Sam terus memperhatikan Zeny yang lebih memilih menunduk dari pada menatap mata orang tuanya. Dia tidak yakin kalau dirinya bisa menghadapi berbagai pertanyaan yang diberikan oleh mereka.
“Zen…lihat Papi! Katakan yang sebenarnya. Mengapa kau menyebutnya sebagai pecundang!”
Perintah dan pertanyaan dari Sam membuat Zeny tidak memiliki alasan lagi untuk menghindar. Walaupun hatinya tidak merasakan sakit dan kecewa, tetapi kemarahan sangat jelas terdengar di suaranya hingga kerutan terlihat di dahi Sam dan Elza yang memandangnya tidak percaya.
“Kau benar kalau menyebutnya pecundang. Lalu dimana dia sekarang. Papi harus bertanya mengapa dia menjadi lelaki pengecut,” kata Sam setelah Zeny selesai.
Seandainya Zeny tidak melihat kemarahan di suara Sam, dia mungkin akan langsung mengatakan apa yang sedang direncanakan oleh pecundang itu tetapi akal sehatnya masih mampu berpikir normal.
Dia tidak akan membiarkan Sam bertemu dengan pecundang itu dan mengotori mulut ayahnya dengan bicara pada lelaki itu.
“Tidak perlu. Aku sudah menghapus namanya dari dalam hati dan ingatanku. Bagiku dengan papi menemuinya membuat masalah terbuka kembali,” jawab Zeny tegas.
“Baiklah, papi mengerti. Lalu bagaimana kabar HSP? Kata Tania kau bertemu dengan Igor tadi siang,” tanya Sam seolah pertemuan Zeny dan Igor adalah hal biasa.
“Benar. Aku tidak tahu mengapa dia seperti memaksa untuk mengadakan acara pernikahan putrinya di hotel kita. Kalau alasan karena pecundang itu yang menjadi calon menantunya aku rasa Igor bukan lelaki seperti itu,” jawab Zeny sambil berpikir.
Suara keras Sam terdengar seperti bentakan hingga Zeny menatap ayahnya bingung. Apa yang sudah dia katakan hingga Sam sangat marah?
Pertanyaan di dalam hati Zeny tidak berlangsung lama karena Sam langsung bertanya padanya untuk mempertegas kalimat yang sudah Zeny ucapkan.
Menyadari kalau dirinya sudah kelepasan bicara Zeny kembali mengatakan kalau yang akan menjadi calon menantu Igor adalah mantan tunangan Zeny.
“Bagus dia tidak mendapatkan tempat di HSP. Selanjutnya kau tidak perlu menanggapi semua permintaan Igor karena papi yang akan menanganinya selama Tania di rumah dan Abyan belum kembali.”
“Papi tidak mau terjadi sesuatu denganmu, Zen, Igor adalah lelaki yang sangat berbahaya. Dia adalah lelaki yang bisa melakukan apa saja untuk mewujudkan keinginannya.”
“Papi sengaja pulang bersama dengan Borya bukan untuk melindungi Papi tetapi untuk melindungimu. Papi tidak akan membiarkan kau pergi bebas tanpa ada pengawalan. Papi yakin pecundang itu sudah mengatakan pada Igor siapa dirimu,” kata Sam membuat mata Zeny terbuka lebar.
Apakah Sam bermaksud memberinya hadiah atau musibah? Dan mengapa Sam tiba-tiba mengijinkan Borya bersama dengannya setelah sekian lama tidak pernah mengijinkan dirinya hanya berduaan saja.
Tanpa sadar Zeny menggeleng seolah dia tidak bisa menerima dirinya dikawal oleh Borya menyebabkan semua kepala kembali memperhatikan dirinya tidak terkecuali dengan Borya sendiri.
“Kenapa?” tanya Sam tajam.
Zeny tahu Sam tidak akan memberikan pengawal pada anaknya kalau dia yakin anak-anaknya tidak dalam bahaya.
“Kau tidak suka dikawal Borya?” selidik Sam.
“Bukan tidak suka. Aku khawatir kalau aku akan memiliki ketergantungan agar Kak Borya selalu bersama denganku,” jawab Zeny tertawa.
Isi kepala Zeny begitu kacau. Dia tidak mungkin menolak perintah Sam sehingga dia hanya bisa menerimanya tetapi dia juga memberikan peringatan pada Sam dan juga Borya bahwa dia mungkin saja memiliki perasaan special pada lelaki yang menjadi pengawalnya,
Bagaimana pun Borya adalah lelaki yang tampan dan gagah dan tidak sembarang wanita bisa berdekatan dengannya. Zeny tidak mengikuti berita tentang Borya tetapi dia tahu kalau Borya adalah lelaki pilihan yang tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Sam.
“Apa ada yang papi mau tanyakan kembali? Aku mau kembali ke kamar karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan sebelum Abyan kembali. Dan, kapan Abyan kembali untuk mengambil alih pekerjaan yang sudah dia mulai?” kata Zeny yang mendapat teguran dari Tania melalui matanya.
“Ada apa?” tanya Zeny pada Tania melalui isyarat mata.
“Abyan akan berada di Rusia sampai bulan depan. Pekerjaan dia tidak mungkin diselesaikan dalam waktu seminggu saja. Atau kau mau menemaninya?” tanya Sam pada Zeny.
“Aku pernah mengatakan pada papi dan mami kalau aku akan berkunjung ke sana dalam waktu lama kalau aku menikah. Sayangnya pernikahan aku tidak akan berlangsung dalam waktu dekat ini sehingga aku akan berlibur kalau ada kesempatan,” jawab Zeny kembali membuat semua mata memandangnya.
“Ya ampun,Zen. Katakan saja kau akan liburan kalau waktunya tepat,” keluh Tania tertawa.
Tania tidak tahu apa yang menyebabkan kalimat yang diucapkan Zeny membuat mereka bingung. Apakah karena kehadiran Borya atau karena dia baru tahu siapa yang menjadi menantunya Igor.
“Istirahatlah. Kami juga akan istirahat dan kalian, jangan lupa besok ke dokter,” pesan Sam pada Indra dan Tania yang masih duduk santai.
Senyum Borya begitu tulus saat dia memberikan selamat pada Tania. Di bawah pandangan Indra yang selalu kagum pada Borya, Tania memeluk Borya erat.
“Kalau berkenan, aku ingin kau menjadi bagian keluargaku. Jadilah bagian dalam kehidupan Zeny, dia membutuhkan lelaki kuat seperti dirimu,” bisik Tania.
Indra yang mendengar pesan yang dibisikan Tania pada Borya membuat alisnya naik. Untuk apa Tania berbicara seperti itu. Apakah Zeny bisa menerima kehadiran lelaki lain dengan cepat setelah kekecewaan yang baru dia alami?
Bukan jawaban yang diberikan oleh Borya saat dia melepaskan pelukan Tania melainkan suara tawa yang jelas maksudnya.
“Tuan Pravitel adalah majikanku dan kalian adalah para nona-ku. Tidak mungkin aku menyalah gunakan kepercayaan yang beliau berikan padaku. Kau lupa kalau usia kami sangat jauh perbedaannya?”
Ucapan Borya tidak dianggap oleh Tania dan Borya sudah mengenal watak putri sulung Edgar yang tidak pernah mau mengalah.
“Aku tidak peduli. Usia bukan halangan dan aku yakin pada saat papi memberi perintah padamu menjadi pengawal Zeny sudah jelas maksudnya. Mengapa kau begitu bodoh sementara Zeny sendiri sudah bisa meraba tujuan papi?” ujar Tania lagi.
“Entahlah. Bagiku tugas yang diberikan oleh Tuan Pravitel adalah tugas yang harus aku lakukan dengan penuh tanggung jawab.”
“Terserah. Sebaiknya kau istirahat karena aku yakin besok Zeny akan membuatmu repot dengan semua keinginannya,” beritahu Tania.
“Aku tahu. Begitu Tuan mengatakan kalau Igor mencoba mencari masalah dengan HSP, Tuan sudah menjelaskan apa saja yang harus aku jaga dan lakukan sampai Igor kembali ke negara kami,” jawab Borya mengejutkan.
“Maksudmu, kalian sudah tahu siapa Borya dan apa alasan sebenarnya dia memaksa untuk mengadakan acara di HSP. Tapi aku tidak pernah melaporkan pada papi kalau Igor keras kepala dan mendesak Zeny,” kata Tania tidak percaya.
“Igor atau Yegor atau Karl adalah orang paling berbahaya. Sebagai Igor dia menjadi pengusaha asing di Indonesia yang selalu kerja sama dengan para pemilik usaha yang kalah bersaing dengan HSP. Tujuannya sangat jelas yaitu bermaksud merusak bisnis Pravitel.”
“Sebagai Yegor, dia memiliki keinginan kuat menarik Abyan ke dalam bisnis bawah tanah dan illegal sehingga dia menghasut Feliks untuk menjadi anak buahnya sementara sebagai Karl? Dia adalah pembunuh bayaran yang baru keluar dan tidak memiliki kehormatan untuk di kenal namanya,” kata Borya menjelaskan.
“Borya, kau serius kalau Igor orang seperti itu?” tanya Indra tidak percaya.
“Tentu saja benar. Itulah alasan yang sebenarnya mengapa aku datang bersama Tuan Pravitel,” jawab Borya tegas.
Jawaban yang diberikan Borya membuat Indra menatap Tania dengan pandangan was-was. Keahlian Tania dalam seni bela diri memang cukup mumpuni, tetapi Indra tidak akan membiarkan istrinya yang tengah hamil muda harus menghadapi musuh sendiri.
Sedangkan Zeny, Indra tidak tahu kemampuan adik iparnya itu. Zeny lebih sering bermain dan santai sangat berbeda dengan Tania. Indra berharap bersama Borya keamanan Zeny lebih terjamin.