Selama pelajaran berlangsung Selena dan kedua temannya hanya diam termenung. Saat Dizka mengatakan pindah kampus mengikuti kepindahan keluarganya membuat perasaan gadis itu kacau.
"Selena," panggil sang dosen membuat gadis itu kaget.
"Ya, Pak?"
"Siapa anggota kelompok kamu?" tanya dosen itu. Selena tampak bingung terlebih semua orang menatapnya.
Cintya dan Dizka coba memberi kode pakai tangan, tapi Selena tidak paham. Dosen kembali bertanya membuat Selena menjawab asal.
"Siap, saya tidak tahu," sahutnya lantang membuat dosen menggeleng.
"Tolong jangan melamun saat saya mengajar."
"Maaf, Pak."
Selena menghela napas dalam, beruntung ia hanya diberi peringatan saja.
***
Anthony memghela napas berkali-kali setelah menghapus story yang Audrey upload. Gadis itu tengah menangis karena dibentaknya. Anthony berjongkok lalu mengusap rambut Audrey.
"Sudah jangan nangis lagi. Kakak minta maaf. Jangan kayak gitu lagi. Kamu boleh pinjam hp kakak buat main, tapi jangan ke privasi. Itu sudah salah," ucap Anthony.
"Aku gak bermaksud buat kakak malu," ucapnya sambil mengusap air mata. Anthony merasa bersalah karena dirinya Audrey telat ke sekolah atau mungkin adiknya tidak mau berangkat.
"Ya sudah jangan nangis lagi."
"Kakak gak mau traktir aku kalau berhenti nangis?"
"Iya, nanti malam Kak Al traktir, jangan nangis lagi, ya."
Audrey mengusap air matanya. "Iya, aku gak nangis lagi. Aku berangkat dulu, nanti malam aku tagih traktirannya," ucap Audrey lalu berdiri dan pergi dari kamar Anthony.
Pria itu menghela napas lalu terdiam memikirkan sesuatu. "Dia yang salah kenapa aku yang traktir? Aish, aku kena genjutsu."
***
Selama di kampus Anthony berusaha menahan malu. Ia bersyukur karena segera menghapus story WA sehingga teman-teman di kampus belum melihatnya, kecuali Selena.
Ia malu bertemu gadis itu dan berusaha menghindar. Walau di group SMA Selena tidak ikut komentar, tapi gadis itu pasti melihat dan membacanya.
Beruntung bagi Anthony jadwal kuliah dan kelas mereka berbeda sehingga Anthony tidak sulit untuk menghindar.
"Al, pulang nanti kamu sibuk gak?" tanya salah satu gadis yang duduk di depannya. Jika diminta memilih didekati Selena atau gadis itu, Anthony lebih memilih Selena. Gadis di depannya sangat agresif yang membuat dia kurang nyaman.
"Aku ada acara," jawabnya singkat sambil merapikan buku di tas meja.
"Dengan siapa?" Gadis itu menopang dagunya dengan bibir mengkerucut.
Anthony mulai berpikir cara menolak dengan halus. Tepat saat itu Selena dan dua temannya berdiri di depan pintu kelasnya. Anthony bisa melihat Selena yang berusaha melepas gengaman tangan Dizka yang ingin menyeretnya ke ruang kelas Anthony.
"Sama pacar aku. Itu dia sudah datang." Anthony menyampirkan tas ke bahu lalu berjalan santai ke pintu masuk. Tanpa diduga ia meraih tangan Selena lalu membawa gadis itu pergi. Cintya dan Dizka melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Selena memanfaatkan kesempatan itu.
Tiba-tiba seorang gadis menghampiri mereka berdua. "Siapa nama gadis itu?" tanyanya menatap Anthony dan Selena.
Dizka dan Cintya saling bertatapan dengan senyum penuh arti.
"Oh, dia. Namanya Selena, calon istri Anthony. Mereka baru saja lamaran," jawab Cintya lalu beranjak pergi dengan Dizka.
Gadis itu terdiam membatu tidak menyangka Anthony akan menikah muda. "Jadi ini alasan dia cuek? Dia bakalan nikah? Aish, aku tertipu."
***
"Kita mau ke mana?" tanya Selena. Anthony menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap gadis itu.
"Maaf," ujarnya singkat lalu melepas genggaman tangan. Anthony meninggalkan Selena begitu saja membuat gadis itu kesal. Selena berjalan cepat lalu memukul punggung Anthony dengan tasnya.
"Aaww!" jerit Anthony lalu menoleh pada Selena.
"Gak jelas banget nyeret aku terus main tinggal saja. Kamu harus bertanggung jawab."
"Buat apa?"
"Balikin aku ke teman-teman aku," pinta Selena.
"Cari saja sendiri. Tinggal di telepon apa susahnya?"
"Gak mau. Kamu yang nyeret aku jadi balikin aku ke teman-teman."
"Kenapa sih cewek suka ribet. Kamu tinggal pergi cari mereka apa susahnya. Kenapa perlu diantar?"
"Gak bisa. Kamu pilih balikin aku ke teman-teman atau--Selena mendekat membuat Anthony menahan napas-- foto kamu aku post di story," ancamnya membuat Anthony geram.
"Oke, aku balikin kamu ke mereka." Anthony merangkul leher Selena dengan satu tangan membuat gadis itu menunduk dekat ketiaknya. Selena berusaha melepaskan diri, tapi Anthony memeluknya erat.
"Ayo kita cari mereka," ujar Anthony tidak menghiraukan pemberontakan Selena.
"Lepasin gak? Al, denger gak sih aku ngoming? Lepasin!" teriak Selena, tapi Anthony tidak peduli.
"Kayaknya mereka ke sana," ucap Anthony sambil menunjuk arah yang mereka lewati.
"Eh, salah. Kayaknya ke sana," ujarnya lagi seolah sengaja berputar-putar.
"Al, lepasin. Sakit tahu!" teriak Selena yang rambutnya kini acak-acakan.
Anthony akhirnya melepas Selena membuat gadis itu berpanas lega. Tatapan tajam yang Selena layangkan membuat Anthony tersenyun tipis.
"Katanya mau dibakikin ke teman-teman." Anthony melipat tangannya di depan d**a.
"Tapi gak kayak gitu caranya. Bisakan jalan biasa saja." Selena cemberut sambil mengusap lehernya yang sakit.
"Maksud kamu kayak gini?"
Anthony meraih tangan Selena lalu menariknya kembali. Kali ini Selena tidak protes. Jantungnya berdebar kencang merasakan tangan besar Anthony menggenggam tangannya.
Tatapan Selena tertuju pada sosok pria itu. Tidak pernah ia bayangkan hal seperti ini terjadi.
Apa aku boleh berharap lagi? Kenapa sulit menolak dirimu.
"Selena!" teriakan Dizka dan Cintya membuyarkan lamunan gadis itu.
"Nih, aku balikin Selena ke kalian," ujar Anthony di depan Dizka dan Cintya. Selena tidak berucap, ia sibuk mengatur debaran jantungnya.
Anthony pun pergi membuat Cintya dan Dizka mengapit lengan Selena.
"Kalian tadi ke mana saja?" tanya Cintya di sisi kanannya.
"Cuma jalan sampai ujung saja terus dia mau ninggalin aku."
"Kenapa Al gandeng kamu lagi?" Dizka yang ada di sisi kirinya bertanya tanpa menatap Selena. Pandangannya masih tertuju pada Anthony.
"Aku yang minta dia balikin aku ke kalian. Enak saja ninggalin aku sendiri."
"Oh...." Mereka lalu menatap Selena lekat.
"Jadi sekarang kalian mulai dekat?" tanya Cintya.
"Entahlah, aku gak mau berharap lebih."
"Sebenarnya ada cewek yang deketin Anthony," bisik Dizka.
"Tapi tenang kita berdua sudah mengatasinya. Kita bilang kalau kalian sudah lamaran dan sebentar lagi nikah."
"APA?" teriak Selena.
"Masak gitu saja gak ngerti. Artinya kamu calon istri Al, alias Anthony."
Selena terduduk lemas mendengar ucapan sahabatnya. Menjadi istri Anthony seketika membuatnya syok. Di pikirannya sudah terbayang skenario bahtera rumah tangganya dengan Anthony beserta anak-anak mereka kelak.
"Selena, kenapa lo melamun?" tanya Dizka yang kini berjongkok.
"Haah? Eh, gak apa-apa. Kenapa kalian bilang kayak gitu? Kalau Al tahu bagaimana? Dia bisa marah," ucap Selena.
"Ide bagus. Al harus segera tahu biar kita gak ketahuan bohong," ujar Cintya.
"Ya sudah kita cari Al sekarang," sahut Dizka semangat.
"Eh, jangan dikasi tahu. Nanti dia marah," larang Selena.
Cintya dan Dizka tidak menghiraukan ucapan Selena. Mereka pun pergi mencari Anthony.
"Astaga, ada apa dengan mereka. Aduh sakit," rintihnya sambil memegangi leher.