NE 2 - Mengenalmu

1427 Words
“Selamat pagi, Nona Greesa, bagaimana tidurnya? Saya harap bisa tidur nyenyak di apartemen baru ya. Oh iya untuk hari ini keknya nggak ada jadwal kan pak bos, nah kamu bisa dekorasi apartemen ini sesuai keinginan kamu.” Greesa menganggukkan kepalanya perlahan, laki-laki di depannya tersebut tersenyum kecil. “Oh iya, Pak Sagara udah sarapan? Kebetulan saya masak banyak, Pak, mungkin Pak Aksa juga belum sarapan bisa sarapan bareng di sini. Itu kalau Pak Sagara sama Pak Aksara berkenan,” ajak Greesa dengan tersipu malu. Sagara menganggukkan kepalanya, ia menelpon bosnya yang masih stay di apartemen. Akhirnya meja makan minimalis tersebut terjamah manusia, Aksara dan Sagara duduk sampingan sedangkan Greesa duduk di depan Sagara. Mereka menikmati nasi goreng tersebut dengan diam dan yang menarik perhatian, Aksara nampak sangat menikmati sajian sederhana tersebut. “Maaf ya, Pak, mungkin makanannya kurang enak. Saya nggak begitu jago masak, hanya masakan sederhana yang saya bisa.” Sagara menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Kamu salah, Gree, ini enak banget jadi keinget nasi goreng buatan ibuk saya. Lain kali kamu keknya bisa masakin menu lain yang kamu kuasai, masakan kamu enak banget. Bos Aksa aja tuh keknya menikmati banget dari raut wajahnya, ya nggak?” “Kamu sering masak ya, Gree?” tanya Aksara dengan menatap Greesa sekilas. “Iya, Pak, kebetulan saya dari SMA udah kos. Jadi terbiasa masak sendiri,” jawab Greesa seadanya. “Tapi beneran loh, Gree, ini enak banget. Bakat banget kamu jadi koki buat anak-anak saya nanti nih,” celetuk Sagara dengan terkekeh pelan. Greesa hanya tersenyum kecil. Aksara berdehem kecil. “Oh iya, kamu tadi mau beli furniture ya? Biar diantar Sagara.” “Nggak usah, Pak, nanti saya cari taksi aja. Lagian Pak Sagara pekerjaannya banyak, saya nggak mau ganggu. Saya bisa sendiri kok, Pak,” tolak Greesa secara halus. Ia tak ingin merepotkan kedua laki-laki yang tengah sarapan di depannya tersebut. Sagara menggelengkan kepala. “Nggak papa, lagian kalau jadwal Pak Aksa kosong saya juga ikut kosong. Nanti kamu sama saya saja, Gree. Btw, pakek formal nggak enak ya? Udah panggil Sagara aja, nggak usah pakek embel-embel ‘pak’ lagi. Kita pakek lo-gue aja.” “Nggak sopan banget kesannya, Pak, nggak enak.” Sagara menggelengkan kepalanya, ia tak menerima penolakan dari siapa pun. ### “Oh iya, Gree, lo itu nggak ada keluarga di sini? Nggak ada adik atau saudara yang lain?” tanya Sagara dengan melajukan mobilnya, akhirnya Greesa mengalah dan menerima Sagara mengantarkan dirinya mencari kebutuhannya. “Kebetulan anak tunggal gue, Ra, jadi nggak ada saudara kandung. Terus keluarga mama itu semua di Surabaya, kalau keluarga papa ada di Malang. Jadi yang ada di Jakarta nggak ada, istilahnya gue sendirian di sini. Mama sama papa juga lagi ada di Australia sekarang, ngembangin bisnis keluarga. Gue dari SMA udah jadi anak rantau, terbiasa sama situasi yang mengharuskan gue menguasai semua hal. Kebetulan gue pas awal SMA itu kenal sama temen cewek, gue kira dia baik soalnya udah bertahun-tahun dia sama gue. Eh taunya malah ngrebut pacar gue, padahal dia tinggal di apartemen gue nggak pernah bayar paruhan. Ikhlas aja lah,” jawab Greesa dengan tersenyum tipis. “Oh jadi mantan pacar lo selingkuh sama sahabat lo sendiri. Lo harusnya bersyukur, Gree, Tuhan masih sayang sama lo dia nunjukin mana yang baik dan mana yang pura-pura baik. Lagian pengkhianat itu emang cocoknya bersanding sama penghancur, bukan malah bersanding sama bidadari. Pasti setelah ini lo bakal dapat yang lebih baik daripada mantan pacar lo itu,” lanjutnya, “gue harap sih lo lebih hati-hati lagi setelah ini, Gree.” Greesa mengangguk kecil, ia nampak menghembuskan napasnya perlahan. Sagara bungkam, perempuan tersebut sepertinya membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka batinnya. “Lo sama Pak Aksa udah lama ya kenalnya, Ra? Keknya kalian udah akrab banget,” ucap Greesa yang dijawab anggukan oleh Sagara. “Bisa dibilang gue tuh udah kek saudara kembar sama si Aksa, Gree, gue sama dia tuh kenal waktu MOS jaman SMP tuh. Jadi gue sama dia tuh sama-sama telat, kita dihukum bareng. Kebetulan banget itu gue satu kelas sama dia, kita satu bangku deh. Akhirnya kita sahabatan, dia itu orangnya pendiem banget dulu sebelum kenal gue. Sebenarnya dia itu baik banget manusianya, cuma kadang-kadang ngeselin dikit. Banyak cewek yang ngantri-ngantri sama dia, semua ditolak. Lambat laun tuh banyak yang benci sama dia karena sifatnya yang diem, kalau nggak ditegur nggak mau negur. Akhirnya ya kemana-mana cuma sama gue, padahal dia itu pinter banget. Rugi nggak temenan sama si Aksara,” jawab Sagara dengan tersenyum kecil. Ia memang telah lama menjalin pertemanan dengan manusia dingin yang telah mencair tersebut hingga sering disebut saudara kembar. “Jadi Pak Aksa itu sedikit nggak bisa bersosialisasi sama sekitarnya gitu, Ra? Tapi pas kemarin itu kok nolongin gue? Harusnya Pak Aksa cuek aja, bodo amat gitu. Nggak mau tau lah intinya,” komentar Greesa. Sagara menghembuskan napasnya perlahan. “Kalau masalah nggak bisa bersosialisaasi itu pas jaman SMP sih, dia dulu emang menutup diri gitu dari lingkungan sekitar. Dia menampakkan jati dirinya yang ceria kalau cuma sama gue doang, kalau di sekolah ya balik kek kulkas. Pas SMA itu dia udah kerja di perusahaan ini sampai sekarang, kuliah juga sambil mikirin perusahaan kedepannya gimana. Gue salut banget sama dia tuh, Gree, pekerja keras banget. Gigih orangnya, apa pun yang dia pengen tuh pasti dan harus tercapai.” “Oh iya, tadi lo mau beli apa? Gue sampai lupa nggak tanya sama lo dulu mau kemana, Gree,” lanjut Sagara dengan terkekeh pelan. “Belanja bulanan dulu, Ra, pengen stok beberapa makanan. Kulkas melompong, kosong kek hati gue. Oh iya, kulkas Pak Aksa sering diisi nggak? Keknya sih jarang belanja bahan makanan kek gini Pak Aksa, mending gue beliin makanan setengah jadi atau makanan kaleng aja kali ya? Kan kalau malam-malam lapar tinggal panasin terus tinggal nyantap, lo juga mau nggak? Sekalian nih biar lo juga nggak repot beli kesana kemari nggak tau rasa yang enak di lidah, gue beliin aja ya sekalian. Habis belanja makanan, gue pengen beli pernak-pernik yang lucu.” “Gue serahin semuanya sama lo, Gree, sekalian aja kita lo beliin ya. Gue sama Aksa itu satu apartemen kadang, kalau gue pas males pulang ke rumah. For your info, Aksa jarang beli bahan makanan pasti gue yang beli. Jadi sekarang tugas gue lo ambil alih ya, dia suka makanan yang sedikit pedes tapi nggak pedes banget. Kalau makanan manis dia nggak terlalu suka,” jelas Sagara dengan mematikan mesin mobilnya. Mereka telah sampai di tempat belanja yang dimaksud Greesa. “Lo ikut nggak, Ra? Ikut aja yuk, hitung-hitung lo tuh latihan jadi seorang suami buat istri lo kelak. Sekalian lah ntar lo bantu bawa belanjaan, mau ya? Tunjukkan pada dunia kalau seorang Sagara Mahawira itu adalah LAKIK sejati!” Sagara tertawa kecil melihat peragaan Greesa yang menekuk tangannya seperti ingin menunjukkan ototnya, padahal zonk. “Ya udah ayo, ntar lo hilang gue yang dimarahin sama Bos Aksara. Belanjanya jangan banyak-banyak ya, Gree, gue gampang capek sama lemes. Jiwa gue dari kecil sudah terlatih menjadi lakik bukan LAKIK.” “Halah alasan terus lo, Ra, pokoknya kalau sama gue nggak ada alasan yang keluar dari mulut lo. Semua harus dijalani dengan ikhlas hati,” tegas Greesa dengan keluar dari mobil tersebut. ### Suhu ruangan dingin mendadak berubah menjadi gerah seiring pergulatan panas yang tengah dilakukan kedua anak manusia tersebut. Peluh bercucuran seiring gelombang kenikmatan yang segera mereka dapatkan, rintihan demi rintihan menambah semangat mereka siang itu. Dan akhirnya gelombang pelepasan telah mereka dapatkan, senyuman puas terlihat dari wajah kedua sejoli tersebut. “Makasih, Sayang, kamu memang selalu terbaik buat aku. Sekarang kamu gantiin posisi Greesa biar setiap aku pengen kamu, tinggal panggil kamu deh. Semakin lama kamu tuh nagih terus deh, makasih ya. Aku jadi makin sayang sama kamu,” bisik laki-laki tersebut dengan merengkuh punggung perempuan yang tengah ia pangku tersebut. Perempuan itu tersenyum kecil di dalam pelukan pacar barunya tersebut. “Tanpa kamu suruh pun, aku pasti sedia terus buat kamu kok. Aku itu pacar kamu sekarang, Angga, dan kamu juga hanya milik aku. Rahim aku selalu menerima kamu dengan senang hati, kamu harus bersyukur udah putus sama parasit itu. Dia nggak bisa buat kamu puas kek gini kan? Harusnya dari dulu nggak usah kamu pacarin dia, Ngga, nggak guna banget. Greesa itu nggak pernah ngerti apa yang kamu pengen, hanya aku yang tau apa yang kamu mau.” Laki-laki itu, Mahesa Sangga Buana, hanya tersenyum kecil dengan mengecup pundak Zora, kekasih barunya. Mereka adalah pasangan yang saling menguntungkan satu sama lain. Angga mencari apa yang tak pernah ia dapatkan dari seorang Greesa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD