Episode 11 : Dilema

1440 Words
“Sunny dan Keandra memiliki cinta yang sama besarnya dengan ego mereka. Keduanya bak magnet yang akan tarik-menarik ketika dalam situasi yang berbeda—salah satu di antara mereka ada yang mengalah—dan akan tolak-menolak ketika ego mereka sama kuatnya.” Episode 11 : Dilema “Musik adalah hidup Kean. Dia hanya bisa hidup dengan bermusik.” “Takdir Keandra ada di musik, Ny ....” Xan terdiam karena merasa sangat bersalah. Bukan tanpa alasan, karena yang ia katakan sama saja menghentikan kehidupan Sunny. Bahkan ia yakin, hal yang sama juga akan menimpa Keandra andai saja pria itu mengetahui apa yang ia lakukan; mengatakan pernyataan terlarang. Bisa jadi, Keandra langsung melenyapkannya dari daftar persahabatan untuk selama-lamanya. Keandra akan marah besar bahkan membencinya. Keandra memang mencintai musik. Tiada hari tanpa bermusik. Sebagian besar hidup Keandra hanya untuk bermusik apalagi menyanyi. Namun semenjak Sunny hadir, semuanya berubah. Hidup Keandra tidak hanya untuk bermusik lagi. Sunny yang begitu Keandra cintai mengalihkan dunia Keandra tanpa terkecuali. Karena demi membuktikan cintanya pada Sunny, Keandra meninggalkan semuanya. Tak sekadar nongkrong dengan band-nya serta kesenangan lainnya, melainkan musik yang selama ini menjadi hidup Keandra. Sunny selalu marah ketika melihat kerumunan wanita merebutkan Keandra. Sunny juga tidak suka ketika mata para wanita sibuk memperhatikan, mencari-cari perhatian Keandra. Dan semua itu terjadi karena Keandra bermusik. Vokalis yang memiliki wajah rupawan yang juga ditunjang dengan tubuh tinggi nan tegap, tak kalah dari suara emasnya. Tak jarang, wanita-wanita yang mengejar, dengan sukacita menyerahkan diri pada Keandra meski hanya untuk kebersamaan sesaat. Wanita-wanita itu rela memberikan semuanya termasuk harga diri, andai saja Keandra mau. Sama halnya dengan Keandra, Sunny juga tidak bisa berbagi Keandra dengan wanita lain. Sunny juga akan marah ketika ada wanita lain mendekati atau sekadar mencuri-curi perhatian Keandra, seperti Keandra yang akan langsung marah pada setiap pria yang menggoda Sunny. Xan tahu itu. Sunny dan Keandra memiliki cinta yang sama besarnya dengan ego mereka. Keduanya bak magnet yang akan tarik-menarik ketika dalam situasi yang berbeda—salah satu di antara mereka ada yang mengalah—dan akan tolak-menolak ketika ego mereka sama kuatnya. “Kemarilah. Kita harus bicara ... ini menyangkut masa depan Kean. Masa depan kalian.” Xan menatap Sunny dengan penuh rasa bersalah. Rasa yang tiba-tiba saja membuncah hanya karena melihat kesedihan yang menyelimuti Sunny. Wanita itu tampak kebas dan wajahnya berubah menjadi pias. Sunny merasa sebagian besar tenaganya tiba-tiba hilang begitu saja hingga tubuhnya menjadi terasa sangat lemas. Saking lemasnya, kedua kakinya sampai gemetaran di mana tak lama setelah itu, ia justru terduduk. “Ny ...?” Ketika Sunny menoleh ke depan, ia mendapati Xan berlari ke arahnya. Pria yang kerap mengenakan kaca mata bening itu tak hanya panik, melainkan sangat mencemaskannya. Tak butuh lama, Xan jongkok dan langsung mencoba membantu Sunny berdiri. Sunny menunduk dan sengaja menepis tatapan Xan berikut kedua tangan pria itu dari tubuhnya. “Tolong, jangan katakan apa pun tentang aku dan Kean apalagi hubungan kami. Kean dan aku baik-baik saja. Kami saling mencintai dan akan selalu bahagia walau Keandra tak lagi bersama kalian untuk bermusik. Hidup Keandra baik-baik saja walau tanpa musik.” Suara Sunny terdengar bergetar. Bagi Sunny, berurusan dengan Xan sama saja bermain dengan waktu. Meraba-raba apa yang akan terjadi di masa depan, di mana kemungkinan buruk kerap menjadi bahan wanti-wanti pria itu. Kenyataan yang biasanya bertolak belakang dengan apa yang ingin mereka dapatkan tanpa terkecuali Sunny. “Aku tahu, Ny, kamu nggak mau dengar apa pun dari aku. Tapi aku yakin, kamu juga percaya takdir.” Kedua mata Xan menatap lekat-lekat dan jelas berusaha meyakinkan Sunny. Rasa takut semakin menghantui Sunny. Dan wanita itu benci keadaan seperti sekarang. Ia dan Keandra selalu berusaha menjaga hubungan meski kadang mereka juga tak luput dari salah dan tetap dengan ego masing-masing. Belum lagi jika ia mengingat kejadian akhir-akhir ini. Mengenai ia yang memilih menolak lamaran Keandra hingga cincin pengikat dari pria itu justru hilang. Juga, Keandra yang semakin peduli sekaligus sabar tapi menjadi pendiam. Benar dugaannya, Xan memang membawa benang merah dari perubahan Keandra. Bukankah Sunny juga selalu percaya jika di dunia ini tidak ada yang benar-benar kebetulan? Semuanya selalu beralasan dan memiliki tujuan? “Kean akan baik-baik saja.” Xan masih berusaha meyakinkan Sunny. “...” “Aku akan mengatakan semuanya tapi kamu jangan begini. Kita duduk di sana lagi.” Xan kembali mencoba membantu Sunny untuk berdiri. Kali ini, setelah tatapan bergetar wanita itu menatapnya, perlahan ia menuntunnya. Mereka kembali duduk di bangku yang belum lama mereka tinggalkan. Duduk di bangku jauh lebih baik dan tidak mencuri perhatian orang-orang yang kebetulan melintas atau melihat dari kejauhan. Xan tahu kenapa Sunny menjadi terlihat sangat sedih bahkan terluka. Itu karena Sunny tulus mencintai Keandra. Pun dengan Keandra yang tak jarang akan terlihat seperti terobsesi. Bahkan terkadang keduanya lebih memilih menyakiti diri sendiri daripada sesuatu yang buruk menimpa pasangan mereka. Begitulah cinta yang terkadang membuat semuanya terlihat sama padahal jelas berbeda. Orang-orang yang jatuh cinta cenderung akan menyamakan semuanya sesuai kemauan mereka. Seolah-olah mereka paling benar sementara orang lain sama sekali tidak berarti. Sunny masih menunduk dengan kedua tangan yang tertumpuk di atas pangkuan. Xan menatapnya dengan senyum tipis. Ia begitu mengagumi ketulusan Sunny pada Keandra dari cara wanita itu berpenampilan. Kini wanita di hadapannya selalu mengenakan setelan panjang yang tidak memamerkan lekuk tubuh kendati Sunny memiliki bentuk tubuh idaman kaum wanita. Pun dengan rambut panjang berwarna hitamnya yang selalu diikat tinggi, selain riasan alami yang dipilih untuk wajahnya yang memang sudah cantik tanpa harus mengenakan rias. Setahu Xan, Keandra selalu melarang Sunny menggerai rambut kecuali ketika wanita itu sedang bersama Keandra. “Kelak, siapa pun pasanganmu, dia akan jadi orang paling beruntung karena kamu selalu bawa hoki. Usahanya maju pesat. Dia juga sayang banget sama kamu apalagi kalau kamu hamil dan kasih dia keturunan.” Sunny yang tertunduk terus berharap agar laki-laki itu Keandra. Ia berharap Keandra tak hanya menjadi cinta pertamanya, melainkan terakhir bahkan akhiratnya. “Tapi kamu juga harus kuat. Karena cobaan yang akan kamu lalui nggak kalah berat.” Sunny berangsur menatap Xan. “Tolong jangan katakan apa pun tentang masa depan. Bukannya aku nggak percaya kata-kata juga kemampuanmu meramal masa depan, tapi aku punya Tuhan dan akan selalu berdoa agar aku dan Keandra baik-baik saja.” “Tuhan sudah mengabulkan doamu, Ny. Jangan berpikir macam-macam. Begini-begini, aku juga percaya Tuhan.” “Jadi?” Sunny menatap Xan penuh kepastian dengan puing-puing luka yang masih menyelimutinya. Xan menghela napas dalam hingga dadanya yang cukup bidang menjadi membusung. Entah kenapa, menunggu cerita dari Xan tentang Keandra membuat jantung Sunny berdebar-debar. “Dua bulan lalu, Keandra diam-diam mengikuti audisi pencarian penyanyi berbakat. Kean langsung lolos ke babak selanjutnya. Di babak selanjutnya Kean juga lolos. Dan beberapa hari lalu, Kean dapat panggilan buat mulai penyisihan terakhir. Di babak kali ini akan disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta.” Sebuah amplop putih dari Singer Star dan Keandra Adi Cahyo sebagai penerima dengan alamat tujuan Kafe Happy tempat dulu Kean bekerja, menghiasi sampulnya. Sunny menerimanya dengan jantung yang berdebar-debar. Termasuk tangan dan sekujur tubuhnya yang menjadi gemetaran. Amplop berlogo mikrofon bintang warna emas itu seperti bom waktu yang bisa meledakkan Sunny sewaktu-waktu. “Sekarang semua keputusan ada di tanganmu tanpa terkecuali masa depan Kean,” lanjut Xan. Tatapan bergetar Sunny terempas dan bertemu dengan pandangan Xan. Ia menatap pria itu dengan pandangan tidak mengerti yang dipenuhi luka. Xan yang bisa membaca maksud dari tatapan Sunny segera berkata, “Kean menolak mengikuti babak selanjutnya, karena dia sudah berjanji ke kamu nggak akan nyanyi lagi.” Hati Sunny berdesir dan meninggalkan rasa ngilu yang begitu menyiksanya. Ia bahkan refleks memejamkan mata demi menghalaunya. Rasanya, ia tidak beda dengan penjahat yang telah merenggut kehidupan orang lain dan itu pada Keandra—pria yang sangat ia cintai. “Kamu lihat sendiri, kalau sampai sekarang Kean belum punya pekerjaan yang cocok. Kalaupun ada, dia pasti terpaksa karena nggak mau mengecewakan kamu.” Sunny memang terdiam, tetapi jauh di lubuk hatinya ia menjerit, menangis histeris. *** Sunny baru akan memasuki ruang kerjanya, ketika Felly sekretaris atasan mereka datang dan menghampirinya. Sebuah amplop warna cokelat berukuran besar diberikan wanita murah senyum itu kepadanya. “Ini apa, Kak Fe?” Sunny memang lebih memilih memanggil wanita itu dengan sebutan kakak. Selain mereka hanya terpaut usia 3 tahun, Felly juga meminta Sunny melakukannya agar mereka lebih cepat akrab. Felly mengangkat kedua bahu rampingnya, menegaskan dirinya tidak tahu-menahu. Sunny mengulas senyum. “Oh, ya, sudah. Sekali lagi, makasih, ya, Kak ....” “Sama-sama, Ny ....” Setelah memastikan jika Felly benar-benar pergi, Sunny pun memasuki ruangannya sambil membuka amplop cokelat di tangannya. “Belum ada satu bulan kerja sudah dapat amplop? Misi khusus, kah?” gumamnya yang langsung dibuat tidak percaya dengan isi lampiran kertas selaku isi amplopnya. “Mutasi ...? Aku dapat kenaikan jabatan, tapi dipindah ke luar kota?” Antara bahagia dan dilema, itulah yang Sunny rasakan detik itu juga. Apalagi, ia juga memiliki beban lain mengenai masa depan Keandra. Batin Sunny bergejolak. Kenaikan jabatan yang ia dapatkan memang terbilang langka apalagi ia juga belum ada satu bulan bekerja. Namun, jika harus sampai pindah ke luar kota sementara ia belum siap jauh dari Keandra, kenaikan jabatan itu tak beda dengan jebakan yang mengantarkannya pada kehancuran hubungannya dengan Keandra. Belum lagi, pasti Keandra tidak akan membiarkannya begitu saja. Sama halnya dengan ia yang masih belum bisa melepas Keandra untuk ajang Singer Star.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD