Part 01 (18+)

1023 Words
Christian Zachari, Pria matang berusia dua puluh sembilan tahun. Bergelimang harta. Profesi ? Saat ini sebagai seorang pilot dengan jam terbang paling tinggi di Indonesia. Aktifitasnya ?. Tentu saja selain bekerja, dia juga pandai untuk berfoya-foya. Bermain wanita. Lalu menghabiskan simpanan hartanya yang tidak akan pernah habis selama tujuh turunan. Seperti yang saat ini sedang dia lakukan. Di sela-sela penerbangannya, pria tersebut masih sempat-sempatnya menyempatkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama kekasih bayangannya. Mona. Kenapa kekasih bayangan ? Karena Christ tidak pernah serius untuk mengakui hubungan mereka. Dekatnya dia dengan wanita itu hanya untuk memuaskan hasratnya. Kesepian dan juga napsu berlebih miliknya. Bruk. "Capt ?." "Diamlah !." Pintanya seraya mendorong wanita tersebut untuk masuk semakin dalam kedalam salah satu kamar mandi yang berada di dalam kabin tersebut. Christ melucuti satu persatu pakaian wanita di depannya. Tanpa permisi. Karena dia memang sudah biasa melakukan itu terhadap Mona. Mona merengek. Tapi dia juga tidak bisa mengatakan apapun karena dia juga menginginkan hal yang sama. "Bagaimana jika ada yang tahu ?." Christ hanya mengerutkan alisnya. "Memangnya selama ini kau peduli ?." Sarkasnya, tidak mempunyai hati. Apakah wanita di depannya akan sakit hati atau tidak karena ucapannya ?. "..." Tidak ada jawaban. Mona juga hanya bisa merenung. Hening, tidak ada satu pun balasan yang bisa wanita itu keluarkan dari bibir mungil miliknya. Karena memang selama ini dia lah yang selalu mengejarnya. Bukan Christ yang mengejar dan menginginkan dirinya. "Tapi,." Mona kembali menggigit bibir. Maksudnya dia ingin sedikit jual mahal disini, tapi Christ malah semakin dalam menggerayangi tubuhnya. "Christ." "Diamlah ! aku bilang diam, diam !." Pria paling berani, paling berpengaruh sekalipun atasan mereka tidak ada yang berani untuk bersinggungan dengan dia. Bibir mungil Mona hanya bisa melenguh. menikmati setiap apapun yang dilakukan oleh prianya. Lihatlah ! Tubuh bagian atasnya saja bahkan masih terlihat utuh berbeda dengan tubuh bagian bawahnya yang sudah tak tersisa barang satu benangpun kecuali heels yang melekat apik di tumit cantiknya. Mona sang pramugari seperti tidak ada harga dirinya di depan sang kapten. Selain terus mengerang, wanita itu tidak bisa lagi melakukan apapun. Hanya bisa menggigit bibir. Mona memiringkan wajahnya. Sang wanita hanya tersenyum Smirk. Baiklah, jika memang itu yang Christ inginkan, Siapa yang peduli jika di luar sana ada orang yang mendengar teriakannya. Saat sedang berada di tengah-tengah puncak, Mona merasakan dirinya terbakar. Ingin mencakar, tapi dia juga tidak terlalu berani. Takut nanti Christ tersinggung, hingga pada akhirnya dia di tinggalkan untuk kesekian kalinya. "Mona." "Christ, Tunggu !." Ingatnya, Di detik-detik terakhir dia mengingat sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan saat sedang bersentuhan dengan pria paling di cintainya. Christ tidak memperdulikan ucapannya. "Tidak, tunggu sayang ! Tunggu sebentar ! Wait, pesawatnya ? Christ, Bagaimana dengan pesawatnya ? Kita sedang di atas awan, ini hanya penerbangan singkat, bagaimana jika. Auw, " Christ menggigit keras bahunya. Pria itu memukul dinding menggunakan tinjunya. Sedangkan Mona hanya menengadah. "Memang siapa yang bilang kita di atas air ? Aku tahu ini di atas awan bodoh. Ada Steve yang mengurus segalanya. sudahlah, Ayo cepat bergerak ! Cepat selesaikan jika kau memang ingin cepat selesai ! Aku bisa mencari orang lain, jika kau memang tidak mau." Mona lagi-lagi menggigit bibir. Dia tidak ingin cepat selesai. Apalagi di gantikan oleh sosok lain yang mungkin bisa menjadi saingan kesekian kalinya yang harus di musnahkan demi mendapatkan pria itu. Christ adalah speak sempurna. Dia ingin waktu-waktu seperti ini selalu datang meskipun harus meruntuhkan diri demi mengejar cintanya seorang. Sama-sama gila. Meskipun berbeda pikiran, Mona mulai mengikuti seluruh keinginannya. Runtuh sudah harga diri yang di miliki olehnya. Tanpa memperdulikan pandangan orang-orang. Suara kegaduhan tidak mereka pedulikan. Keduanya asik berbuat gila. Christ tidak peduli. Mona juga tidak peduli selama Christ berada di dekatnya. Semua berlalu sampai wanita itu mendapatkan keinginannya. Sama-sama meneguk surga dunia. Meskipun hanya beberapa menit. Cukup untuk membuat dahaga keduanya terbayar lunas. Christ liar. Mona jauh lebih liar lagi di bandingkan dengan dirinya. *** "Kita lanjutkan ! Tapi tidak di sini !." Ucap Christ sambil menetralkan napasnya. Melepaskan diri dari pelukan masing-masing. Gila saja. Mereka sudah absen selama beberapa menit. Apakah semua bisa terkendali jika pria itu terlalu lama meninggalkan Flight deck ?. "Christ, tapi ini sudah terlalu lama. Kenapa tidak di sini saja ?." "Tidak." "Kenapa ?." Tanya Mona sambil membetulkan seragamnya. Christ tanpa peduli hanya mencuci tangannya. Keluar dari kamar mandi, pria tersebut mengejutkan seseorang yang sejak tadi mengintip. "Ada yang mengintip." Jawabnya, sembari tersenyum miring. "Shit." Balas seseorang tersebut. Seorang pria paruh baya yang ternyata sejak tadi diam-diam mengintip mereka, sampai tidak tahan sendiri melihat aksi nekat keduanya. Pria tersebut sampai harus berlari terbirit-b***t. Sang atasan padahal dialah yang memiliki hak atas seluruh karyawan, tapi malah dia yang ketakutan oleh karyawannya sendiri. Mencari posisi asisten pribadinya yang sejak tadi berkeliaran dimana-mana. Hanya untuk mengatakan kebutuhannya mencarikan dia seorang wanita yang bentuk badannya sama persis seperti Mona. "Carikan aku seorang wanita yang persis seperti dia Zidan ! Aku tidak peduli dengan wajahnya, Yang penting dia harus seksi, tubuhnya harus sama persis seperti Mona !." Titahnya. Begitu sudah ketemu dengan Asistennya. Sang pimpinan langsung mengutarakan keinginannya. "Jika sudah ketemu ? Segera antar kan dia ke kabinku ! Aku akan menunggu dia di kabinku. Ingat jangan pakai lama ! Aku tidak pernah suka menunggu sejak dulu." Tutur pria tersebut lagi mengatakan keinginannya pada sang tangan kanan. Zidan yang kurang paham dengan maksud tuannya pun hanya bisa menganggukkan kepalanya patuh, dia segera mencarikan perempuan seksi seperti yang tuannya sebutkan tadi. "Tuan saya sudah mendapatkan perempuannya. Apa saya harus menyuruhnya masuk sekarang atau bagaimana tuan ?" Dan Begitu sudah dapat, Zidan pun langsung berteriak sopan mengatakan pesanan tuannya yang sudah siap. Sang pria yang berada di dalam kabin tentu langsung menganggukkan kepala pelan meskipun sang asisten tidak dapat melihat gerakannya. "Suruh dia ke dalam Zidan ! setelah ini kau boleh pergi ! Ingat jaga baik-baik di depan kabin ku. Jangan biarkan siapapun mendekati kabin milikku ! Apapun yang nantinya kau dengar ? Cukup diam dan jangan banyak komentar !" Tuturnya berbarengan dengan masuknya seorang perempuan kedalam kabin sang Tuan. Setelah perempuan tersebut masuk, Zidan sudah tidak mendengar apapun lagi selain rintihan dan teriakan senang dari sang tuan dan juga perempuan tadi yang masuk kedalam kabin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD