Jalen hembuskan napas pelan. Dalam keheningan Jalen menatap mata Sela tenang. “Aku akan ikuti apapun keinginan kamu, kecuali yang satu itu.” “Tapi aku mau cerai.” Jalen tampak tetap tenang. “Kamu pulih dulu, begitu pulih baru kamu ngomong lagi sama aku.” “Nggak ada bedanya.” “Ada, Sayang,” sahut Jalen tetap tenang. Nada suaranya bahkan tak berubah sama sekali. Jalen benar-benar tenang meski gejolak di dalam dadanya sedang menggelora saat ini. “Sekarang kamu istirahat, jangan pikirin yang lain dulu.” Jalen usap rambut Sela lembut. Wanita itu kembali diam, memilih untuk memandang ke arah lain. Jalen menurunkan sandaran tempat tidur Sela agar wanita itu bisa istirahat dengan lebih nyaman. Kembali hening menerpa. “Sejak kapan kamu tau kalau aku hamil?” tanya Sela setelah dibeku