BAB - TUJUH

1154 Words
Episode Sebelumnya.   "Jadi Jean masih hidup? Kupikir dia..."   "Itulah yang harus kalian selidiki. Karena kalian juga pasti tahu, Jean tidak akan mati begitu saja hanya karena melompat dari tebing."     ==   Pria itu kembali menuangkan minuman ke dalam gelasnya, lalu menggeram dari dalam tenggorokannya, "Bill dan Sam bersaudara itu tidak kompeten ketika mereka menangkap Jean dua tahun lalu. Jangan mengecewakanku  untuk yang kedua kalinya --”     Noname mengambil remote lalu mengarahkannya ke televisi kecil di dekat tiang. Di sana tampak ada dua pria yang tengah duduk terikat sambil menikmati hukuman mereka atas berita tak becus yang mereka sampaikan kepada bosnya.     “—jika kalian tidak ingin berakhir di kursi panas tersebut.”     Shelly dan Pate mengangguk lalu berjalan menjauh dari bar. Noname menggenggam gelasnya dengan kesal lalu meminta bartender untuk mengisi ulang gelasnya lagi.   "Aku sangat merindukanmu, Jean. Akan kupastikan kau tidak akan bisa lari lagi setelah ini.”   Dia atau lebih dikenal sebagai Mr Black, menjadi orang yang paling ditakuti di dunia 'hitam'. Ketenarannya sebagai mafia yang disegani di kawasan  Asia dan negara bagian cukup membuat polisi gerah. Sepak terjangnya juga tak bisa dianggap remeh. Sebagai mantan pasukan elite, Noname cukup handal menanipulasi tentara dan juga mengobrak-abrik tatanan pemerintahan Korea. Mengadu domba adalah cara kerjanya. Perdagangan manusia dan segala aktifitas criminal adalah pekerjaannya yang sudah ia geluti hampir selama dua puluh tahun lamanya. Terakhir, dia melakukan bisnis sebagai pembunuh bayaran, sebagai bentuk kepercayaan orang-orang jahat terhadap dirinya untuk membantu mempermudah pekerjaan mereka.   Monster kupu-kupu adalah julukannya. Orang-orang di bawah naungannya akan memiliki tato simbol kupu-kupu biru di tengkuk leher mereka. Termasuk anak kesayangan Noname yaitu Jean.     *kilas balik dua tahun sebelum kejadian*     "Berapa uang yang mereka bayarkan untuk mempekerjakan kita? Apakah dia begitu berbahaya?"   Noname memijat dahinya, memikirkan sesuatu. Di depannya berdiri beberapa anak buahnya Shelly, Pate, Kris dan tentu saja Jean. Shelly mendengus melihat tingkah Jean yang duduk santai di sofa emas mencolok di ruangan pribadi Noname. Yang membuat Shelly panas sendiri adalah, cara Jean yang terlalu santai bermain-main dengan pena di tangannya lalu bersenandung sendiri. Padahal Noname tengah membicarakan hal serius.   "Ini bukanlah sulit. Biarkan aku yang melakukannya,” ujar Shelly sambil melirik Jean yang masih saja asik dengan mainannya.   Shelly merasa harus mengungguli Jean. Padahal Jean tidak berpikir ada persaingan di antara mereka. Shelly  terlalu cemburu. Black lebih peduli pada Jean daripada dirinya. Meski benci untuk mengakuinya, Shelly tahu bahwa dia masih di bawah gadis berambut cokelat itu. tapi Shelly tak mau menyerah. Dia harus bisa melakukan lebih dari apa yang Jean lakukan. Meskipun itu adalah hal yang tak bisa ia lakukan.   Black membuka matanya dan bersandar di sofa empuknya sambil memindai ruangan yang penuh dengan orang-orang terbaiknya, "Bagaimana menurutmu, Jean?"   Semua orang menoleh ke arah Jean. Tentu saja, raut ketidaksukaan terpancar dari wajah Shelly yang selalu terlihat mengerikan namun juga seksi. Jika Jean adalah sosok wanita kejam yang sesungguhnya, maka Shelly masih memiliki kesan seksi dan garang di satu kesempatan. Untuk unjuk kecantikan, memang Shelly yang masih unggul. Hal ini, sangat disetujui oleh Noname sendiri.  Jean acuh tak acuh. Dia bahkan tidak yakin apakah  dia telah mendengarkan percakapan ini dengan seksama atau tidak. Tapi, jangan salah.  Sebelum dia sampai di sini, dia sudah mendapatkan beberapa data tentang orang yang menjadi target bosnya.   "Tuan Theo memiliki berlian senilai $8 miliar yang dia dapatkan dari penemuan paling signifikan di makam Firaun, Mesir. Berlian tersebut disimpan di kotak logam di belakang lukisan Kepala Terputus Theodore Gericault. Penjaga? Tidak terlalu banyak. Sekitar 50 orang. Tiga puluh orang ada di dalam. Lalu 20 orang berjaga di empat arah dan ini adalah hari ke-10 mereka bekerja; Aku yakin di antara mereka ada yang lelah karena tidak tidur selama 24 jam sehari setelah kukirim surat kaleng pada mereka.”   Noname tertawa terbahak-bahak. Dia senang dengan pengamatan Jean yang akurat. Shelly dan yang lainnya bahkan tidak bisa mempercayai pernyataan itu. Jean memang selalu terdepan dalam membuat suatu siasat.   "Bagus, Jean. Apa kau melakukan semuanya tanpa perintahku? Bagus!"   Black tertawa bahagia sampai suara cekikikannya bergema di seluruh ruangan bertema klasik itu.   Pate dan Kris terdiam tanpa ekspresi tapi tidak dengan Shelly yang lebih memilih keluar ruangan karena kesal. Jean meliriknya setelah mendengar Shelly mengutuknya pelan ketika wanita itu lewat di hadapannya. Jean memilih kembali bermain dengan pena di tangannya. Black atau noname mengusap bagian atas kepala gadis itu dan mencondongkan tubuhnya lebih dekat untuk berbisik pada Jean.   "Kerja bagus. Aku akan menyerahkan tugas ini padamu."   Black duduk di sebelah Jean sambil menuangkan bourbon favoritnya untuk diminum bersama Jean, yang masih saja meliriknya dingin.   "Kalian berdua pergi amati Shelly. Jangan biarkan dia membuat keributan lagi di bar."   Pate dan Kris segera berbalik setelah memberi salam hormat kepada Noname yang kini sudah duduk manis dengan wajah berseri-seri. Keduanya tampak iri dengan perlakuan khusus bos mereka terhadap Jean. Bukan kali pertama, tapi sering. Mereka  diundang masuk untuk mendiskusikan pekerjaan, tetapi selalunya Jean yang lebih tahu dan lebih cepat mendapatkan target. Pertanyaan yang sama diulang. Mengapa mereka dipanggil berempat jika  pada akhirnya pekerjaan akhir selalu diberikan kepada Jean?   "Ini seperti lelucon yang konyol!" umpat Pate yang segera meraih kursi tinggi di bar lalu melemparkannya ke tepi meja bar. Untungnya, tidak banyak orang di dalam, jadi suasana kembali tenang setelah aksi mengamuk singkat pria berkulit hitam legam tersebut. Lagipula kebanyakan dari mereka tidak peduli dengan kekesalan Pate. Shelly menghela napas seolah-olah dia tidak lagi emosional seperti saat di ruangan tadi.   Kris duduk di meja bar dan memilih untuk tidak banyak bicara.   "Kris, apa kau tidak kesal dengan Jean? Bagaimana bisa bocah gendut itu begitu pintar dan membuatku iri padanya!"   Shelly tertawa sambil memutar tepi gelas koktailnya.   Kris  tersenyum pahit, "Tentu saja aku cemburu, tapi tidak ada gunanya," kata Kris yang lebih memilih menikmati minumannya.   Pate mengangguk setuju sambil memijat dahinya seolah tengah memparodikan bosnya tadi. Mereka bertiga terlihat menyedihkan. Mungkin itulah yang Jean pikirkan ketika dia keluar dari ruang kerja Black sambil berjalan santai dengan citra dinginnya ke arah siapa pun yang menatapnya. Jean bergabung dan lebih suka duduk di sebelah Kris memesan jus jeruk daripada alkohol.   Shelly mendengus, “Cih.. Baby Black minum jus jeruk? Ah..iya!  dia tidak boleh mabuk, karena harus melakukan tugas penting," ejek Shelly dan mendapat peringatan sikut dari Pate yang berada di sebelahnya.   Kau akan terlihat lebih menyedihkan jika menggodanya seperti itu. Mungkin itulah yang akan dikatakan Pate lewar tatapan tajamnya pada Shelly. Tapi Shelly tidak bergeming. Dia terus menyipitkan matanya, menunggu umpan untuk tertangkap.   Jean tersenyum tipis lalu menyesap jus jeruknya, "Shelly..setelah ini jika kau ingin menjadi sepertiku, lihat ke cermin dan katakan pada dirimu sendiri. Apakah kamu layak atau tidak?"   Shelly bangkit. Melemparkan pukulan ke arah Jean yang dapat dengan mudah dihindari olehnya. Jean menjatuhkan diri dari kursi dengan posisi 45 derajat ke belakang lalu menarik tinju Shelly tersebut. Menendang lututnya begitu keras sehingga dia jatuh berlutut di depan Jean yang dengan tenang kembali ke posisinya.   "Jangan gunakan emosimu untuk berkelahi, sayang. Musuh akan mudah menguasaimu.”   Perkelahian diantara mereka pun tak terelakkan --     .     .       Bersambung 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD