"Nih gue kasi tahu lo kalau cewek itu sepupunya Anthony. Nama panggilannya Queen, gak tahu gue nama aslinya yang jelas lo masih aman kalau mau deketin Al," kata Cintya membuat senyum Selena perlahan merekah.
Tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendengar Anthony masih sendiri. Pria dingin dan cuek itu memang susah dipahami, tapi Selena suka.
"Kira-kira kalau aku deketin Al gimana ya? Aku takut dia menjauh." Selena menopang dagunya bimbang. Ada perasaan ingin menyudahi cinta bertepuk sebelah tangan itu, tapi ada sebagian hatinya berbisik, "Coba sekali lagi siapa tahu dia luluh. "
"Hmm, menurut gue kalau lo gak mau sakit hati lebih baik mundur," saran Dizka.
"Tapi gak ada salahnya lo mulai deketin dari awal. Lo sudah punya modal cantik,seksi dan pintar gue yakin Al bisa luluh," timpal Cintya.
Selena menatap dua temannya yang memiliki pandangan yang berbeda. "Jadi gue harus maju apa mundur?" tanya Selena.
"Lebih baik tarik ulur saja sambil lihat situasai," nasihat Dizka.
"Hmm, kalau main tarik ulur nantinya jadi tarik tambang terus ada yang tumbang. Lebih baik pakai cara gue biar Al lirik lo," kata Cintya membuat dua sahabatnya penasaran.
"Bagaimana caranya?" tanya Selena dan Dizka bersamaan.