BAB -DUA PULUH

1896 Words
Di part ini ada banyak adegan actionnya . Jadi bacanya pelan-pelan aja biar bisa dpt feelnya ^^ Gomawo buat vote and vommentnya . Kripik pedasnya saya tungguin loohh :D ******* "Jadi kalian mengenal Jean atau tidak?" ucap Shelly seraya mendekati Yian yang menjadi tameng untuk tiga wanita yang mulai ketakutan. Bukan tanpa alasan. Secara terang-terangan, Shelly muncul ke hadapan mereka sambil membawa pisau stainless spear point blade yang biasa digunakan untuk bertarung. Lalu rekannya, dengan melihat wajahnya saja bisa terlihat jelas bahwa Pate sedang tidak bersahabat untuk di sapa 'hai' oleh siapapun. Yian memberanikan diri untuk bersuara, walau bisa dipastikan ia pun sedikit gugup. "Siapa yang kau maksud? Kami tidak tahu tentang nama itu." Shelly mengumpat sambil memainkan pisaunya. Menakut-nakuti murid SMA yang ketiban sial karena harus berhadapan dengan dua orang berbahaya yang muncul secara tiba-tiba. "Oh baiklah, lalu di mana wanita yang melawanku waktu itu di King Of s*x?" seringainya. Yian mendelik sambil menahan pegangan Yoona yang semakin erat. Dari balik punggungnya , ia mulai berbisik untuk bersiap lari. Stella pun memberitahukan rencana tersebut pada rekannya Do Hyun yang disambut oleh anggukan setuju dengan ide Yian tersebut. "Kenapa mencarinya? apa kau ingin balas dendam atas kejadian waktu itu?" Yian sudah tak bergetar. Ia malah terlihat menantang sambil menjauhkan diri dari yang lainnya. Perasaan takut itu telah hilang berganti dengan rasa penasaran, mengapa mereka mencari Sora dengan cara seperti ini. Melihat tingkah Yian yang tiba-tiba menjadi berani, membuat Shelly tersenyum puas. Tapi tidak dengan teman-temannya yang semakin ketakutan. "Apa kau tahu, dia teman lamaku. Aku ingin bertemu dengannya lagi." Ketiganya terkejut. Apalagi sosok Sora yang biasa-biasa itu kenapa bisa memilik teman seperti mereka? Akhirnya Yi An menyadari sesuatu dari semua keanehan ini. Kris juga memanggilnya dengan nama Jean. Lalu kemampuan beladiri serta hilangnya ingatan Sora membuat Yian menelan ludah sendiri menyadari semakin misteriusnya sosok Sora , orang yang ia sukai itu. Masa lalu Sora, bukanlah main-main. "Dia tidak ada di sini." Yian menyeka tangannya ke belalang. Meminta ketiga wanita itu menyingkir. "Hitungan ketiga, kalian pergilah jauh-jauh" bisiknya. Awalnya mereka ragu apakah ini akan berhasil. Tapi mereka tidak punya pilihan. Tanpa perhitungan mereka berdua memilih berlari dengan sangat cepat. Shelly sempat-sempatnya berpesan pada Yian untuk segera menyusul. Yian sengaja menjegal kaki Shelly untuk berlari, tapi berhasil dihindari dengan mudah oleh wanita berhak tinggi tersebut. Sedikit lengah, Yian menerima bogem mentah yang datang dari arah depan hingga mengenai pelipisnya. Yian menarik napas terlebih dahulu setelah membiarkan Shelly terlepas untuk mengejar Do Hyun, Stella dan Yoona. Ia memasang kuda-kuda lalu menyerang bagian kepala Pate dengan secara brutal. BRAKK "Stella!" Yoona terkulai lemas saat melihat Stella jatuh terbanting dengan mudahnya setelah mendapat serangan keras dari Shelly. Yah, keadaan semakin memburuk saat mereka terpaksa berpencar menghindari kedatangan Shelly dan Pate di lorong jalan. Shelly melangkah anggun sambil menjambak rambut Do Hyun yang telah penuh dengan luka lebam di wajah maupun tubuhnya. Yoona menyeret tubuhnya sendiri sambil gemetaran melihat Shelly yang sangat kuat dan keji. Tidak ada yang bisa menolong mereka sekarang. Yian juga tengah bertarung habis-habisan di lorong lain. "Kenapa kalian lari ketakutan? aku kan cuma ingin bertanya." Shelly tak menghilangkan sedikitpun tatapan rasa tak berbelas kasihannya. Yoona terpojok dan dia terpaksa menerima guncangan pada wajahnya karena Shelly menangkapnya dibagian itu sambil tersenyum puas. Stella bangkit dengan perlahan yang kemudian melayangkan pukulan keras menggunakan kayu yang ia temukan. Kesempatan untuk bisa lari tak disia-siakan oleh Yoona selagi Shelly mengumpat kesakitan di bagian tengkuk kepala belakangnya itu. "Sialan!" Sementara itu.. Sora baru saja sampai di rumah. Kris terlihat santai menunggu Sora bersiap untuk berangkat ke sekolah. Di dalam rumah, bibi Kim terlihat terkejut melihat kepulangan Sora — anak angkatnya itu. Dengan sigap bibi Kim menarik tangan Sora mengajaknya berbincang sejenak di ruang tamu. Sora menatap bibi Kim bingung, "Ada apa bi? Apa sesuatu terjadi padamu?" "Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa kau baik-baik saja? Teman-temanmu bahkan harus menggantikan mu bekerja di dermaga. Apa kau menemukan sesuatu tentang masa lalumu?" cerca bibi Kim dengan rentetan pertanyaan yang panjang pada Sora yang menatapnya lembut. Sora menggenggam tangan bibi Kim erat. Gadis itu lantas tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Semua baik-baik saja. Ingatanku belum semuanya kembali tapi aku mendapatkan petunjuknya sedikit demi sedikit." "Baguslah. Tapi aku harap, itu benar-benar yang terbaik untukmu." Sora memiringkan kepalanya bingung, "Maksud bibi?" Bibi Kim Menyerahkan boneka teddy bear yang ia simpan di bawah tempat tidur Sora. Gadis itu membuka bagian yang telah terbuka lalu ikut terperenyak melihat isinya. "Ini benda yang kau bawa bersamamu saat kau hanyut di sungai. Apa..yang mencari mu di dermaga adalah orang yang mencari berlian-berlian ini?" tanya bibi Kim yang membuat Sora kembali berpikir keras. # Keadaan Yian tidak berbeda jauh dengan Stella cs. Atlet Taekwondo itu masih bertarung sengit dengan Pate. Ia sedikit kualahan apalagi dengan tinggi badan Pate yang melebihi dirinya. Beberapa kali Yian harus menyeka darah pada ujung bibirnya serta nyeri di bagian punggung yang telah berhasil membuat Yian beberapa kali terbanting keras ke tanah. Pate kembali menyerang ulu hati Yian. Dengan cepat Yian mundur ke belakang sambil menangkap kepalan tangan Pate. Menariknya kembali kemudian menyerang leher kanan Pate dengan keras. Tidak lupa tendangan Twieo Yeop Chagi (Tendangan samping yang dilakukan sambil melompat) sebagai tambahan di area yang telah Yian serang sebelumnya. Berhasil menundukkan Pate hingga melenguh kesakitan, membuat Yian terbakar semangat untuk memenangkan pertarungan ini. Ia kembali melanjutkan aksinya dengan pukulan lutut ke wajah kemudian memiting kepala Pate hingga membuatya tersungkur di tanah. Memanfaatkan berat tubuhnya, Yian menahan Pate untuk tidak bangkit menyerang. Tubuh Pate bereaksi spontan. Ia melepaskan pitingan Yian sekuat tenaga lalu mendorong Yian bangun dari aksinya menindih tubuhnya. Yian mundur ke belakang sambil kembali menyiapkan kuda-kuda. Serangan pada kepala, kembali menjadi tujuan Yian meskipun ia harus melompat dan menerima tangkisan keras dari Pate yang menolak untuk ditaklukan dengan cara yang sama untuk kedua kalinya. Tendangan cepat beruntun di layangkan Yian. Bagian kepala, d**a, s**********n hingga perut sebelah kanan dan kiri turut menjadi inceran calon atlet taekwondo itu. Pate terus menangkis sesekali menyerang dengan menangkap kaki Yian yang lincah menendangnya. Tapi gagal ia lakukan karena Yian seperti belut yang sangat licin untuk ditangkap. Yian semakin bertenaga dengan menarik bahu Pate hingga membuat pria itu menunduk. Lalu dengan sedikit lompatan, Yian dengan sigap duduk pada bahu itu. Menjepit kepala botak dan licin Pate dengan paha kemudian menjatuhkan diri ke belakang hingga membuat Pate kayang. Suara tulang bergemeretak sedikit membuat Yian tersenyum menang untuk beberapa saat. Hingga Pate sadar dari rasa sakitnya lalu dengan cepat menangkap kedua kaki Yian dari atas kepalanya. Menariknya lalu menyerang tulang kering Yian tanpa ampun. Membuat pria jangkung itu berteriak kesakitan ditambah lagi pukulan pada punggung dan kepala menambah penderitaan Yian yang mulai terkulai lemah hingga tak sanggup untuk bangkit. Sementara Yian masih mati-matian untuk bertarung, Stella dan Yoona memilih untuk menyerah. Apalagu melihat Do Hyun langsung tak bergerak, membuat keduanya menangis dalam ketakutan dan rasa trauma yang mendalam. Mereka berdua bukanlah tandingan Shelly. Setelah dipukul mentah-mentah dengan kayu oleh Do Hyun tadi, Shelly menyerang gadis malang itu hingga keadaannya sudah tak berbentuk lagi. Yoona berteriak histeris mencoba melawan, namun gadis itu hanya menyia-nyiakan waktunya untuk bertahan hidup. "KATAKAN DI MANA JEAN! YANG AKU INGINKAN ADALAH DIA!" Shelly kembali mengancam dengan pisau spear point nya. Mengarahkannya pada wajah mulus Yoona yang dipaksa untuk berdiri sambil menahan rasa menggigil yang tiba-tiba menyerang. Goresan memanjang di pipi memberi kepuasan pada Shelly. Gadis itu semakin menangis histeris ketakutan karena mata pisau perlahan mulai memaksa masuk kedalam mulutnya. Stella ternyata tak serta merta menyerah begitu saja. Ia dengan sisa tenaganya, menarik sepatu boots Shelly sehingga membuatnya teralihkan untuk menyiksa Yoona perlahan. Tanpa ampun Shelly menendang kepala Stella hingga berdarah hanya agar gadis malang itu melepaskan genggamannya. Namun Stella enggan untuk melepaskan diri. Wajahnya semakin membengkak karena di tendang dengan ujung sepatu yang runcing. Yoona hanya bisa menangis histeris melihat keadaan Stella lebih parah daripada dirinya. Suaranya tercekat karena dicekik oleh Shelly dengan menggunakan tangan kirinya yang berotot. Hingga akhirnya, pegangan Stella pun terlepas. Ia menyerah dan tidak sadarkan diri. Yooma menangis semakin keras hingga suara benturan keras terdengar dari belakang. Sebuah Yeop Chagi (Tendangan samping menggunakan pisau kaki) menjatuhkan Shelly hingga terjerembab ke tanah. Pisaunya terlepas dari genggaman yang dengan cepat itu pula direbut oleh musuh yang baru saja datang. Tanpa menunggu lebih lama, ia pun menindih Shelly sambil mengarahkan pisaunya sendiri yang tadi terlepas ke bola mata Shelly yang masih terkejut setelah menerima serangan tadi. Dengan kemarahan yang tidak dapat ia tahan lagi, pisau itu siap menghujam mata Shelly, namun berhasil dielaknya dengan melayangkan tendangan ke kepala belakang musuhnya yang sedikit lengah itu. Shelly berguling ditanah lalu menyiapkan kuda-kuda kepalan tangan siap bertarung dengan lawan yang memang sudah ia tunggu itu. "Hai Jean. Kenapa lama sekali?" Senyum Shelly, mengejek sambil melirik keadaan dua orang yang telah sekarat dibuatnya. Sora mengembuskan napas kasar karena telah tersulut emosi melihat Yoona menderita dengan luka-lukanya. Tanpa menunggu lagi, Sora mengintimidasi Shelly dengan tatapan seorang Jean yang dulu. Tatapan siap untuk bertarung. " COME AND GET IT SHELLY! I WILL KILL YOU!" *** Beberapa saat sebelumnya "Berlian? untuk apa aku membawa berlian ini yah?" tanya Sora setelah sampai di depan gerbang sekolah. Kris hanya menggaruk kepalanya tidak mengerti. "Aku tidak tahu, kalau kau penasaran, bangunkan saja Jean," tukasnya sedikit bernada gurauan. Sora mendengus, berbalik menatap pria itu sambil mengembalikan helmnya. "Kris, kau menyukai sosok Jean? Kau merindukannya yah?" Candaan itu nyaris membuat Kris tersedak hingga membulatkan matanya terkejut. Sora tersenyum penuh kemenangan karena hal itu lalu mengabaikannya dengan mudahnya. Kris kesal sendiri karena sudah terbawa perasaan akan ucapan Sora tadi. Tiba-tiba, anak buah Kris berlari menghampiri mereka berdua di depan parkir. Dengan napas yang masih belum mengalir seirama, salah satu dari mereka segera melapor apa yang mereka ketahui. "Bos...itu..hhuhuh..di sana —" "Ada apa? Katakan dengan jelas." Kris sedikit menaikkan alisnya tidak sabaran. Setelah salah satu dari mereka sudah lebih tenang, ia pun menyambung kalimat temannya dengan cepat. "Ada dua orang tidak dikenal di sana. Mereka menganiaya Stella, Yian, Do Hyun dan Yoona secara brutal bos." "Yoona katamu!" pekik Sora yang bahkan menjatuhkan helm dari genggamannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Perasaan gelisah juga menyelimuti benaknya. Tanpa menunggu lagi, Sora langsung berlari kencang menuju TKP. Kris pun menyusul setelah ia meminta yang lainnya cepat menghubungi polisi dan juga ambulan. Hal ini juga tidak lepas dari pengamatan pak James yang sejak tadi mendengarkan informasi itu di balik pintu gerbang sekolah. Sesampainya di lokasi, Kris menghampiri tubuh Yian yang sudah tidak bergerak. Ia mencoba menyadarkan Yian sambil mengamati setiap lukanya. Pate tersenyum nyengir mengetahui rekannya datang tapi tidak menolongnya. Ia kembali berdiri tegap setelah melemaskan beberapa bagian tubuhnya yang terkena serangan yang cukup berarti dari pemuda itu. "Apa sekarang kau juga ingin mengikuti jejak Jean?" imbuhnya sambil mendekati Kris yang bangkit untuk menggantikan pertarungan ini. Suara batuk yang sangat pelan menyadarkan Yian. Ia menengadahkan kepalanya memandangi sekitar sambil mendengarkan percakapan keduanya. Kris melepaskan jaketnya dan hanya meninggalkan kaos hitamnya saja. Otot yang dihasilkan dari berolahraga ataupun bertarung, cukup terlihat begitu mantap. Tanpa membuang waktu, ia pun menyiapkan kuda-kudanya. "Memangnya mau sampai kapan kita akan menjadi kacungnya Noname?" Mendengar nama atasannya disebut dengan tidak layak, Pate lebih dulu menyerang. Pertarungan dari sesama anggota dan mantan Butterfly Monster ini cukup memberi aura yang mencekam. Apalagi disatu sisi, Sora sudah mulai kembali menjadi sosok Jean yang telah lama tertidur. Sora..sudah mengingat semuanya. "Come baby Jean. Kita lihat siapa yang akan mati di sini," gertak Shelly yang juga memulai serangan. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD