Melamar Kerja

1043 Words
Makan malam bagi keluarga Samudera Edgar Pravitel adalah waktunya semua masalah dibicarakan. Mereka bukan keluarga yang melarang yang berada di meja makan bicara, bagi Sam, waktu bicara dengan keluarga adalah pada saat makan. Dan malam ini adalah waktunya untuk memberi tugas pada putra bungsunya, Abyan Benua Pravitel. "Kau tahu pintu masuk ke ruang kerja kakakmu, kan?" tanya Sam pada Abyan. "Mudah saja. Aku bisa tanya pada resepsionis dimana kantor kakak," jawab Abyan. "Eh, kenapa harus tanya? Kamu, kan, sudah beberapa kali ke sana, masa belum tahu?" tanya Elsa penasaran. "Kalau aku langsung nyelonong masuk, yang ada aku ditangkap satpam, Mom," kata Abyan tertawa. "Bener juga. Kamu nanti tanya kantor kantor Pak Erwin saja. Biar nanti Erwin yang nganter kamu ke kantor kakak," beritahu Tania. "Mommi heran, mau kerja di kantor sendiri aja susah banget. Memangnya gak ada cara lain, Pi?" tanya Elsa pada Sam. "Banyak caranya, tetapi pasti membuat orang curiga, apalagi sekarang tidak ada lowongan kerja," jawab Sam. Samudera mengerti keresahan Elsa yang berharap putranya bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah, tetapi Sam sudah mempersiapkan Abyan sebagai penerusnya, tidak peduli putranya sendiri sudah memiliki usaha yang cukup terkenal di negara kelahiran kakeknya. "Mom gak usah khawatir. Aku tetap kerja di HSP hanya jabatannya saja yang berbeda," kata Abyan berusaha memenangkan Elsa. Elsa yang selalu berpikir putranya selalu mendapatkan kemudahan tidak yakin kalau Abyan bisa bekerja sesuai dengan keinginan Sam. Yang tidak diketahui oleh Elsa adalah selama ini Abyan selalu mengerjakan semua pekerjaan rumah selama dia kuliah, dia lakukan sendiri. Tidak pernah minta atau bayar orang lain untuk melakukannya. Dan pada hari dia memulai pekerjaan yang diberikan ayahnya, maka Abyan sudah sangat siap. Bukan Abyan namanya kalau dengan cobaan seperti itu saja sudah membuatnya menyerah. 'Hidup tidak semudah membalik telapak tangan bro, karena untuk membalik saja memerlukan waktu'. Seperti keinginan Abyan dan Tania, besoknya Abyan sudah berangkat ke HSP pagi-pagi sekali. Hanya mengandalkan bis umum yang memuat penumpang lebih banyak dari seharusnya sudah sukses membuat baju Abyan basah karena keringat. Beruntung ketienya masih tetap terjaga hingga tidak menimbulkan Baubad. Jalan yang dilalui Abyan berbeda pada saat dia berjalan menuju kantor kakaknya di hotel bintang 5 paling terkenal di Jakarta. Biasanya dia selalu melalui lift khusus yang letaknya tidak jauh dari meja resepsionis. Tetapi kali ini dia harus melewati Loby dan bertanya pada wanita yang memiliki kecantikan tidak beda jauh dengan seorang model, atau wanita itu memang model yang sedang menyamar? Ah, apa untungnya mikir dia model atau bukan sementara waktu terus berjalan. Abyan khawatir Tania langsung pergi tanpa menunggu dirinya menemuinya. Hotel Samudera Pravitel berdiri megah hingga kadang membuat orang ragu untuk melangkah masuk ke sana. Siapa yang tidak tahu nama Hotel Samudera Pravitel. Hotel yang menyediakan semua yang dibutuhkan para tamu kecuali menyediakan layanan plus-plus. "Selamat pagi, apa saya bisa bertemu dengan Pak Erwin?" sapa Abyan pada resepsionis yang sejak tadi menatapnya dengan mulut terbuka. "Hah, maaf, saudara mau bertemu siapa?" tanya wanita itu balik bertanya. "Pak Erwin dari bagian HRD," jawab Abyan menjelaskan. "Ooh...sebentar ya saya tanya dulu dengan pegawai yang sebenarnya," jawab wanita itu. 'Hah? Ternyata benar dugaan Abyan sebelumnya kalau wanita itu adalah wanita yang sedang menyamar'. Mata Abyan yang tajam dibalik kaca mata yang bening melihat sekelilingnya dan dia melihat banyak orang yang sibuk bekerja dengan berbagai peralatan hingga membuat lobby yang seharusnya membuat nyaman tamu terlihat mengganggu, apalagi dengan tidak adanya pegawai yang sebenarnya. Apakah mereka tidak berpikir tetap memakai karyawan HSP? Abyan tidak percaya kalau yang terjadi di lobby tidak diketahui oleh kakaknya, setidaknya sebelumnya Tania harus melihat draft dari kontrak kerja sama tersebut. "Permisi, apa saudara yang bertanya tentang Pak Erwin?" sapa wanita yang memakai blazer seragam hotel HSP. "Benar. Kira-kira saya lewat mana, ya, kalau mau bertemu beliau," kata Abyan. Dari badge nama yang terpasang Abyan bisa mengetahui kalau namanya adalah Karla D. "Maaf, saya harus tanya Pak Erwin lebih dulu apa beliau ada janji tidak. Maaf, nama saudara siapa, ya?" tanya Karla. "Aby," jawab Abyan singkat. Mengangguk karena Abyan seperti sulit memberikan informasi yang lengkap, Karla mencoba menghubungi Erwin. "Selamat pagi Pak Erwin. Di lobby ada saudara Aby, katanya dia sudah membuat janji dengan bapak," beritahu Karla. "Suruh temui aku si lantai 9!" kata Erwin. "Lantai 9, maaf tepatnya di ruang apa ya, Pak," kata Karla lagi. "Ruang 9Ad," sahut Erwin. "Baik, Pak." Setelah mendengar pesan dari Erwin, Karla lalu mengatakan pada Aby yang masih berdiri sabar. "Pak Erwin katanya menunggu di lantai 9 ruang Ad," beritahu Karla meneruskan perintah dari Erwin. "Silahkan saudara naik lift yang ada di sana, lalu pilih lantai 9. Pak Aby menunggu. Kalau tidak tahu ruang 9ad, saudara bisa bertanya dengan wanita cantik di sana. Namanya Bu Mei, beliau adalah sekretarisnya Nonna Tania," jawab Karla. "Maaf, tapi saya mau ketemu dengan Pak Erwin," kata Abyan. "Iya, Pak Erwin menunggu di sana," jawab Karla tidak sabar. "Baiklah. Terima kasih atas bantuannya," kata Abyan yang langsung menuju lift. Abyan tidak tahu kalau Erwin sudah diperintahkan untuk langsung membawa Abyan menemui Tania tanpa melalui proses yang ada di ruang kerja Erwin. "Apa hebatnya Aby, ini dan mengapa Nona Tania langsung memintanya masuk ke sini sementara aku harus menunggunya datang? Suara denting pintu lift yang terbuka menyadarkan Erwin yang sejak tadi menunggunya di depan lift. Wajah Erwin menyiratkan sikap tidak bersahabat pada saat dia bertemu Abyan. Sebelumnya dia mengira yang bernama Aby lelaki biasa tetapi setelah berdiri berhadapan? Erwin harus mengakui kalau masa kejayaan sebagai karyawan paling tampan akan segera berakhir. "Dengan Pak Erwin? Nama saya Aby," sapa Abyan pada lelaki yang wajahnya terlihat kusut. "Apa yang dimakan Erwin sampai wajahnya gak enak dilihat?" batin Abyan menyuarakan pertanyaan. "Benar. Nona Tania meminta saya langsung membawa saudara menemuinya," kata Erwin yang keberatan mengenalkan diri. "Apa-apaan kakak. Kenapa dia ubah seenaknya saja semua aturan. Dan Erwin ini, kenapa aku tidak menyukainya?" batin Abyan kembali bersuara. Mengikuti Erwin, Abyan berjalan agak di belakangnya, menurut Abyan, lelaki yang bernama Erwin adalah lelaki yang sering membutuhkan rasa hormat agar dia bisa mengangkat kepalanya sementara Abyan sendiri adalah lelaki yang lebih sering menghindar agar dia bisa menunduk dan tidak dikenali orang. Lantai 9 yang menjadi letak kantor Tania bukan tempat asing bagi Abyan termasuk sekretarisnya yang bernama Mei, tetapi hari ini dia terpaksa bersandiwara bahwa dia adalah orang yang akan minta pekerjaan pada Nona Tania, putri sulung pemilik HSP.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD