Bab 10. Tawaran Status Palsu

1259 Words
Jacob Neville memperkenalkan dirinya sebagai detektif di NYPD pada Izzy Alexander yang ditolongnya. Izzy pun menyambut baik pertolongan detektif tampan itu. Terlebih ia sopan dan mengantarkannya ke sebuah klinik untuk mendapatkan perawatan. “Aku harus membalut pergelangan kakimu dengan perban gips. Tidak boleh digerakkan dan Anda harus menggunakan tongkat. Selama perawatan, aku akan merekomendasikanmu pada dokter fisioterapi untuk masa pemulihan,” ujar dokter yang memeriksa kaki Izzy. Izzy langsung meringis dan protes. Sedangkan Jacob masih berada di samping ranjang periksa mendengarkan seluruhnya. Ia tak menyela sama sekali. “Tapi dokter aku harus latihan. Aku punya pertunjukan minggu depan!” “Pertunjukan apa?” “Balet. Aku adalah seorang balerina,” jawab Izzy dengan raut memohon. Jacob tampak mengulum bibirnya dan ingin bicara tapi getaran ponselnya menghalangi. Ia mengecek dan mundur perlahan untuk menerima panggilan tersebut. Sementara Izzy masih sedikit berdebat dengan dokter mengenai kondisi kakinya. “Anda tidak boleh mempergunakan kaki sebelah kiri setidaknya tiga minggu ke depan. Jika dipaksakan, ligamenmu bisa sobek.” Izzy pun terdiam mendengar penjelasan seperti itu. “Sekarang rasa sakitnya berkurang karena obat pereda nyeri tapi jika Anda terus memaksa menggunakan sebelah kakimu itu, maka akan fatal akibatnya. Sebaiknya ambillah cuti setidaknya sampai kakimu pulih,” tambah dokter kembali menjelaskan. Izzy semakin mengerucutkan bibirnya. Ia benar-benar sial hari ini. Setelah ponselnya dicuri kini kakinya tak bisa dipakai untuk berjalan. Semua terjadi setelah ia setuju menjadi pacar rahasia Devon Kazuya. Memang sial! “Apa aku punya pilihan lain?” pinta Izzy dengan suara memelas lembut. Dokter itu hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan. “Aku bersedia menuliskan hasil diagnosis untuk pelatihmu– “ “Tidak apa. Aku bisa mengatasi hal itu. Terima kasih, Dokter,” ucap Izzy pasrah dengan suara makin mengecil. Dokter itu pun mengangguk lalu tersenyum lagi. “Aku mempersiapkan perban serta obat-obatannya.” Dokter itu pun pergi meninggalkan Izzy yang tinggal sendirian. Izzy menarik napas panjang dengan kedua pundak turun karena kecewa dengan keadaannya. Tak lama, Jacob kembali dan menatap Izzy yang tengah melamun. Ia mendekat lalu menyela. “Ehem, maaf, Nona Alexander. Boleh aku tahu apa yang terjadi pada kakimu?” tanya Jacob dengan sopan. Izzy menoleh dengan bibir pinknya yang mengerucut dan sempat membuat Jacob tertegun. Gadis yang ditolongnya memiliki paras yang sangat cantik. Wajahnya tak seperti orang Amerika kebanyakan. Jantung Jacob sempat berdegup lebih kencang saat menatap bola matanya yang indah. “Kakiku harus dibalut dan aku harus menggunakan tongkat jika berjalan. Atau bahkan lebih buruk menggunakan kursi roda jika Ayahku tahu,” ungkap Izzy dengan suara lembutnya. Izzy sedang berpikir caranya menyembunyikan kecelakaan kakinya dari sang ayah, Bryan Alexander. Hanya tinggal masalah waktu, sama seperti kehamilan Mila. “Ah, begitu. Apa yang bisa aku bantu?” tawar Jacob dengan ramah. “Bisakah kamu menemukan ponselku? Aku sangat membutuhkannya,” jawab Izzy dengan senyuman. Jacob ikut menaikkan lengkungan senyumannya lalu mengangguk. “Ponselmu sudah terdeteksi. Polisi sedang menangkap pelakunya sekarang. Nanti aku akan mengantarkan ponselmu.” “Terima kasih, Detektif.” Jacob tersenyum lalu mengangguk. Dokter kembali dan Jacob pun harus keluar. Ia menunggui Izzy sampai seseorang kemudian memanggil namanya. “Hei, Neville!” Jacob berbalik dan langsung memberikan hormat pada atasan barunya yaitu kepala divisi anti gangster dan obat-obatan terlarang, Detektif Andrew Miller. “Siap, Pak!” “Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya melapor sekarang?” hardik Andrew dengan tampang bengisnya. Ia sampai menyusul Jacob setelah mendapatkan laporan dari radio polisi. “Maaf, Pak. Aku sedang menolong seorang wanita yang dirampok di jalan– “ “Apa tugasmu di jalan atau dalam timku? Kenapa tidak menyerahkannya saja pada petugas lapangan,” cerocos Andrew Miller masih mengomeli anak buahnya tersebut. “Maaf, Pak ....” “Cukup, kau itu Polisi. Bukan pramuniaga supermarket, kenapa terus minta maaf!” Andrew mendengkus kesal lalu separuh menyamping sambil berkacak pinggang. Ia benar-benar kesal dengan performa awal Jacob yang dipindahkan ke divisinya. “Kau membuatku kesal siang-siang begini.” Andrew masih menggerutu sedangkan Jacob tak berani lagi berujar maaf usai yang terakhir. “Sekarang apa masalahmu sampai di sini?” hardiknya masih menatap sinis pada Jacob. “Aku menolong seorang wanita yang kerampokan ponsel. Kakinya terluka jadi aku membawanya kemari.” Jacob akhirnya menjelaskan. “Sekarang sudah selesaikan?” Pintu ruang periksa di belakang Jacob terbuka dan Izzy keluar dari sana dibantu oleh seorang perawat yang mendorong kursi roda. Otomatis, Jacob berbalik untuk menghampiri Izzy. Sedangkan atasannya, Andrew Miller memperhatikan seraya mengernyit perlahan. “Oh, apakah kamu sudah boleh pulang?” tanya Jacob dengan senyuman. Izzy ikut tersenyum mengangguk dan matanya menangkap sosok pria yang ia kenal di belakang Jacob. Matanya semakin membesar dan Izzy sampai menutup mulut dengan tangannya. “Oh, Tuhan. Andy!” pekik Izzy tertahan. Andrew Miller ikut mendekat. Ia tak menyangka bertemu dengan salah satu teman lama masa kecil dan remaja yaitu Izzy Alexander. Izzy langsung berusaha untuk bangun kala Andrew datang dan memeluknya. “Oh, Izzy!” “Andy, kamu kembali!” Izzy meneteskan air matanya begitu terharu bisa bertemu lagi dengan Andrew yang sudah nyaris hilang selama sembilan tahun lamanya. Andrew yang semula garang langsung berubah baik serta riang kala bertemu Izzy. Sedangkan Jacob hanya bisa bengong di tempatnya tak mengerti apa yang terjadi. Atasannya ternyata kenal dengan wanita cantik yang ia tolong. “Apa kabarmu, Izzy? Apa yang terjadi padamu?” Andy langsung membungkuk melihat kaki kiri Izzy yang terbalut perban gips. “Ah, itu ....“ Izzy tetap merangkul Andy lalu memeluknya sekali lagi. “Ayahku pasti senang jika mengetahui kamu sudah pulang,” imbuh Izzy lagi masih dengan sisa keharuan di matanya. Andrew hanya tersenyum saja tanpa menanggapi. Dirinya memang telah menjadi buruan para sahabat ayahnya, mendiang Laksamana Shawn Miller semenjak menghilang sejak usia 15 tahun. “Tapi apa yang terjadi sebenarnya?” Andrew kembali mengubah fokus pada kaki Izzy yang terluka dari pada menanggapi tentang reuni keluarga. “Ponselku dijambret. Aku mencoba mengejar tapi kakiku cedera lagi.” Andrew langsung menoleh cepat pada Jacob seraya mendelik. Jacob hanya mengangguk sebagai tanda bahwa itu benar. “Siapa yang sudah berani menjambretmu?” tukas Andrew kesal. Izzy lalu menggeleng. Matanya beralih pada Jacob. “Detektif Neville yang membantuku dan mengatakan akan mendapatkan kembali ponselku.” Izzy ikut tersenyum pada Jacob setelah sekilas memperkenalkannya. Andrew menaikkan lengkungan senyuman lalu mengangguk paham. “Oh begitu ya.” Andrew mangut-mangut saja dengan raut menyengir canggung. Andrew pun membantu Izzy kembali duduk di kursi rodanya. Jacob ikut mendekat lalu menyela dengan menyentuh bahu Andrew. “Pak?” “Kalian saling kenal ya?” celetuk Izzy saat melihat Jacob dan Andrew bergantian. Andrew langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak kenal dia.” Andrew menoleh pada Jacob dan memulai dramanya. “Siapa kamu, Tuan?” Jacob perlahan menegakkan punggung dan bengong. Ia harus menjawab apa pada atasan yang sedang berpura-pura tidak mengenalnya. Izzy dengan polosnya mengambil alih perkenalan tiba-tiba tersebut dengan menyebutkan nama Jacob. “Detektif, perkenalkan ini adalah Andrew Miller. Dia adalah sahabat lamaku. Andy, dia adalah Jacob Neville, Polisi yang membantuku,” ujar Izzy saling memperkenalkan keduanya. Jacob terpaksa menjulurkan tangan untuk berjabat seperti kenalan baru akibat delikan Andrew Miller yang akan mencekiknya jika ia bicara. “Senang bertemu denganmu, Letnan ... maksudku, Tuan Miller,” ucap Jacob dengan cengir aneh menjulurkan tangannya. Andrew hanya mendeham lalu berjabat tanpa menyebutkan namanya. Ia pun langsung beralih lagi pada Izzy dengan senyuman ramah. “Apa mau aku antar?” tawar Andrew pada Izzy. Izzy tersenyum lalu mengangguk. Andrew pun berpindah posisi di belakang Izzy untuk mendorong kursi roda itu keluar dari klinik. Namun sebelum keluar, Andrew sempat berbalik pada Jacob dan memberikan isyarat mengunci mulut padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD