Biarpun kulkas, tapi semua yang kenal baik Vian pasti tahu selembut apa hatinya. Itulah yang mulai Lean rasakan dan pahami tentang pria yang sebentar lagi akan jadi suaminya itu. Vian memang masih irit bicara, kadang menyebalkan, namun tiba-tiba perlakuannya juga manis tak terduga. Satu hal yang Lean harus akui, dia mulai merasa nyaman bersama Vian, meski itu mungkin hanya sebatas teman. Tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Sedikit tidak masuk di nalar bagi Lean, ketika membayangkan ribetnya mempersiapkan pesta pernikahan hanya dalam waktu dua minggu. Tapi, dia juga paham itu semua bahkan hanya soal kecil bagi mereka yang punya harta dan kuasa. Soal gaun sudah beres, karena kemarin dia dan Key juga langsung mencapai titik temu. Minggu depan dia dan Vian hanya butuh meluangkan waktu untuk