Satu bulan setelah kejadian Mama yang tiba-tiba sakit, tanpa ada penyebab yang jelas. Suasana di rumah pun sudah sangat kondusif. Maya sama sekali tidak membuat ulah lagi, aku rasa dia sudah sadar. Lagipula, apa sih yang ia cari dengan mengadu domba antara diriku dan Mama? Aku pun tidak pernah mengganggu Maya secuilpun. "Sayang, dari kantor kamu mau kemana?" tanya Anjar sambil mengenakan ikat pinggangnya. "Rencananya sih mau ke rumah Ayah, soalnya yang lain pada di sana kecuali Ibu. Aku ingin melihat bagaimana persiapan pernikahan Ayah. Apa boleh?" "Tentu saja. Kalau aku siap lebih awal, aku juga akan segera menyusul kesana, Cantik." "Kok tumben banget manggil aku dengan sebutan seperti itu, Sayang?" bertanya dengan heran. "Coba kemari!" ucap Anjar sembari menarik tangan kanan ku