Dua minggu setelah Mama keluar dari Rumah Sakit. Aku merasa lebih nyaman dibanding biasanya untuk tinggal di rumah megah ini. Bahkan aku tidak lagi mengurung diri di kamar, hanya untuk mendapatkan sebuah ketenangan. Bukan hanya aku saja yang merasa bahagia, Anjar pun terlihat lebih bercahaya dengan senyumnya yang lebar. Ini adalah suasana yang aku idam-idamkan selama ini dan ternyata, sekali lagi Tuhan memberikannya kepadaku. "Bangun, bangun! Semuanya ayo bangun!!" teriak Mama sembari memukul-mukul piring beling dengan sendok makan sehingga menimbulkan suara nyaring yang luar biasa. Tidak hanya itu, Mama juga mengetok pintu kamar agar kami terbangun dan mengikuti keinginan hatinya. "Ya ampun Mama, kelakuannya yang usil itu mulai lagi kalau hatinya sedang bahagia. Akhir-akhir ini, Mama