BAB - SEPULUH

1273 Words
"Halo guys, apa Kris datang hari ini sehingga kalian berani melakukan hal seperti ini lagi?" Para berandalan itu menatap Yian tak suka. Mereka berdecih sambil memperhatikan keduanya. "Jangan ikut campur!" kata salah satu dari mereka yang memiliki banyak tindikan di telinganya. Yian menggelengkan kepalanya tanda terganggu dengan penampilan mereka yang urakan tersebut. Merasa terganggu, kepalan tangan melayang ke arah mereka. Yian menangkapnya lalu membalikkan tangan pemuda itu ke belakang pinggangnya. Salah satunya mencoba lari dan berniat mencari lawan yang lemah, yaitu Sora. Namun Yian yang menyadarinya hanya diam dan membiarkannya berlalu. Tentu saja, musuh tidak akan keluar dari gang dengan mudah. Sebab Sora memberikan tendangan Dolly Chagi tepat di wajah pemuda lainnya. Siswa itu langsung pingsan. Temannya panik lalu mencoba kabur. Yian melepaskan cengkeramannya kemudian berbalik membantu siswi yang menjadi korban perundungan tersebut. Mereka semua lari. Sora merapikan seragamnya yang terlihat kusut. "Kau terlalu berlebihan. Dolly Chagi? Haish!" Yian mengusap puncak kepala gadis itu dan hanya sebuah seringaian yang Sora berikan untuk membalas perbuatan singkat pemuda itu. * Dolly Chagi: tendangan utama kedua dalam seni bela diri Taekwondo adalah menendang lawan dengan kaki lurus ke atas dan menyerang d**a atau kepala. * "Apakah selalu seperti ini setiap hari?" tanya Sora heran. “Tidak selalu, tapi ada. Bagaimana dengan Yoona? Dia pasti kaget melihatmu di sekolah.” Sora menarik napas dalam-dalam. Dia bisa meramalkan bahwa hal ini pasti akan terjadi. "Dia langsung tak ingin melihat wajahku." Sekali lagi, Yian membelai rambut gadis itu hingga membuat Sora mendongak. Tapi bukan Sora yang tersipu melainkan Yian sendiri. Melihat wajah Sora begitu dekat, hatinya tiba-tiba bergemuruh. “Wajahmu memerah. Kenapa?" tanya Sora polos. Yian segera membuang muka dan berjalan di depan gadis itu. "Cuacanya dingin. Ayo, cepat!" == Dari kejauhan, atlet berusia delapan belas tahun itu terlihat tergopoh-gopoh membawa dua bungkus plastik ke arah Sora yang tengah duduk sendiri di salah kursi taman kota. Melihat Yian yang datang membawa begitu banyak makanan, Sora meliriknya dengan serius. "Kenapa begitu banyak?" ujarnya dan hanya dijawab senyuman singkat oleh Yian. "Kamu tidak akan cukup kenyang hanya dengan makan creepe." Giliran Sora yang menyimpulkan senyum. Tepi taman dekat sungai Hill sangat menenangkan. Daun Momiji yang telah selesai mekar menunjukkan ketangguhannya terhadap cuaca yang selalu berubah. Beberapa anak muda menikmati kegiatan mereka, termasuk Sora dan Yian yang tengah menikmati makan siang mereka. Tepatnya, bagi Yian ini adalah kencan informal mereka. "Yian! apa kau kenal ketua geng Kirikuzen?" Sora mulai bertanya setelah menghabiskan dua mangkuk mie instan sekaligus. Yian memperhatikan dengan seksama gadis kecil dan cantik ini terlihat rakus saat makan. Yian malah terkagum-kagum tapi mungkin tidak bagi orang-orang yang melihat mereka cara makan Sora yang seperti belum makan selama seminggu. Yian mengangkat kedua bahunya sambil menghabiskan mie terakhirnya, "Tentu saja aku kenal. Kenapa bertanya?" "Aku hanya ingin tahu —" "Kenapa ingin tahu?" jawab Yian sedikit kesal. Tapi Sora tak menyadari hal itu. "Yah, aku sudah beberapa kali bentrok dengan Kris, tapi aku selalu menahan diri untuk tidak berkelahi dengannya karena reputasiku," lanjutnya lagi. "Jadi, namanya Kris? Sepertinya kau sangat membencinya" Sora tersenyum geli melihat ekspresi Yian yang memang terlihat tidak senang hati itu, "Hmmm, begitulah," gumamnya. "Entah kenapa aku ingin memukulnya sekali saja." Sora tersedak dengan minumannya sendiri. "Apa?" Hans mengangguk antusias. Semangat yang begitu menggebu. Meskipun keinginan ini datang dari hal yang tidak baik. Sora menggelengkan kepalanya, melihat ambisi temannya untuk memukul seseorang. "Kamu yakin? Kamu mungkin tidak akan bermain di tingkat nasional jika kamu ketahuan memukuli orang," kata Sora sambil tertawa geli. Yian tampak berpikir, "Sepertinya aku harus menunggu sampai pensiun nanti." "Menunggu waktu itu datang, kau sudah tak memiliki tenaga." Tawa mereka pecah. Beberapa orang yang melewati mereka berbisik karena itu. Akhirnya mereka sadar dan segera membersihkan sisa-sisa makanan mereka. "Apapun yang terjadi, jangan temui Kris sendirian. Dia cukup berbahaya. Kudengar dia juga pembunuh bayaran di salah satu mafia." Ekspresi Yian kali ini tidak main-main. Dia menatap Sora beberapa kali, yang tampak tersentak saat menyebutkan kata 'mafia'. Sora mengangguk mengerti. Meski dalam hatinya, ia juga penasaran dengan sosok Kris. *** Sebuah Chevrolet Camaro Z28 1967 diparkir dengan mencurigakan di ujung gang sempit di pusat kota. Suara gesekan plastik di lantai berbatu memberikan ritme yang menegangkan di gang yang seolah-olah akan menerkam siapa pun ke dalam kegelapan jika ada yang berani lewat atau hanya berbalik untuk mencari tahu. Seorang wanita berwajah Asia bersandar di tembok tinggi sambil menyalakan korek api peraknya untuk menikmati nikotin favoritnya. Ada juga seorang pria di depannya yang sibuk melemparkan sarung tangan ke dalam Chevrolet lalu kemudian memindahkan plastik hitam yang diseretnya itu ke dalam bagasi mobil. Berkali-kali sang pria mengeluhkan beratnya karung tersebut hingga akhirnya, ia memilih mendekati wanita Asia tersebut untuk menikmati nikotin bersama. "Anak sekolah tidak boleh merokok," katanya sambil mengejek pria di depannya yang ternyata adalah Kris. Kris mendengus dan langsung mengabaikan ejekan itu sambil menyalakan rokoknya lagi. "Aku mendengar perintah baru dari Black." Shelly semringah untuk menceritakan misi selanjutnya itu, "Yah... tugas mencari teman lama yang sudah menghilang." Entah kenapa desahan Shelly kali ini tidak membuat Kris tergoda. Tak terbantahkan jika tak ada yang tak tertarik dengan tubuh seksi Shelly. Bagian d**a yang selalu menonjol, apalagi dipadukan dengan pakaian ketat dan sepatu boots metalik, akan membuat pria semakin ingin menyentuhnya. Tapi Kris cukup tahu; pria muda sepertinya tidak mungkin menarik perhatiannya. Mungkin Pate pernah mencoba tubuh wanita b******k ini. Karena dia tahu Pate terlihat cukup tampan untuk seorang pria kulit hitam, dia juga tertarik pada rekannya ini. Sudah bukan rahasia lagi jika mereka memiliki hubungan. Noname tahu dan ia tak masalah akan hal itu. "Teman lama? Siapa?" Shelly berjalan ke bagasi lalu melemparkan pukulan keras ke kantong plastik, yang di dalamnya masih ada seseorang yang tengah berjuang untuk keluar. "Jean. Siapa lagi? Noname bilang dia masih hidup." Dengan pistol semi-otomatisnya, Shelly menempelkan mulut pistolnya ke ujung plastik yang terikat. Tembakan itu mengakhiri erangan seseorang di dalam plastik. Kris kembali sadar setelah beberapa saat yang lalu, mendengar nama Jean disebutkan setelah hampir dua tahun nama itu tak pernah disebut lagi. "Apa kau yakin Jean masih hidup?" Shelly menyeringai kemudian menutup bagasi dengan satu sentakan besar. Di dalam hatinya, dia sangat menantikan bertemu dengan gadis itu walaupun awalnya ia sempat kecewa Jean ternyata masih berkeliaran bebas di luar sana. "Apa kau senang? Pate dan aku yang mendapatkan tugas ini," katanya lalu masuk kembali ke dalam mobil untuk menyalakan mesin. Kris mengikuti Shelly ke kursi penumpang dengan ekspresi terkejut. Berita ini hampir membuatnya tidak bisa berpikir. Ada raut cemas bercampur senang saat mendengar kabar tentang Jean. Seperti mimpi yang menjadi nyata, jujur saja Kris sangat merindukan gadis itu. Meski selama ini, Jean tak pernah mau berinteraksi dengannya. Tapi kemudian, senyuman Kris menghilang. Ia baru sadar apa yang akan terjadi ke depannya. "Apa yang akan Noname rencanakan kali ini?" ucap Kris cemas. Shelly mulai mengemudikan Chevroletnya perlahan dengan senyum lebar di wajahnya. Dia sangat yakin bahwa pekerjaannya akan berhasil. Jean, akan dia dapatkan. Hidup atau mati. Semua rencana sudah Shelly siapkan. Termasuk latihan fisik. Tapi pertanyaan Shelly adalah, apa yang Jean lakukan dalam dua tahun terakhir? Mengapa dia bersembunyi dengan pergi ke jurang lalu menyembunyikan kematiannya? Apakah dia menghindari sesuatu? Menghindari apa? Noname? "Aku akan menemukan teman lama kita itu. Lalu beri dia sambutan kemudian ucapan selamat tinggal, ckck." Shelly tertawa. Suara tawa liciknya membuat Kris mengernyitkan alisnya. Dia akhirnya menyadari apa arti tawa kecil Shelly tersebut. Jean, dalam bahaya. “Apa menurutmu akan semudah itu menemukannya? Dia sudah hilang selama dua tahun. Dan kurasa dia pasti sedang melakukan sesuatu yang besar sampai kita menemukannya nanti,” tebak Kris yang tidak menyurutkan niat Shelly sedikit pun untuk menghabisi gadis itu. "Aku siap dengan rencananya. Kali ini aku tidak akan kalah." == . . Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD