BAB - DUA PULUH SATU

1927 Words
So Ra menengadahkan kepalanya. Memperhatikan sekitar yang tiba-tiba menjadi gelap. Hanya sebuah cahaya terang yang berasal dari langit-langit yang tak berujung menyinari tempatnya meringkukkan lutut. Suara langkah kaki mendekat dan ia melihat seorang anak kecil tambun bermata cokelat duduk berhadap-hadapan dengannya. Gadis bermantel cokelat kotak-kotak dan berpita merah mulai memperlihatkan gigi-giginya tersenyum misteri menatap Sora. Sedikit ngeri, Sora pun tak sadar mundur dari tempatnya duduk di lantai. Gadis kecil itu mulai tertawa kecil hingga membuat suaranya menggema di ruangan gelap ini. Menyeramkan. Itu kesan yang Sora rasakan saat mendengarnya terkekeh. "Siapa kau?" tanya Sora ingin menghentikan tawa seramnya. Gadis kecil itu tersenyum kecut, "Kau sendiri siapa?" Pertanyaan itu sontak membuat Sora mengerutkan dahi. Gadis kecil itu terus mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Sora, seperti bayangannya sendiri. "Aaaku..." "Kau tidak tahu siapa dirimu sebenarnya kan? Sebaiknya biarkan aku kembali!" ancamnya. Sora bangkit dan gadis kecil itupun ikut bangkit menghujani Sora tatapan penuh kebencian. "Kembali ke mana? Apa sebenarnya maksudmu? Dan siapa kau sebenarnya?" Gadis kecil itu menyeringai. Kali ini ia melipat tangannya sambil berdiri angkuh melihat Sora yang kebingungan. "Aku Jean. Pribadimu yang kau ciptakan karena kau takut menghadapi kenyataan selama berada di Butterfly Monster!" Sora mengerjap-kerjapkan matanya. Berulang kali ia terlihat ingin terjatuh karena tidak sanggup berdiri setelah mendengarnya. "Aku lah yang selama ini menahan sakit. Akulah yang memahami rasa muak yang coba kau lupakan. Kalau kau tidak sanggup untuk menghadapi kenyataan nantinya, baik jangan coba keluar dari sini!" Gadis kecil itu menampar keras Sora hingga membuat Sora meringis kesakitan. Saat ia menoleh, gadis kecil itu telah menghilang. Meninggalkan Sora sendirian di dalam ruang kosong yang dia sendiri tak tahu entah dimana. Ketika semuanya kembali pada kenyataan, Sora berhenti berlari. Kris memperhatikan dari kejauhan lalu menegur Sora yang tiba-tiba terdiam. "Kau tidak apa-apa? Jean? Kita harus cepat!" Sora menoleh dengan tatapan kosong. Membuat Kris bingung karena tatapan tersebut. Ia menepuk wajah Sora berkali-kali barulah tangannya ditepis oleh Sora setelah gadis itu kembali sadar dari lamunannya. Dengan cepat, Sora melanjutkan pelariannya menunju ke tempat Yoona yang kian dalam bahaya itu. Sora datang dan langsung memberikan serangan yang begitu berarti. Shelly menatap Sora garang namun tak melepas tawa sinis padanya. Yoona yang tak berdaya, hanya bisa melorotkan tubuhnya ke tanah setelah Shelly melepaskannya. Pandangannya mengabur. Namun Yoona bisa tahu jika yang datang adalah saudari tirinya, Sora. Tak perlu banyak bicara seperti lawannya, Sora langsung menyerang secara brutal. Seperti dirinya yang lain telah benar-benar menguasainya. Dari serangan kejutan itu, Sora berhasil membuat Shelly terus terpojok. Serangan lutut pada perut Shelly berhasil membuatnya banyak mengeluarkan darah dari mulutnya. Tak puas, Sora kemudian menendang keras kepala Shelly hingga terpental ke dinding. Shelly tentu saja tak ingin terjebak pada permainan Sora. Ia menyerang balik dengan menghujam bagian kepala yang sayangnya itu tak menjatuhkan satu pukulan pun pada Sora. Apa yang dilakukan Shelly malah berbalik pada dirinya sendiri. Sora menghadiahkan kegagalan serangannya tersebut untuk dirinya. Melihat Shelly masih mencoba untuk bangkit, Sora menyikut pangkal kepala Shelly dengan keras hingga membuat suara gemeretak yang langsung mengakhiri perlawanan Shelly yang tak berarti. Sora menyeringai puas. Diambilnya pisau milik Shelly sambil membalikkan tubuh gadis malang itu. Sekali hentakkan Sora menggores pergelangan tangan Shelly hingga membuatnya menjerit tak berdaya. Tak puas dengan tangan kiri, Sora berniat melanjutkan aksinya dengan mengarahkan pisau pada tangan kanan Shelly. Namun suara histeris Yoona menghentikan tindakan brutalnya. Gadis itu tersadar dan ia terus memanggil Sora untuk berhenti. "Jangan! Jangan lakukan itu! Sora —" rengeknya. Sora menjatuhkan pisaunya. Untuk sesaat, Sora diam hingga suasana pertempuran itu berubah hening. Hanya suara rintikan hujan yang terdengar. Tak lama Sora bangkit, menghampiri Yoona. Sambil mengatur napasnya dan kilatan mata 'pembunuh' yang kembali , Sora membantu Yoona untuk masuk kedalam rangkulannya. "Yoona....kau tidak apa-apa?" Yoona mengangguk sambil menangis. Merasa lega dan bersyukur ada seseorang yang menyelamatkannya dari kematian. Tidak. Selama ini selalu dilindungi oleh Sora dari kejauhan. Hanya saja, Yoona selalu saja mengabaikan kebaikan Sora tersebut. Yoona menangis histeris sambil memeluk Sora dengan eratnya. "Semua sudah berakhir. Jangan khawatir," ucap Sora mencoba menenangkan. Tapi tetap saja, Yoona menangis dengan kencang. Sementara pertarungan So Ra dan Shelly berakhir, Kris sedikit mendapat kesulitan. Pate tidak mudah dikalahkan begitu saja. Keduanya saling menghirup udara sebentar untuk memulihkan keletihan karena saling menyerang. Kris menyadari, bahwa selama menjadi trainee dia belum pernah berhadapan langsung dengan Pate. Pate kembali menyerang, dengan pukulannya yang cukup berat yang berhasil mengenai pipi kanan Kris yang lengah ketika menangkis. Dengan cepat, Pate memiting kepala Kris, mencengkramnya dengan lengan besarnya. Kris mencoba melepaskan diri tapi tenaganya kurang sepadan dengan Pate yang besar. Hasil latihan kerasnya ternyata membuahkan hasil, Kris mulai pasrah. Tidak mau kalah begitu saja, Yian ternyata bangkit lalu kembali memberi tendangan ap chaginya ke perut yang langsung mengenaik kepala Pate. Bekas luka yang diterima Pate sejak tadi cukup membuatnya pusing hingga ia akhirnya merenggangkan cengkramannya. Kris bertindak cepat dengan kembali menyerang lalu mendorong Pate hingga terpojok. Yian dan Kris sama-sama menyerang. Yian melompat untuk menyerang kepala sedangkan Kris pada bagian pinggang. Pate terjatuh, bersamaan pula datangnya suara tembakan tepat mengenai kepala belakang Pate. Kris dan Yian sedikit terkejut melihat kematian Pate. Lima pria berseragam serba hitam tampak bersiaga di ujung lorong. Keduanya saling melirik bingung. == Ruang pertemuan begitu tenang hingga beberapa pengawal masuk membuatnya menjadi berisik. Seorang pelayan tua memberi hormat dengan lebih membungkukkan badannya yang menunjukkan tradisi bagi negaranya kepada sang pemilik ruangan. Mr. Kim menyambut lalu mempersilahkan tamu besarnya untuk duduk di dipan yang telah dipersiapkan. Mereka lebih memilih duduk di bawah beralaskan karpet lembut dengan beberapa meja kecil yang telah lengkap dengan makanan penyambut tamu. Seorang Geisha bahkan di datangkan langsung untuk melayani tamu yang semuanya memang berasal dari negeri sakura itu. Mr. Kim tampak sedikit gugup dan beberapa kali menyeka keringat yang mulai bercucuran di ruangan ber AC. Tamu kebesaran Mr. Kim masih terlihat tenang sambil menikmati sake yang telah disediakan. Sekali anggukan, pelayan yang juga sama tua dengannya memberi amplop cokelat kepada Mr. Kim yang beberapa hari lalu tiba dari Mexico. "Aku tidak bisa menunggu lagi Kim. " Suara seraknya menggema di seisi ruangan, membuat beberapa pengawalnya memasukkan tangan-tangan mereka ke dalam jas hitam untuk mengambil sesuatu disebalik seragam kebesaran mereka. Tapi pelayan tua memberi kode untuk 'santai' hingga ketua mereka melanjutkan kata-katanya terlebih dahulu. "Ini tidak seperti yang diharapkan. Semuanya dibatalkan." "Tunggu tuan Shirohige! Ini berjalan dengan baik," sanggah Mr Kim cepat sebelum tuannya itu beranjak dari tempat duduknya. "Lanjutkan!" perintahnya yng sepertinya siap untuk mendengarkan lagi rayuan seperti apa yang akan Mr. Kim katakan kepadanya mengenai tugas yang gagal ia lakukan. Mr. Kim menurunkan bahunya yang sejak tadi tegang. Dengan tenang ia mulai melanjutkan kalimatnya yang menggantung. "Kemarin malam aku menemui Jean. Dia baik-baik saja namun —" Tuan Shirohige tersentak geram karena lagi-lagi kalimat Kim menggantung, "Tapi kenapa?!" "Dia telah kehilangan ingatannya, " lanjutnya. *Malam sebelum kedatangan Kris* Sora baru saja sampai di depan gerbang rumah. Kilauan lampu yang sengaja berkedap-kedip ke arahnya tersebut membuatnya terpancing untuk mengurungkan diri masuk ke dalam rumah. Tiga mobil hitam terparkir rapi di depan rumah tetangganya. Salah satu si empunya mobil keluar sambil memberi kode kepada Sora untuk mendekat. Tanpa curiga Sora menghampiri, mengikuti petunjuk salah satu pengawal yang menunjuk bangku penumpang di mobilnya. Suara lolongan anjing yang panjang menunjukkan betapa sepinya komplek rumah Sora. Hingga suara grasak grusuk dari dalam mobil bisa terdengar jelas oleh Sora yang menunggu kaca mobil dibuka. Kaca terbuka. Cahaya tidak begitu sempurna untuk menunjukkan wajah sang pemilik mobil. Dengan sopan ia meminta Sora untuk masuk. Awalnya Sora sedikit ragu karena tentu saja ia takut melihat orang asing mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil roll royce di tengah malam seperti ini. Beberapa pengawal tampak bersiaga jika sewaktu-waktu Sora mencoba melakukan sesuatu yang mencurigakan. Karena tidak ingin membuat keributan, Sora menurut dan ia masuk ke dalam mobil. Duduk berhadap-hadapan membuat Mr. Kim menarik napas dalam. Mencoba untuk tenang, iapun menuangkan anggur merah kesayangannya untuk dinikmati bersama, namun hal itu tentu saja ditolak oleh Sora ke tepi. "Apa ada yang bisa aku bantu?" Ucapan itu membuat Kim tergelak pelan tak percaya, "Apa kau mencoba untuk melawak Jean?" Sora menggeleng pelan sambil melipat kedua tangannya ke d**a. Diperhatikannya dengan seksama paman tua gemuk di hadapannya yang juga ikut memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Tidak. Jika ini mengenai apa yang kulakukan di masa lalu, maaf paman. Aku tidak mengingatnya," ucap Sora enteng. Kim tersentak saat mendengar pernyataan terang-terangan tersebut. Bersinggungan dengan tatapan tajam Sora, membuat ia kembali teringat kejadian 2 tahun lalu yang nyaris membuatnya mati berdiri. "Apa ini perbuatan noname?" Mendengar nama asing lagi lainnya, Sora memiringkan kepalanya. Kim menyeka kembali keringat di wajahnya sambil bersandar di punggung jok mobilnya. "Kembalikan saja berlian itu padaku Jean. Aku akan melindungimu darinya. Situasinya sekarang sangat berbahaya bagimu." Sora memejamkan matanya sedetik, kemudian kembali duduk tegak. Ia mulai merapikan seragam sekolahnya dan juga ransel yang ia pangku sejak tadi, "Akan kupikirkan tawaranmu. Tapi karena aku tidak tahu harus percaya pada siapa, aku harus menyelidikinya terlebih dahulu." Sora membuka pintu dan ia pun turun tanpa dicegah oleh Kim sedikitpun. Anak buahnya melonggarkan penjagaan lalu membiarkan So Ra meninggalkan mobil. Kim hanya manggut-manggut sesekali dengan senyum misterius yang ia tampilkan di remangnya cahaya mobil. *flashback off* "Jean sendiri yang akan menemuiku." Shirohige berang hingga dia memukul keras meja yang membuat semuanya terkejut, "Kenapa harus menunggunya untuk menghampiri? Seharusnya kau yang langsung membawanya saat itu!" Mr. Kim mencoba tenang sambil membenarkan posisi dasinya yang seperti membuatnya tercekik sejak tadi. "Dia sedang hilang ingatan. Sebelumnya ia juga tidak mengingat masa kecilnya termasuk juga anda tuan. Bersabarlah sedikit lagi, aku yakin Jean akan segera menemui kita." Shirohige duduk lemas. Ia memukul dadanya sendiri dan mulai sedikit terharu. "Anak itu sudah terlalu menderita karena kebodohanku Kim. Karena ketamakan ia menjadi seperti itu! Aku tidak bisa lagi menunggu! jika harus berperang dengan Noname, maka akan kulakukan!" tegasnya. === RUMAH SAKIT HANSHIN *3 hari kemudian* Semua tampak berkumpul di satu kamar rawat. Bibi Kim berwajah sembab melihat sudah tiga hari ini ia tidak beranjak sedikitpun dari kamar tersebut. Yoona sedikit mengigau memanggil nama Sora. Dan tak lama ia terbangun. Semua orang bersiaga. Terutama bibi Kim yang lega karena akhirnya Yoona telah sadarkan diri. "Yoona...bagaimana perasaanmu?" Bibi Kim tersenyum ringan setelah melihat anaknya siuman. Ia bahkan menghadiahkan kecupan hangat pada puncak kepala anaknya itu. Bukan hanya bibi Kim yang berada di sana, tapi juga Yian yang tangan kirinya di gips serta Do Hyun dan Stella yang tersenyum sinis dengan leher yang juga di gips. "Kak Stella! Kau tidak apa-apa?" Yoona terbelalak dan mencoba untuk bangun, namun tubuhnya masih merasakan sakit hingga ia mengurungkan niat untuk duduk. Do Hyun mendesis dengan leher yang sedikit susah untuk ia gerakkan, "Jah...aku yang mendapatkan luka parah hanya pingsan selama satu setengah hari, kenapa kau baru bisa bangun setelah 3 hari?" sindirnya, membuat seisi ruangan tertawa. "Maaf." Yo Na melihat pandangan dingin dari Kris yang berada di ujung pintu. Kris melangkah masuk yang terlihat juga mendapatkan beberapa pengobatan pada bagian tubuhnya. Semua wajah yang berada di ruangan terlihat sedikit murung, hingga Yoona baru menyadari bahwa hanya Sora yang tidak terlihat di manapun. Yoona mengingat kejadian terakhir sebelum ia pingsan. Sora dengan begitu brutal menggores lengan Shelly hingga ia menjerit begitu mengiba pengampunan. Namun tatapan Sora yang telah tersulut emosi mengendahkan jeritan Shelly tersebut. Pemandangan yang begitu mengerikan apalagi Sora kembali ke tatapan yang tak selembut biasanya. Yoona berteriak padanya dan syukurlah Sora menghentikan aksinya itu. "Yian...di mana Sora?" Semua terdiam. Yian tampak kembali frustasi begitu juga dengan yang lainnya. Bibi Kim membelai rambut Yoona dengan sedikit gemetar. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajah sedihnya itu setelah mendengar nama Sora disebut. "So Ra menghilang." Bersambung

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD