Part 08

1019 Words
"Pak Taksi-nya ?" Seorang supir taksi berjalan mendekat ketika Christ dan Mona baru saja keluar dari dalam pintu keluar-masuk bandara. "Iya boleh, Kebetulan saya tidak membawa kendaraan. Tolong sekalian bawakan barang saya juga ya pak !" Pinta-nya. Menunjuk pada troli berukuran lumayan besar didepannya, dimana terdapat barang-barang milik Christ disana. Yang langsung di balas pula dengan anggukan antusias pria didepannya. "Alhamdulilah Akhirnya saya dapat penumpang." Ucapnya penuh syukur. Pria itu mengangguk kemudian menghampiri Troli milik Christ yang berada tidak jauh di depannya. "Baik pak. Kalau begitu bapak tolong tunggu sebentar, saya ijin ambil mobil saya dulu ya pak." Ucapnya sambil membawa salah satu barang milik Christ. "Silahkan !" Tuturnya lagi begitu sang supir sudah membawa mobil taksinya. Tanpa harus menunggu banyak waktu mobil tersebut sudah siap dan terparkir rapih didepan kaki Christ dan juga Mona. Sang supir juga langsung keluar. Yang dia lakukan pertama kali adalah membuka bagasi dan memasukan semua barang-barang milik Christ ke sana. "Pak sudah semua barangnya ?" Tanya-nya lagi. Ingin memastikan tidak ada barang bawaan Christ yang tertinggal. Christ mengangguk sebentar, Merasa sudah tidak ada lagi barang yang harus dia angkut kedalam bagasi. "Iya sudah semua pak. Cuman segitu kok barang bawaan saya yang harus bapak angkut." Jawabnya kemudian menolehkan wajahnya kearah samping. Christ menatap Mona yang dari tadi hanya berdiri diam disamping dirinya. "Mona" Panggilnya dengan suara pelan. "Iya ?" Jawab Mona tidak kalah berbinar mendengar panggilan dari Christ yang sejak tadi sudah di tunggu-tunggu olehnya. "Aku duluan !" CTARRR___ Bagai tersambar petir, ucapan Christ mampu membuat mulut Mona bungkam seketika. Sambil menepuk pelan bahu Mona. Pria tersebut tanpa dosa langsung berbalik meninggalkan Mona tanpa mendengar lagi balasan apa yang mungkin akan keluar dari mulut sang wanita. "Ayo pak kita pergi sekarang ! saya sudah lelah soalnya." Ucap Christ lagi pada sang supir kemudian masuk begitu saja kedalam mobil tanpa berniat menolehkan wajahnya lagi kearah luar. Membuat Mona sekali lagi benar-benar tercengang dengan aksi pria yang baru saja berlalu didepannya. "What The ? " Wajahnya bingung sendiri, sambil membuka mulutnya dengan lebar, Mona menganga seperti ikan. bingung dengan sikap Christ yang tiba-tiba saja meninggalkannya sendirian di bandara. "Apa ini ?" Tanya-nya dengan linglung. "Mengapa dia pergi ? Bukankah aku disini untuk menjemputnya ?" "Christ ? Hei !" Panggilnya dengan suara pelan, melihat mobil yang ditumpanginya perlahan pergi jauh. "Ada apa ini sebenarnya ? Kenapa aku malah berdiri disini sendirian ?" Lagi-lagi Mona bertanya pada diri sendiri. Dia masih belum sadar dengan keadaanya saat ini. "Oh. God." Ratapnya terus saja berjalan mondar mandir mengelilingi tempatnya tadi. Mona kembali melihat sekelilingnya dengan wajah bingung dan getirnya secara langsung. *** Sementara yang berada didalam Mobil taksi. Christ yang masih setia memejamkan matanya dengan rapat, Padahal mobil yang dia tumpangi sudah mulai memasuki kawasan elite perumahan miliknya. Christ malah enak-enakan tidur lupa dengan tujuan awalnya yang ingin mampir terlebih dahulu di sebuah toko. Dengan sang supir yang berkali-kali menghela napasnya panjang. Supir tersebut Bingung sendiri melihat belokan yang setiap saat ada didepan mobilnya. "Aduh, Gusti ini saya harus kemana lagi ? mana dari tadi struktur jalanan-nya sama semua ? bikin saya makin bingung saja" Gumamnya terus memutar setir didepannya. Sambil sesekali matanya menatap kearah belakang, barangkali sang penumpang sudah bangun, jadi dia bisa bertanya, kemana lagi mobilnya harus dilajukan ?. "Tadi kalau tidak salah setelah belokan ke 4 bakalan ada rumah berwarna putih. tapi kok ini malah hutan semua ?" Ucapnya lagi dengan pandangan yang bingung. "Belok kesini kali ya ?" "Masih Hutan." Monolognya tetap melaju kearah depan. "Ini juga Hutan." Tengok-nya lagi ke arah kiri dan kanan. Sampai 30 menit kemudian mobil tersebut sudah memasuki kawasan hutan buatan semakin dalam. Jalan yang mereka lewati bahkan sudah bukan terbuat dari aspal lagi. Melainkan tanah merah khas tanah dari hutan. Sambil mengusap wajahnya kasar, sang supir pun menghentikan mobil tersebut ditengah jalan. Dilihatnya lagi jalanan didepannya yang terlihat semakin sempit dan becek. "Aduh. Gusti. Bener, hutan semua ini mah saya nyasar berarti." Ucapnya yakin sambil matanya terus menoleh ke arah kiri dan ke kanan. hanya ada suara burung dan binatang-binatang liar yang terdengar di arah sana. "Gimana ini ? Apa saya mending puter balik aja kali ya ? takutnya malah ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi disini." Monolognya sambil bergidik ngeri. menengok kearah belakang lagi. "Mana jauh banget lagi" Ucapnya menarik napas semakin dalam. kemudian setir tersebut dia belokan dengan cepat. Hendak meninggalkan tempat tersebut. Baru juga satu ban mobil-nya yang bergerak. Namun tiba-tiba ,,, BRAK__ Seseorang tiba-tiba berlalu didepan mobilnya. Membuat sang supir harus menginjak rem mobilnya dengan sangat cepat. "s**t" Umpat seseorang dari arah belakang ketika dahi mulusnya membentur kursi jok didepannya. "Ma-maafkan saya pak, Didepan ada orang yang tiba-tiba lewat" Jelas sang supir mencoba membela diri sambil melirik sekilas kearah penumpangnya dengan takut. Christ hanya diam sambil mengusap pelipisnya yang terasa ngilu akibat terbentuk jok didepannya. "Bapak baik-baik saja kan ? sekali lagi saya minta maaf pak." Tuturnya. Namun tetap tak ada jawaban dari orang dibelakangnya. "Pak ?" "Ck, Iya saya dengar kok. Lanjutkan saja jalannya tapi hati-hat, ? Ini kita dimana ?" Sentak-nya kaget melihat pemandangan sekitarnya yang penuh dengan pohon-pohon besar. Christ merotasi kan matanya mulai menatap sekeliling. "I-itu ... Itu dia masalahnya pak. Sepertinya saya nyasar." Ucapnya sambil menunduk. "Saya benar-benar bingung dengan struktur jalan disini. Saya minta maaf pak." Dan untuk kesekian kalinya, Christ menghela napasnya dalam. "Lalu tadi siapa yang bapak tabrak sampai bapak injak rem sekencang itu ?" Tanya-nya sambil mengusap kasar wajahnya. "S-saya juga tidak tahu pak. Tapi sepertinya seorang perempuan" Christ kemudian membuka pintu mobilnya. Bersama dengan sang supir untuk melihat seseorang yang mungkin mereka tabrak di depan sana. Terlihat seorang wanita dengan Surai hitam kecoklatannya tengah menunduk, menenggelamkan seluruh wajahnya sambil memeluk kedua kakinya. Jika dilihat sekilas dari postur tubuhnya, gadis tersebut mengingatkan Christ pada satu wajah yang sering dilihatnya baru-baru ini. Sang supir berjalan mendekat, mensejajarkan tubuhnya dengan wanita tersebut. "Nak, kamu tidak apa-apa ? Apakah tadi bapak menabrak kamu ?" Tanya-nya dengan lembut, hendak menyentuh puncak kepalanya. "Hiks, Hiks, Ayaaah, Hiks." Hanya satu suara yang keluar beserta isak tangisnya mampu membuat Christ membulatkan kelopak matanya dengan sempurna. "Berhenti, Jangan sentuh dia !" Ucapnya dengan tiba-tiba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD