Hati manusia bukan terbuat dari baja. Aku hanya perempuan lemah, berharap kau cintai dan hargai.
***
Shena mengucap syukur melihat keadaan ayahnya mulai membaik. Shena tidak bisa melihat, bagaimana ayahnya harus terbaring sakit dengan semua alat medis melekat pada tubuh ayahnya.
Demi apapun, Shena hanya mempunyai pria itu di dunia ini. Tidak ada yang lain. Dahulu dirinya masih mempunyai keluarga Leo, namun, semenjak bercerai dengan keluarga Leo. Shena seolah tidak mau berhubungan dengan keluarga mantan suaminya itu lagi.
Dua hari yang lalu, Shena dengan terpaksa meminta bantuan pada Leo. Dirinya juga mengabarkan pada Leo, kalau ia tidak bisa datang ke apartemen pria itu pada malam harinya. Ayahnya lebih penting.
Walau Leo membentak dirinya dan memarahi Shena, membuat janda pria itu menangis dalam diam. Untuk kesekian kalinya, Leo mengatakan Shena jalang atau p*****r pria itu.
Shena sakit hati. Tentu saja dirinya sakit hati. Hanya wanita yang tidak punya hati, yang tidak akan sakit hati oleh perkataan sekeji itu. Leo selalu merendahkan dirinya. Seolah hati Shena tidak akan sakit mendengarnya.
Shena menahan segala cacian makian dari Leo, pria yang sampai sekarang masih bertahta di hati Shena. Ia harus menjadi pemuas nafsu pria itu.
Ya Tuhan, dirinya tidak ingin seperti ini. Dirinya ingin seperti wanita lainnya dihargai dan dicintai, tapi, takdir seolah mempermainkan dirinya.
Shena mengusa air matanya dan meremas dadanya. Mengingat statusnya sekarang adalah pemuas nafsu mantan suaminya. Mantan suami yang selalu menghina dirinya.
Shena disamakan dengan seorang p*****r. Padahal dirinya adalah wanita terhormat. Kalau saja tidak mengingat ayahnya butuh uang untuk operasi, Shena tidak akan mau menjadi p*****r Leo. Pria yang memiliki sifat berengsek.
"Shena, ayahmu sudah mulai membaik, kenapa kau masih sedih?"
Shena melihat pada Dokter tampan yang menjadi Dokter ayahnya. Perdi—nama Dokter itu sudah memiliki istri dan satu orang anak. Rumah tangga mereka sangat bahagia, beberapa kali Shena mengobrol dengan istri Perdi dan wanita itu sangat ramah dan baik.
"Aku menangis senang. Alhamdulillah, ayah sudah mulai membaik," ucap Shena berbohong.
Dia memang bersyukur ayahnya kembali sehat. Tapi, dirinya harus menghadapi sebuah neraka hidup di dunia. Dirinya harus menjadi p*****r dari mantan suaminya sendiri.
Perdi menatap selidik pada Shena, seperti ada yang disembunyikan oleh wanita itu darinya. Namun, Perdi tidak akan mengusik privasi Shena. Kalau Shena ingin bercerita dirinya dan istrinya siap mendengarkan Shena.
Perdi sudah menganggap Shena sebagai adiknya sendiri. Ssat melihat bagaimana biaya pengobatan ayah Shena, dirinya tidak bisa membantu banyak. Karena Perdi tak memiliki uang sebanyak itu.
Saat Shena membawa uang dan membayar operasi. Perdi menanyakan Shena mendapat darimana uang untuk biaya operasi, wanita itu mengatakan kalau mantan suaminya yang membantu.
Perdi merasa bersyukur. Setidaknya pria itu masih berbaik hati pada Shena dan keluarganya.
"Shena kalau kau ada masalah bisa cerita pada kami. Kami akan mendengarkan dan membantu dirimu," ucap Perdi memegang pundak Shena.
Shena mengangguk, ia sangat berterimakasih pada Perdi dan istrinya, yang selalu baik padanya. Seringkali istri Perdi membawakan Shena makanan dan menemani Shena merawat ayahnya.
"Aku pasti akan bercerita pada kalian. Untuk sekarang aku tidak bisa bercerita, ini sungguh berat," ujar Shena dan tersenyum miris.
Perdi merasa iba melihatnya. Pria itu maju selangkah dan memeluk Shena. Berharap apapun masalah Shena sekarang, wanita itu bisa dengan lapang d**a dan bisa segera menyelesaikan masalahnya.
"Aku berharap kau selalu baik-baik saja Shena," ucap Perdi.
"Maaf, aku mengganggu acara pelukan kalian yang sangat romantis. Aku hanya ingin mengobrol sebentar dengan Shena."
Shena dan Perdi melepaskan pelukan mereka. Menatap pada pria yang menatap mereka dengan senyuman sinis.
Shena menahan napasnya melihat siapa yang berada di depannya sekarang. Leo. Pria itu menatapnya sinis, tahu kalau Leo datang kemari bukanlah pertanda baik. Bisa saja Leo datang ke sini membawa kematian Shena. Karena Leo dan malaikat maut tidak ada bedanya. Sama-sama kejam.
"Maaf, kau siapa?" tanya Perdi.
Leo berdecih, siapa yang tidak mengenal dirinya. Pengusaha termuda dan terkaya di Asia. Dan Dokter di depannya ini menanyakan dirinya siapa? Dasar orang kampung!
"Aku Leo. Mantan suami Shena." Leo tidak perlu menjabat tangan Dokter itu. Baginya kuman orang miskin lebih bahaya dari virus manapun.
Perdi hanya tersenyum saja dan tidak membalas tatapan rendahan dari Leo. "Shena aku pergi dulu. Nanti aku akan memeriksa ayahmu lagi," ucap Perdi dan pergi dari hadapan Shena dan Leo.
Shena yang ditinggal berdua saja dengan Leo, semakin takut. Kalau kematian semakin mendekati dirinya. Melihat tatapan tajam Leo padanya saja, sudah membuat Shena ingin pergi dan tidak memunculkan dirinya di hadapan Leo lagi.
"Ini sudah beberapa hari Shena, kau masih belum datang menemuiku!"
Shena menunduk, dirinya belum siap memberikan harta berharganya pada Leo. Pria yang pernah menikahinya dan akhirnya menceraikan dirinya.
"Beri aku waktu. Aku belum siap! Kalau aku masih menjadi istrimu, mungkin aku siap memberikannya padamu," ucap Shena menunduk.
Leo berdecih. "Kau bukan istriku lagi. Kau adalah pelacurku sekarang! Kau harus menepati janjimu, Shena!" Leo menaikkan nada suaranya satu oktaf.
Geram dengan wanita yang berada di depannya sekarang. Wanita yang pernah menjadi istrinya, dan sekarang wanita itu akan menjadi pemuas nafsunya di ranjang. Leo tidak peduli dengan harga diri wanita itu. Wanita yang Leo yakini masih mencintai dirinya.
Hah, siapa yang berani menolak pesona Leo?
Leo adalah pria tampan dengan harta melimpah, banyak wanita yang ingin bersamanya dan menjadi istrinya. Tapi, Leo tidak mau menikah lagi. Baginya pernikahan itu tidak ada gunanya.
"Leo, aku akan menepati janjiku. Aku akan menjadi pelacurmu, tapi, aku mohon agar kau memberikan aku waktu. Aku belum siap!" mohon Shena berlinang air mata.
Leo mendengkus kesal. Wanita ini selalu membuat dirinya marah, dan Leo ingin sekali menarik Shena ke atas ranjangnya, memberikan pelajaran pada wanita itu. Banyak wanita luaran sana yang ingin menjadi teman tidur Leo.
Beruntunglah Shena, Leo memilih dirinya untuk menjadi teman tidur dengan DP uang seratus juta. Seharusnya wanita itu melayani dirinya dahulu, baru mendapatkan uang. Karena memikirkan Shena pernah terlibat pernikahan dengannya, maka Leo memberi toleransi pada wanita itu.
"Baiklah, tapi, aku akan terus menemuimu! Sampai kau siap untuk melayaniku! Ingat Shena, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah. Kau sudah mengambil bayaranmu di awal." Leo memperingati Shena.
Shena menunduk dan mengangguk, hatinya sakit sekali. Ketika orang yang dicintai hanya menganggapmu seorang p*****r.
"Baik," ucap Shena menahan tangisannya.
Leo tersenyum puas mendengar ucapan Shena dan pergi meninggalkan wanita itu sendiri.
Shena yang menatap kepergian Leo, meluruhkan tubuhnya dan memegang dadanya yang terasa sangat sesak sekali. Ya Tuhan ... kalau saja hidupnya berkecukupan, dirinya tidak akan melakukan ini. Hal yang sangat membuatnya menjadi perempuan murahan.
***