Zia sukses membuat konsentrasi Sean teralihkan. Ia terus memandangi layar ponselnya selama pak Sadin membawanya kembali ke hotel holfive, tempat seharusnya ia berada. Lelaki itu meneliti wajah gadis kecilnya yang terlampir pada layar ponselnya. Ya, Zia mengirimi dirinya dua foto dengan wajahnya. Gadis memasang tatapan mengancam, dengan bibirnya yang maju. Kemudian pada foto kedua, gadis itu memasang tatapan bayi yang memelas, dan bibirnya tetap maju. Lelaki itu bahkan sampai harus menggaruk rambut depannya, memaksa otaknya bekerja keras untuk mengartikan ekspresi gadis kecilnya. “Sebenarnya kamu marah atau memang menggoda saya?” gumannya tak jelas. “Ada apa, Tuan?” tanya pak Sadin dengan tatapan cemas. “Apakah Bagas melakukan kesalahan?” Sean tersadar kalau lelaki tua di hadapannya ter