Tanpa sadar rombongan orang yang menaiki mobil tiba di markas bagian barat. Kondisinya ternyata tidak sebaik markas Selatan yang memiliki menara dan juga pagar pelindung berupa kawat besi beraliran listrik. Markas bagian Barat hanya sebuah bangunan tinggi seperti apartemen yang bagian bawahnya diblokade dengan kayu-kayu yang dipaku. Aaron maupun rekan-rekannya berpikir jika blokade kayak itu tidak akan cukup untuk menahan serangan zombie yang jumlahnya bisa mencapai ratusan. Namun apa boleh buat, mungkin hanya ini yang mereka miliki sebagai tempat perlindungan bagi sisa manusia yang selamat dari serangan zombie.
Aaron dan yang lainnya menatap sedih pada bangunan tua yang bahkan tidak memiliki fasilitas air untuk minum. Jumlah manusia yang berada di markas bagian barat ini juga tidak terlalu banyak. Hanya berjumlah 50 orang yang terdiri dari wanita dan juga pria remaja maupun sudah dewasa. Yang pasti tidak ada anak-anak di sini. Memang zaman seperti ini anak-anak tidak akan pisah bertahan lama. Mereka juga tidak bisa menjadi zombie karena tubuh mereka sudah hancur terlebih dahulu sebelum menjadi zombie.
Diam-diam Aaron merindukan suara tawa anak- anak yang sedang bermain dan juga tertawa. Dia juga merindukan suara burung ataupun suara hewan lainnya yang biasa mengiringi kehidupannya sehari-hari di masa lampau.
"Apa ini dugaanku saja ataukah memang kondisi markas barat ini lebih memprihatinkan daripada markas Selatan, " komentar dari Aaron.
"Ya kau benar, Aaron. Markas ini bahkan lebih buruk daripada mereka Selatan. Tidak ada perlindungan yang memadai untuk serangan para zombie. "
Saga pun memulai berteriak kepada pemimpin maka Selatan untuk membukakan pintu gerbangnya. Sebenarnya hal ini tidak bisa disebut pintu gerbang karena yang ada hanyalah pintu dari kayu untuk masuk ke dalam gedung.
"Hei, tuan Thomas! Kami dari markas selatan ingin menginap satu malam di sini!" Teriak Saga dari bawah.
Usai berteriak mereka menunggu reaksi dari penghuni markas berapa. Rupanya tidak ada jawaban beberapa menit setelah Saga berteriak. Hal tersebut membuat mereka penasaran dan bertanya- tanya, apakah masih ada sisa manusia yang masih hidup di markas barat ataukah mereka sudah sepenuhnya menjadi zombie.
"Tuan Thomas! Jika kau tidak menjawabku maka aku akan mendobrak pintu ini karena mengira kalian sudah menjadi zombie!" Teriak Saga lagi.
Kali ini beberapa kepala melongok ke arah mereka melalui jendela di gedung markas Barat itu. Hal itu semakin menguatkan dugaan Aaron jika markas barat hanyalah bekas sebuah apartemen yang tidak terpakai.
'Kenapa mereka tidak memilih hotel?' Batin Aaron.
" Apa benar jika kalian adalah manusia? " tanya seseorang berwajah dingin dan memiliki beberapa bulu halus di rahangnya. Dia nampak berkarisma dan juga tampan. Aaron bahkan sangat cemburu melihat betapa bagus wajah dari orang yang bertanya itu.
"Dia sangat tampan, " gerutu Aaron.
"Kau cemburu?" Tanya James.
"Aku ingin memiliki rahang tegas sepertinya."
Saga tidak memperdulikan Aaron dan lainnya yang bercanda mengenai wajah dari Thomas. Dia melanjutkan teriakannya dari bawah untuk meyakinkan Thomas jika mereka bukanlah zombie.
"Percayalah, kami saat ini sedang dalam misi laboratorium Profesor cilik untuk membuat serum Virus Zombie. Dan pria ini... " Saga merangkul erat Aaron dengan lengannya dan menunjukkannya pada Thomas, "Dia adalah kunci dari keberhasilan pembuatan serum Zombie itu. "
"Aku tidak bisa begitu saja percaya pada kalian! Sebab salah satu zombie yang datang juga memiliki fisik manusia normal sebelum menyerah kami," ucap Thomas yang mengarahkan senjata api pada mereka.
Tidak hanya Thomas, beberapa pria juga mengarahkan senapan mereka pada rombongan Aaron.
Kelima pria yang berada dibawah melongo melihat jika ada senjata api yang masih tersisa di dunia ini. Bearti bukan kondisi markas barat yang menyedihkan, akan tetapi kondisi markas Selatan jauh lebih menyedihkan karena berperang seperti zaman kerajaan kuno.
"Lihat itu, ada senjata di tangannya..." tunjuk Sean. Matanya berbinar melihat ada senjata, sebab dia sangat ingin memiliki senjata api. Sesaat dia lupa jika memiliki kemampuan untuk mengeluarkan angin sebagai senjata.
Thomas yang menyadari jika kelima pria itu sangat tertarik dengan senjatanya semakin curiga. Sebab tidak hanya zombie yang mengincar keberadaan mereka di markas Barat, akan tetapi para perampok juga sering kali menyerang untuk mendapatkan makanan ataupun senjata.
"Pergilah! Aku tahu jika kalian adalah perampok!" Teriak Thomas yang mulai menarik kunci pengaman dan siap menempak.
Saga sangat putus asa menjelaskan kepada mereka jika dia dan teman- temannya bukanlah zombie ataupun perampok.
" Percayalah pada kami jika kami bukankah perampok ataupun zombie... kami hanya ingin sekedar menumpang untuk istirahat sebab kami besok akan melanjutkan perjalanan mencari markas professor
Philips! " ucap Saga yang membela diri.
Tanpa diduga salah satu dari mereka melepaskan tembakan. Beruntung Saara segera mencegah datangnya peluru itu dengan energi telekinesis nya, jika tidak maka salah satu dari mereka akan terluka.
Saara yang sudah kehabisan kesabaran melompat ke arah Thomas dan langsung mencekik lehernya. Tanda baca Thomas sangat terkejut melihat kemampuan dari Sarah yang bisa melompat ke ke lantai 5 gedung ini. Thomas yakin jika Saara bukanlah makhluk biasa sebab tidak mungkin ada manusia yang bisa melompat setinggi itu, tapi dia juga tidak pernah melihat jika zombie bisa melompat setinggi ini.
"Makhluk apa kau? Uhuk..."
"Hentikan omong kosongmu dan buka gerbangnya. Para zombie diluaran sana sudah mulai berkumpul. Jumlah mereka lebih dari seratus orang dan kau membuang- buang waktu untuk mengoceh!" Geram Saara.
Semua pria yang tadinya mengarahkan senapan mereka ke arah rombongan Aaron yang berada dibawah, kini mengarahkan senapannya ke arah Saara.
"Lepaskan aku..." perintah Thomas. Saara pun melepaskan cekikannya pada Thomas.
Salah satu diantara mereka melihat ke arah jendela dan mengawasi dari kejauhan untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Saara. Ternyata ucapan Saara benar adanya. Seseorang yang melihat kedatangan ratusan zombie itu pun segera memperingatkan Thomas.
"Ketua ada banyak rombongan zombie yang sedang menuju kemari!"
Thomas mengucap mendengar peringatan dari anak buahnya. Dia segera mengambil teleskop untuk memastikan sendiri ucapan dari anak buahnya. Thomas bahkan lupa jika ada Saara yang masih berdiri tak jauh darinya.
"Siapkan batu dan dan minyak!" Teriak Thomas.
Rupanya mereka sudah mempersiapkan diri jika ada serangan dari para zombie yang berjumlah besar. Mungkin saja ini bukan serangan yang pertama bagi markas barat sebab terlihat dengan jelas jika mereka sudah sangat siap.
"Kami akan membantu, tapi ijinkan rekan- rekanku yang lain masuk," ucap Saara.
Thomas yang hampir saja melupakan kehadiran secara langsung menyetujui ucapannya.
"Oh tentu saja. Kuharap kalian banyak membantu dan tidak hanya berlindung dari kami, " sarkas Thomas. Dia memerintahkan pada anak buahnya untuk mengijinkan kelima pria yang berada di bawah masuk.
Kriiiek.
Suara pintu gerbang mereka terdengar menyakitkan. Ini membuat pasukan yang berasal dari markas selatan prihatin.
Blam.
"Akhirnya kita akan istirahat," ucap Aaron. Dia tidak sabar tidur di atas kasur sekali lagi.
"Sayang sekali kalian salah. Ada ratusan zombie yang menuju kemari dan ingin memakan kalian semua..." peringat Saara.
"Apa!? " pekik Aaron. Dia pun melihat keluar jendela dan menyaksikan ratusan zombie yang menuju ke arah gerbang markas Barat.
Ken menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya. " Bukankah mereka itu takut padamu Saara? "
"Bisa jadi zombie mutasi ketiga yang mengendalikan mereka."
"Oh ini menyebalkan. "
Duag...!
Duagh!
Serangan para jomblo itu pun dimulai. Mereka mulai mendobrak gerbang yang terbuat dari kayu dengan kekuatan yang besar. Semua orang yang berada di markas tahu jika pintu itu tidak akan bertahan lama akibat serangan dari para zombie.
Saga pun segera menuju ke belakang pintu markas yang hendak didobrak oleh para zombie. Ken juga menyusul Saga dan menaburkan biji-bijian agar mereka tumbuh dan menahan pintu gerbang sehingga mampu menahan zombie agar tidak masuk ke dalam markas.
"Kerja bagus Ken," puji Saga.
James dan Sean juga tidak tinggalan
Mereka juga berjaga di belakang gerbang sekaligus pohon yang Ken tumbuhkan.
Thomas kebingungan akan ulah dari keempat orang yang sedang berjaga di belakang pintu gerbang itu. Dia juga tidak percaya melihat jika biji-bijian yang bisa tumbuh di lantai dan memblokir pintu masuk kedalam markas.
"Siapa kalian ini sebenarnya?" Tanya Thomas.
"Itu tidak penting. Yang penting adalah, para zombie sekarang sedang memanjat tembok untuk masuk ke sini."
Ucapan Saara menyadarkan Thomas jika ia terlalu terkejut dan hampir melupakan hal penting. Dia pun segera menginstruksikan kepada anak buahnya untuk melepaskan batu- batuan dan juga tembakan ke arah para zombie yang ingin memanjat dan masuk melalui jendela.
Para zombie itu terus mendobrak pintu gerbang tanpa henti dan di sisi lain mereka juga memanjat rekan- rekannya sehingga membentuk piramida untuk dapat masuk melalui jendela markas Barat.
"Lapor! Kami kehabisan peluru dan batu!"
Thomas segera menyuruh anak buahnya melepaskan minyak tanah.
"Tuang minyak tanahnya!"
James yang memiliki kemampuan api segera naik ke atas. Dan ketika minyak dituang ke arah para zombie, dia mengeluarkan api sehingga membakar para zombie itu.
Graaoooo!
Teriakan para zombie terdengar menyakitkan.
"Gawat! Minyak tadi tidak cukup untuk membakar semua zombie yang menyerang!"
Para wanita dan penghuni markas barat mulai panik.
Saara akhirnya menendang Aaron yang dari tadi diam dan disambut pekikan protes dari Aaron.
"Hei ini sakit!"
"Giliranmu, " ucap Saara acuh tak acuh.
Dengan bibir yang cemberut dia mengeluarkan pisau es yang berjumlah ribuan di atas langit. Dan karena ia begitu marah Aaron melepaskan ribuan pisau situ ke arah para zombie yang sedang memanjat ataupun mendobrak pintu gerbang.
Jleb.
Jleb.
Tentu saja para zombie itu langsung tewas tertusuk pisau dari es Aaron. Suasana yang tadinya ramai karena teriakan para zombie kini menjadi tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
Saara memanfaatkan keadaan ini untuk mencari kristal zombie di kepala mereka. Dia kembali mengubah dirinya menjadi serpihan partikel nano untuk mengambil kristal zombie. Akan tetapi dia sangat kesal karena ternyata semua kristal itu hancur akibat pisau es dari Aaron.
Lagi- lagi Thomas yang melihat hanya bisa melongo. Dia hanya bisa mengatakan satu hal pada rombongan Aaron.
"Siapa sebenarnya kalian ini guys?"
Tbc.