Part 07

1020 Words
"Stop kapt ! Berhenti makan !" Steve menatap jengah Christian yang terus saja memasukan tahu kedalam mulutnya. "Hapah ? Kengapa ? Kamu mawu ? Silik aja." Sungut Christ dengan mulut gembulnya penuh dengan tahu. "Demi tuhan Christian, kau benar-benar jorok." Steve balas menggeram kesal ketika melihat muncratan tahu dari mulut Christ yang mengenai seragam putihnya. "Arghh, sialan." Umpatnya lagi. "Kau memang benar-benar jorok Christian." Keluhnya lagi sambil bangkit berdiri. "Cepat berhenti ! atau aku buang tahunya sekarang juga." Kali ini Steve benar-benar serius. Dia benar-benar jengah melihat Christ yang sejak tadi terus memakan tahu dan sambel oncom ditangannya. Walaupun mereka sudah berada di atas kabin pesawat bagian penumpang, Namun Christ benar-benar tebal muka. Dia tidak memperdulikan keadaan di sekelilingnya. "Hiyah, Hiyah, Belhenti kok ini. Khamu mah silik aja." Sinis Christ lagi menutup keranjang tahu dan sambel oncom ditangannya. Pria tampan tersebut mulai berjalan kearah ruang penyimpanan kemudian berjalan kembali kearah toilet untuk mencuci tangan dan wajahnya. "Sudah selesai ?" Tanya Steve begitu Christ sampai didepan dirinya. Christ Hanya menganggukkan kepalanya sambil menenggak habis air mineral yang diberikan oleh Steve. "Sudah, ayo pergi sekarang !" Ajaknya. Christ kemudian berjalan kearah Flight Deck untuk memeriksa kelayakan pesawat apakah sudah layak terbang atau tidak ? Diikuti Steve dan dua orang staf dibelakangnya. Satu orang perwakilan dari pihak Flight Engineer dan satu orang lagi merupakan perwakilan dari mekanik penerbangan. Christ duduk di kursi kanan kemudi sambil membuka Maintanance Log Book yang tadi dipegangnya. Diikuti Steve yang juga ikut duduk di kursi bagian kirinya. Mereka berdua mulai memeriksa satu persatu tombol mesin yang ada didepannya dengan sesekali Christ yang melontarkan pertanyaan seputar kondisi pesawat dan tindakan apa saja yang sudah mereka lakukan terhadap pesawat sebelumnya pada dua orang staf yang berdiri dibelakangnya. Jika tidak ada masalah, mekanik penerbangan akan membubuhkan tanda tangan sebagai tanda pesawat tak bermasalah. Dan itu berarti pesawat sudah layak terbang. Secara prosedural, bagi seorang pilot, semua yang ditulis di dalam maintenance Log Book, selama dia bisa yakin, bahwa pesawat tersebut telah dilakukan perbaikan dan dia sudah berdiskusi dengan pihak flight engineer. Di mana pihak flight engineer akan menyatakan apa saja yang sudah dikerjakan dan dia membubuhkan tanda tangan pada log maintenance tersebut. Tak hanya mekanik, pilot juga akan membubuhkan tanda tangan di maintenance log book sebelum terbang sebagai tanda persetujuan. Christ mengangguk-anggukan kepalanya yakin setelah mendengar penjelasan yang dilontarkan dua orang dibelakangnya. "Bagaimana ?" Tanya Christ menolehkan wajahnya kearah Steve yang langsung dibalas anggukan mantap oleh lawan bicaranya. "Well, Karena semuanya sudah yakin maka saya akan langsung menandatanganinya" Ucap Christ tanpa ragu membubuhkan tanda tangan miliknya juga di atas maintenance log book yang ada ditangannya. "Thank you sir." Salah satu perwakilan langsung menjabat sopan tangan kanannya. Christ balas membalas uluran tangan tersebut sambil tersenyum sopan ke arahnya. "Sama-sama. Terima kasih kembali." Ucapnya. "Kami permisi Capt. Safe flight, be Careful." Ucap pria satunya lagi. Christ kembali menjabat tangannya. "Thank you." Tuturnya. Keduanya menjabat tangan Christ dan Steve secara bergantian kemudian berjalan keluar meninggalkan Christ dan Steve yang akan melaksanakan tugas mereka selanjutnya. Christ mulai mempersiapkan dirinya begitupun dengan Steve. keduanya sibuk melakukan tugas-nya masing-masing sampai pesawat benar-benar lepas landas meninggalkan Landasan tersebut menuju Ibu Kota Jakarta, Tepatnya menuju Soekarno–Hatta International Airport yang berada tepat di daerah Tangerang, Banten. *** Puluhan orang terlihat berdiri antusias memenuhi terminal penjemputan Bandara internasional Soekarno-Hatta (Soetta). Ada yang membawa spanduk dan ada pula yang membawa pengeras suara untuk mempermudah mereka menemukan orang yang mereka cari. Dan Mona merupakan salah satu diantara puluhan orang tersebut. Berdiri dibarisan paling depan untuk menunggu sosok yang selama tiga Hari ini sangat dia rindukan keluar dari dalam sana. "Eughhh ... Aku benar-benar tidak sabar." Ucapnya sambil melirik jam tangan yang melingkar cantik ditangan mulusnya. "Kemana dia ? kenapa masih belum terlihat juga ? Bukankah seharusnya pesawatnya sudah tiba sejak tadi ?" Ucapnya lagi menatap gelisah layar monitor yang terpasang tidak jauh dari lokasinya berdiri saat ini. "Jadwalnya benar kok." Gumamnya terus saja berbicara sendiri. Sampai lima menit kemudian sosok itu datang dari arah dalam. Sosok tinggi dan tampan dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya tengah mendorong troli-nya kearah terminal penjemputan. "Christ ." Panggilnya dengan suara lantang. Melambaikan satu tangannya keatas sambil tersenyum antusias. Mona yang tersenyum seperti itu, Sementara Christ malah mengerutkan keningnya, Merasa heran mengapa Mona bisa berdiri di sana ? Dan tanpa seragam ? Christ benar-benar dibuat bingung olehnya. Christ pun melanjutkan kembali langkahnya menghampiri Mona. "Mona kenapa kau berdiri disini ? Bukankah kita baru saja tiba beberapa menit yang lalu ?" Tanya Christ to the point begitu sampai didepan Mona. Membuat air muka di wajah Mona langsung berubah seketika. Mona yang tadinya berjingkrak bahagia seketika merasa kecewa karena Christ tidak menyadari ketidakhadirannya selama ini didalam pesawat tadi. "Ah. Pantas saja dia tidak menghubungiku sejak aku hilang, ternyata aku memang tidak ada di otak dan di dalam hatinya." Batin Mona sambil menyunggingkan senyum kecutnya. "Iya aku kembali lebih dulu karena ada sedikit masalah di rumah." "Kemari-lah jangan menghalangi jalan sayang !" Mona menarik lengan Christ untuk menjauh dari sana. "Apa itu ?" Tanya-nya begitu dia melihat barang bawaan Christ yang tidak pernah Mona lihat sebelumnya. "Apa yang mana ?" Tanya ulang Christ malah balik bertanya. Mona menunjuk kardus di depannya. "Yang di dalam kardus ?" Jawab Mona lagi. "Oh ini ? oleh-oleh dari seseorang, kau mau ?" Tawarnya sambil terus berjalan menuju pintu keluar. "Tidak terima kasih" Tolak Mona sambil tersenyum dengan manisnya. Mona pikir Christ akan memaksanya seperti biasa ketika Mona menolak pemberiannya, Namun kali ini dugaannya salah. Christ malah kembali bersikap acuh. Dia hanya mendorong troli didepannya dan tetap melanjutkan kembali langkahnya tanpa banyak bicara. "Lah Kenapa dia malah tidak berbicara lagi ? Bukankah biasanya Christ akan menawariku kembali jika aku menolak tawarannya ? Paling tidak dia akan bertanya sampai tiga kali sampai aku benar-benar menolak permintaannya. Sekarang kenapa dia malah bersikap sebaliknya ?" "Christ yang sekarang malah terlihat seperti Christ yang dulu dengan sifat dingin dan ketusnya." Pungkas Mona dalam hati menatap bingung pria yang saat ini terus berjalan di sampingnya. Christ yang berjalan terburu-buru bahkan lupa untuk menggandeng tangan Mona ataupun sekedar menanyakan keadaannya selama mereka tidak bertemu beberapa hari terkahir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD