Pak Tua Pemilik Resto

1044 Words
Nathan mengikuti langkah Rachel dan berkata "Bahkan jika itu hanya sebuah lampion murah, kau masih menggantungnya selama ini. Apa itu tandanya dalam hatimu masih sepenuhnya ada aku?" "Itu karena benda itu masih berfungsi dengan baik, jika tidak sudah lama aku akan membuangnya ke tempat sampah." Kilah Rachel. " Ya.. Baik lah, anggap saja seperti yang kau katakan." Ucap Nathan mengalah. Melihat Nathan yang tidak melanjutkan perdebatan dengannya lagi, hati Rachel tiba-tiba saja merasa gundah. Ia berjalan ke arah dapur. Dan tentu saja Nathan mengikutinya lagi kali ini. Saat berada tepat di depan meja makan, Rachel berbalik dan mencium bibir Nathan. Membuat pria itu terkejut karena tidak ada persiapan. Lama kelamaan ciuman itu semakin panas. Bibir mereka saling melumat. Saat ini satu tangan Nathan sudah memegang lembut kepala belakang Rachel. Yang satunya lagi memeluk pinggang ramping gadis itu. Saat ciuman itu menuntut lebih, Rachel melepaskannya. Dan berjalan ke arah kursi di meja makan. Lalu duduk disana. Tentu saja hal itu membuat Nathan merasa aneh sekaligus bingung. "Kenapa? Apa kau masih meragukan dan takut padaku?" Tanya Nathan lagi pada Rachel. "Tidak. Awalnya aku hanya ingin sedikit memancing ingatanmu. Tapi sepertinya itu tidak berhasil." "Maafkan aku. Aku akan mencobanya lebih keras lagi." "Tidak apa-apa. Kita bisa melakukannya pelan-pelan. Tidak perlu memaksakan diri. Bukan kah jika terlalu di paksa itu juga tidak baik untuk kesehatanmu?" " Ya, kau benar. Aku juga ingin mengingat semuanya lebih cepat lagi. Pasti banyak sekali yang harus ku bayar kepadamu untuk tujuh tahun yang telah kau lalui sendiri." "Aku berdua." "Berdua?" "Tentu saja. Ada Key bersamaku setiap waktu." "Kenapa kau tak pernah mengatakan bahwa Key adalah Putriku juga?" "Apakah kau yakin dia Putrimu?" " Tentu saja aku yakin. Dari wajahnya saja sudah terlihat sangat mempesona sepertiku. Cara bicaranya juga sangat mirip denganku. Dia tidak menurunkan apa pun dari Gen-mu. Mungkin hanya sedikit cara cemberutnya yang mirip denganmu. Hahaha.." "Huh. Dasar pria, maunya menang sendiri. Aku yang mengandung, aku yang bertaruh nyawa melahirkan. Kenapa jadi aku yang tidak dapat bagian?" Terlihat jelas wajah Rachel yang sudah cemberut tidak senang dengan yang dikatakan Nathan. "Ya, ya, ya, baik lah. Kau menang. Dia cantik sepertimu. Itu yang membuat aku selalu ingin bersama dengan kalian, meski saat ini aku belum mampu mengingat apapun." Sahut Nathan, membuat Rachel merasa sangat iba. "Kau juga pasti tersiksa selama ini. Sabar lah. Tuhan pasti menyiapkan rencana yang sangat indah untuk kita. Kita akan menebus tahun-tahun yang telah lalu itu bersama-sama. Kelak saat kau mampu mengingat apa yang terjadi sebelum terjadi kecelakaan itu, aku akan menceritakan padamu segalanya." Kali ini Rachel menggenggam tangan Nathan. "Baik lah. Mari kita lakukan bersama. Pelan-pelan. Aku yakin aku akan segera mengingatnya. Kau tidak akan percaya bahwa otakku ini sangat jenius. Daya ingatku sangat tinggi." Serunya bangga. "Sepertinya kau bangga sekali ? Jika kau memiliki daya ingat yang tinggi, lalu kenapa kau tak mampu mengingatku bahkan setelah tujuh tahun?" Ledek Rachel lagi. "Itu pengecualian. Soal itu aku menyerah. Aku memang kalah." Nathan mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. Itu membuat Rachel tertawa. "Baik lah. Sudah jam tujuh, apa kau tidak lapar?" Tanya Nathan. "Tentu saja, aku sudah sangat lapar dari tadi. Tapi aku malah terus melayanimu berbicara." Jawab Rachel. " Ayo, kita keluar mencari sesuatu yang lezat untuk di makan." Ajak Nathan. " Hmmm.. baik lah. Tunggu sebentar, aku akan kembali lima menit lagi." Lalu dengan bergegas ia berlari ke dalam kamarnya. Rachel telah keluar lagi setelah menggunakan sweeter merah mudanya. Mereka berjalan ke arah mobil dan masuk. Nathan mengemudi dengan santai. Mereka mendatangi restoran cepat saji yang dulu sering sekali mereka kunjungi. Saat mereka sedang menikmati makanan yang dihidangkan pelayan, tiba-tiba seorang pria tua datang menghampiri mereka. "Waaah.. sudah lama sekali sejak kalian berdua datang makan ke tempat kecilku ini." Kata pak tua itu. Ia mengenakan kemeja santai dengan kancing terbuka hingga ke d**a, kacamata hitam dan celana kain pendek. Seperti penampilan orang yang akan bermain ke pantai. Nathan awalnya sangat marah. Karena merasa telah diganggu saat makan malam. Saat ia akan bangkit dari kursi dan memarahi pak tua, Rachel berkata " Waah.. Lihat, pemilik restoran mewah ini datang secara khusus menyapa kami. Kami merasa sangat terhormat. Maafkan kami tidak datang dalam beberapa tahun belakangan ini, itu karena kami telah pindah keluar kota." Sahut Rachel menjelaskan panjang lebar dan dengan senyum manis sambil berdiri menandakan ia menghormati pria yang ada di hadapannya saat ini. Dan akhirnya Nathan mengerti situasi ini. Ia dengan cepat memahami maksud dari perkataan Rachel. Nathan pun langsung berdiri. Mengulurkan tangannya pada Pak tua. "Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menyapa kami Tuan. Sejujurnya kami telah pindah dari kota ini. Kehidupan rumah tangga dengan seorang anak tentu sangat menyita banyak waktu. Saat ini kami memiliki bisnis di kota ini, jadi bisa mampir kembali kesini." Kata Nathan penuh percaya diri. Perkataan Nathan lantas membuat Rachel kaget sekaligus merasa lucu. Setelah berbincang lima menit, pemilik restoran itu pun berlalu. Nathan dan Rachel melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi, sebelum akhirnya mereka kembali pulang. Sesampainya di depan rumah sederhana itu, keduanya keluar dari mobil dan Nathan pamit untuk pergi ke hotel untuk beristirahat. "Baik lah. Aku akan ke hotel. Roy sudah memesankan kamar untukku. Sebenarnya aku sangat ingin tidur di rumah ini. Tapi aku takut tidak bisa mengendalikan diriku saat bersamamu. Aku tidak ingin membuatmu takut. Aku tak ingin membuat kau menganggapku mendekatimu hanya untuk melepaskan gairah." "Kau dulu selalu berkata seperti itu padaku. Sampai akhirnya kita melakukan itu untuk pertama kalinya di apartamenmu." Jelas Rachel cepat. " Benar kah ? Sepertinya besok kita harus ke tempat itu. Siapa sangka setelah mengulanginya aku mendapatkan semua ingatanku kembali." Canda Nathan yang akhirnya membuat pipi Rachel memerah karena menahan malu. "Aku tidak akan tergoda oleh rayuanmu itu." Jawab Rachel membalas candaan Nathan. "Baik. Mari kita buktikan saja besok." " Tidak. Besok aku akan sangat sibuk. Ku harap kau tidak menggangguku besok." "Baik lah Hunny. Kalau begitu aku pergi dulu. Semakin lama aku disini, semakin kuat godaan untuk menemanimu tidur malam ini." Katanya sambil mulai berjalam. Tapi tiba-tiba berbalik lagi dan berhasil mencuri sebuah kecupan di pipi Rachel. Nathan pun melajukan mobilnya menuju hotel tempatnya akan menginap malam ini. Rachel yang mendapat kecupan mendadak itu langsung senyum-senyum dan masuk ke dalam rumah. Setelah membersihkan diri, ia juga segera tidur, karena besok pagi ia harus menemui klien yang sangat penting.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD