Clarissa berbincang tertutup dengan seorang pria pelayan Hotel, tampak mereka sedang merencanakan sesuatu dibalik perbincangan itu.
"nanti kamu berikan minuman ini padaku dan Alexander. bersikap biasa saja, jangan sampai mencurigakan, kamu mengerti?" ujar Clarissa pelan menunjuk dua gelas minuman yang telah disiapkan untuk dirinya dan Alexander. pria pelayan hotel itu mengangguk faham, tentu saja ia berani menjalankan misinya karena mendapat bayaran yang mahal dari Clarissa.
"sayang sekali kamu terang-terangan menolak tubuhku, jadi aku hanya bisa menggunakan cara kotor ini. kuharap kamu menikmati malam kita nanti Alexander, aku tidak sabar ingin mengandung putramu yang akan mewarisi kerajaan bisnismu," batin Clarissa tertawa puas dengan rencana jahatnya.
Clarissa sangat tahu Alexander tidak menyukainya, jadi ia ingin memperdayanya lewat minuman yang telah dicampur dengan obat perangsang dosis tinggi, tujuannya agar Alexander berada dibawah genggamannya.
Clarissa sedang berkomunikasi dengan Teman-temannya. sementara pelayan yang bekerja sama dengannya, sedang menata minuman, namun ketika pelayan itu menunduk mengambil sesuatu yang jatuh dari atas meja, minuman yang sudah disiapkan untuk Clarissa diambil oleh Rachel. Rachel menggeser minuman sebelahnya untuk mengisi tempat kosong gelas minuman yang ia ambil.
awalnya Rachel ragu untuk meminumnya, ia tidak terbiasa meneguk minuman jenis Alkohol apapun, namun karena ia sedang memendam kesal karena kekasihnya dijodohkan oleh wanita pilhan orang tua, Rachel langsung menandaskan minuman tersebut. Fatalnya ia malah mengambil minuman yang sudah dicampur dengan obat perangsang dosis tinggi.
Rachel menyaksikan Lucas yang berada dalam pengaruh Ilona. Ilona sengaja memberikan banyak minuman beralkohol pada Lucas sehingga membuat pria itu mabuk. Rachel merasa sangat sedih terlebih karena Mamanya Lucas telah mempercayakan putranya pada Ilona.
Sementara Alexander, ia menerima minuman yang sudah dicampur dengan obat perangsang yang diberikan oleh Clarissa sendiri melalui pelayan tadi. berbeda dengan Clarissa, minumannya sudah tertukar oleh minuman Rachel.
Alexander meneguk tandas minuman itu sambil memandangi Rachel yang berdiri sendirian.
Alexander bergeleng kepala dan berkata pelan, "Lucas, bila sudah memiliki kekasih, untuk apa menuruti perintah konyol Mama dan Papa."
"kamu antar dia ya Alex," pesan Yasmin pada putranya. Alexander hanya berdehem mengiyakan. Yasmin beralih menatap calon menantunya, "Tante sama om pulang ya, nanti Alexander yang mengantar kamu," pamit Yasmin pada Clarissa.
"Iya Om Tante, hati-hati."
Setelah kepergian Orang tua Alexander, ponsel Clarissa berdering.
Clarissa menjauh dari Alexander begitu tahu yang menelponnya adalah Jeffrey, pria simpanannya. Clarissa buru-buru mengangkat telepon darinya sambil mengamati sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya. setelah melakukan perbincangan singkat pada Jeffrey, Clarissa memilih meninggalkan rencananya.
"masih ada lain kali untuk Alexander. kali ini aku harus menemui Jeffrey dulu, pria yang sudah pasti mampu memuaskan nafsuku. lagipula aku tidak yakin milik Alexander lebih besar dari milik Jeffrey," pikir Clarissa.
"Alexander, aku pulang sendiri. kamu tidak perlu mengantarku pulang sayang. aku tidak ingin merepotkanmu."
Cup
kecupan singkat mendarat di pipi Alexander tanpa bisa pria itu cegah. Setelah Clarissa pergi, Alexander mengusap kasar bekas kecupan wanita itu di pipinya.
Kondisi Hotel memang sudah sepi begitu acara pertunangan Alexander dan Clarissa telah selesai, tamu undangan sudah kembali pulang.
tiba-tiba Alexander mendadak merasa kepalanya pusing, ia tidak sanggup bila harus menyetir sendiri, asisten pribadinya sudah ia suruh pulang sejak tadi. ia hendak mencari Lucas, tapi seketika ia ingat Lucas sedang mabuk. Akhirnya Alexander memilih memesan kamar hotel untuk satu malam.
Kamar Nomor 181 adalah kamarnya, Alexander berjalan masuk setelah membuka pintu kamarnya. tapi ia lupa ponselnya tertinggal di dalam mobil, ia turun lagi kebawah mengambil ponselnya.
Rachel merasa harus mencari Lucas, perasaannya tidak tenang ketika Lucas pergi bersama wanita itu dalam keadaan mabuk. Ia berjalan ke atas dan menemukan kamar nomor 181 dengan pintu terbuka, ia pikir Lucas berada di sana.
"Lucas!" seru Rachel, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar Hotel, Namun tidak menemukan Lucas.
melihat kasur yang besar dan empuk, Rachel rasanya ingin merebahkan tubuhnya di sana. kepalanya terasa berat karena efek obat perangsang yang sedang bereaksi. sesuatu mendesaknya ingin melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan.
matia-matian Rachel diam menahan, namun akhirnya Rachel sudah tidak tahan, ia masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengunci pintunya. sementara Alexander sudah kembali ke kamarnya, membawa ponselnya yang tadi tertinggal di mobil. ia mengunci pintu kamar dan hendak menuntaskan sesuatu yang mengganjalnya tanpa tahu hal tersebut pengaruh dari obat perangsang yang diminumnya. bagi Alexander, ini bukan pertama kalinya ia akan menuntaskan hasratnya sendirian, ia pernah melakukannya beberapa kali sebagai pria dewasa, namun belakangan ini tidak, karena kesibukannya di kantor.
Sementara di dalam kamar mandi, Rachel sudah membuka gaunnya dan asal menggantungnya di tempat yang sudah disediakan. perasaan yang sangat gerah dan nafsu yang menggelora, Rachel duduk di lantai kamar mandi dan menusuk-nusuk ruang pribadinya.
Alexander yang memilih hendak berejakulasi di kamar mandi, kaget ketika membuka pintu, ia mendapati Rachel tanpa pakaian. Alexander berusaha menggelengkan kepalanya agar tidak melakukan hal lebih pada gadis di hadapannya. sedangkan Rachel terlonjat mengetahui kehadiran pria yang memergoki dirinya tanpa sehelai pakaian yang menutupi tubuhnya.
Karena hasrat yang mendalam, Alexander tak mampu berpikir jernih. pemadangan di hadapannya membuatnya terkontaminasi dan langsung membopong tubuh Rachel membawanya ke atas kasur, ini di luar dari kesadarannya.
Rachel melingkarkan lengannya ke leher Alexander, bahkan ia tidak sadar jika pria dihadapannya ini Alexander, Tunangan kakaknya sekaligus kakak dari kekasihnya. obat perangsang itu membuat korbannya tidak mengingat apapun selain hanya nafsu yang membara.
Alexander membaringkan perlahan tubuh Rachel di atas kasur king size.
"Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Alexander bertanya. Ia berusaha mengontrol kesadarannya meski seperti sudah hilang sepenuhnya, berbeda dengan Rachel yang sudah kehilangan jiwa aslinya.
"aku?. a-a-ku," gugup Rachel, seolah bukan dirinya yang sebenarnya, Rachel bernafsu liar.
Rachel meremas kedua miliknya dihadapan Alexander, dengan susah payah Alexander menelan salivanya. ia mencoba membuat pertahanan yang kokoh agar tidak tergoda. namun itu gagal saat kedua manik mata biru safir milik Alexander memperhatikan lekuk tubuh Rachel yang mulus bak porselen.
seorang Model memang dituntut memiliki kulit yang sehat dan tubuh proporsional. Tak sanggup menahan ledakan gairah, Alexander mendorong tubuh Rachel lalu menciumi leher Rachel agresif, hingga lenguhan keluar dari bibir Rachel.
Alexander segera menanggalkan semua pakaiannya hingga terlihat sama polosnya seperti Rachel. tubuh Tuan Muda pertama dari keluarga konglomerat itu sangat kekar dan berotot.
Rachel melenguh nikmat dan sakit saat Alexander mulai memperkenalkan miliknya pada Rachel. Alexander menggagahi tubuh Rachel, obat perangsang ini benar-benar berpengaruh besar.
"Sakit!" Rachel mengaduh sakit namun tetap berusaha menikmati dengan mata yang terpejam hingga Keluar darah segar dari miliknya. Alexander sempat menghentikan aksinya, namun Alexander perlahan menusukkan kembali miliknya.
"Emhh," erang Rachel, kelopak matanya membuka dan menutup. tubuhnya menggelinjang. ia memang tidak sadar apa yang ia lakukan saat ini diluar batas kesadaran normalnya.
Perlahan tapi pasti Alexander memejamkan mata menikmati alunan permainannya malam ini dan untuk pertama kalinya pria itu merasakan surga dunia. Begitu pula Rachel, kegiatan panas di ranjang itu berakhir dengan Mereka tidur saling berpelukan.