Setelah 2 pekan berlalu.
Rachel dan Keynara menjalani hidup seperti biasanya. Nathan tidak pernah lagi datang mengganggu ketenangan ibu dan anak ini.
"Kak, hari ini Key pengambilan raport kenaikan kelas. Orang tua di haruskan hadir." Jihan menyampaikan pesan guru Key kemarin saat menjemputnya pulang sekolah.
"Astaga, benarkah ? Tapi aku ada rapat penting pagi ini. Lalu jam 10 aku harus langsung berangkat ke kota S untuk menemui klien. Apa tidak bisa kamu saja yang mewakiliku Jihan?" Pinta Rachel tulus.
"Tapi kak, Guru Key bilang itu harus orang tuanya." Jihan menjawab dengan sedih.
"Kak, tidak masalah. Kemarin Key sudah izin sama Bu Misca, kalau Momy tidak bisa hadir. Untuk Key, kan selalu ada toleransi dari Bu Misca." Key tiba - tiba datang sambil mengedipkan sebelah mata kepada Jihan.
Jihan faham, Key sedang berbohong.
Mungkin dia juga tidak tega jika ibunya ini gagal pergi bertugas. Ia tau ibunya bekerja keras demi kehidupannya.
Jadi Key berusaha menjadi anak yang penurut dan pengertian.
"Sayaaangg, maafin Momy yaa. Lagi - lagi Momy ga bisa datang di penerimaan raportmu. Padahal Momy sangat ingin maju ke atas panggung menerima hadiah juara yang selalu anak Momy yang cerdas ini dapatkan." ucap Rachel sedih sambil memeluk Key.
"Aahh, Momy. Itu ga penting. Teman - teman Key juga ga semuanya naik bersama Momy Papi - nya kepanggung."
"Yang penting setiap Key maju, rasa terimakasih Key yang pertama adalah untuk Momy tersayang."
Key mencoba menghibur hati Rachel walau sebenarnya dia juga sedang berusaha melapangkan dadanya agar tidak terlalu sedih "lagi" kali ini.
"Sayang Momy kok bijak banget sih? Udah ngalahin kak Jihan tu pemikirannya, haha."
"Terimakasih sayang, Momy akan selalu memberikan yang terbaik untuk Key. Meski Momy masih banyak kurangnya sebagai seorang ibu, tapi Momy berusaha sekuat tenaga agar Key tidak kekurangan satu apapun." Rachel mencium pipi Key lalu membelai rambutnya.
"Tapi Key slalu merasa ada yang kurang Mom. Key ingin berjumpa Papi kandung Key. Key tau Papi masih ada didunia ini, tapi belum mau mempertemukan kami. Key akan menunggu sampai Momy siap. "Key berkata dalam hatinya.
"Momy terbaik, muuaacchh." Key balas mencium pipi Rachel yang masih memeluknya dengan erat.
"Yuk kak, nanti Key telat. Key ga mau memberi kesan buruk pada guru dan teman - teman Key di sekolah." lanjutnya lagi.
"Ayoo anak manis." jawab Jihan.
"Kak, kami berangkat duluan yaa." lanjut Jihan pada Rachel
"Iyaaa, hati hati bawa motornya ya. Jangan lupa helmnya dipakai ya Key." teriak Rachel lagi setelah melihat Key sudah berlari ke arah garasi.
Akhirnya tinggal Rachel sendiri dirumah pagi ini. Sambil beres - beres meja dari sisa sarapan mereka barusan, Rachel melihat jam tangannya. Jam 07.05 saat ini. Rapat akan dimulai pukul 08.15. Jadi Rachel masih ada waktu untuk sekedar mencuci peralatan makan tadi.
Sedang fokus mencuci piring,reflek saja bibir Rachel berucap "dia suka sekali menghilang secara mendadak. Baik dulu, maupun sekarang."
"Siapa?" Tiba - tiba terdengar suar berat yang tak asing lagi bagi Rachel.
"Ke..kee..kenapa kau bisa masuk ke dalam rumahku?" Tanya Rachel cepat setelah berbalik dan melihat ke arah asal suara itu.
"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh datang ke sini?" Tanyanya sambil terus mendekat hingga membuat Rachel tersudut di depan wastafel.
"Bukan kah kau tau, tidak baik memasuki rumah orang lain tanpa izin, Tuan Nathan yang terhormat ?" Balas Rachel terus menatap mata Nathan tajam.
Deeeeeggg....
Sakit sekali rasanya saat mendengar Rachel menyebut namanya seperti itu.
Dia melihat nafas Rachel yang naik turun tak beraturan karna gugup.
Lalu tanpa aba - aba Nathan langsung saja mengecup bibir Rachel yang manis itu.
Cuuuppp...Rachel menegang karna terlalu syok dengan kejadian tiba - tiba ini.
"Dasar kau lelaki mesum." teriak Rachel sambil berusaha mendorong tubuh Nathan.
Tapi tentu saja itu sia - sia. Kekuatannya jauh berbeda dengan Nathan.
Nathan menyeka ujung bibirnya dengan ibu jari lalu tersenyum penuh makna.
"Yaa, mulai sekarang aku akan menjadi lelaki m***m setiap kali dekat denganmu"
Lebih baik kau berhati hati sayang." Nathan berbisik di telinga Rachel, membuat gadis itu merinding.
"Jangan seenaknya saja. Kau bukan siapa - siapa bagiku. Jangan mencoba mendekatiku terus. Aku bahkan jijik membayangkan wajahmu itu." ucap Rachel emosi.
"Ckckckckck... jangan terlalu bersemangat ! Mulai hari ini, setiap pagi aku akan datang kesini untuk melihatmu !"
"Akan lebih baik jika kau juga menyiapkan sarapan untukku." Nathan berkata dengan senyum penuh percaya diri.
"Tolong ! Aku mohon, jangan ganggu aku lagii." tiba - tiba suara Rachel melunak dan dia mengatakannya dengan wajah menunduk.
"Aku sudah susah payah melupakanmu. Setelah aku bangkit dan berhasil hidup dengan baik, kenapa kau datang kembali mengacaukan kehidupan yang susah payah ku jalani ini? Apakah kau sangat suka mempermainkan perasaanku?" Rachel berkata dengan berat, ia sedang berjuang agar butiran bening itu tidak jatuh menetes ke pipinya.
Ia tak ingin terlihat sangat lemah didepan Nathan.
Nathan tertegun, tak menyangka reaksi Rachel yang seperti ini.
"Karna bagiku, kau sudah mati 7 tahun lalu" lanjutnya lagi.
"Apa maksud mu? Apa kau sungguh berharap aku mati saat kecelakaan itu?" tanya Nathan penuh emosi.
"Hah, aku bahkan tak pernah tau kau kecelakaan, bagaimana aku bisa berharap kau mati pada saat itu ?" Sanggah Rachel dengan nada pilu.
Bagaimana pun, Nathan pernah mengisi ruang dihatinya. Perpisahan yang mendadak, tanpa penjelasan sepatah kata pun tentu membuat hati Rachel hancur.
"Benarkah kau sama sekali tidak tau?" Tanya Nathan yang jelas merasa penasaran.
"Sore itu, aku menelfon mu. Aku mengatakan ada yang harus kita bicarakan dan kita harus segera bertemu."
"Tapi kau menolak untuk menemuiku dengan alasan sedang sibuk, banyak pekerjaan, dan akan menemui ku pada malam hari saja."
"Kau bilang akan ke rumahku setelah pekerjaanmu selesai. Tapi kau bahkan tak mengabariku kenapa kau tidak jadi datang."
"Aku menunggumu malam itu,esok hari sampai lusa. Terus menunggumu hingga di tahun ke 2. Berharap kau akan datang dan menjelaskan semuanya padaku."
"Mungkin aku akan memaafkan keterlambatanmu dan kita bisa memulai kembali semuanya dari awal."
"Tapi tidak ! Kau tak pernah datang atau mencoba menghubungiku sekalipun. Lalu aku camkan di hatiku, sejak saat itu kau telah tiada ! kau tak pernah ada dalam hidupku. Lalu sekarang kau datang, menuntut penjelasan dariku? Hal yang seharusnya aku lakukan saat pertama bertemu denganmu di caffe itu."
"Ciih, sungguh nasibku yang menyedihkan. " Rachel berkata panjang lebar dengan air mata yang tak terasa telah membasahi pipinya.
Pemandangan ini membuat hati Nathan sangat sakit. "Kenapa hati nya sakit melihat Rachel menangis ?" Tanyanya dalam hati.
"Jelaskan lebih banyak lagi. Bagaimana kita 7 tahun yang lalu, aku ingin mendengar semuanya dari mulutmu." Lalu melepaskan lingkaran tangannya yang mengurung Rachel di sudut dinding wastafel sejak tadi.
Rachel berjalan ke kulkas, mengambil air dalam botol lalu menengguknya.
"Kau bahkan tak ingat bagaimana dan apa hubungan kita dulu, tapi dengan yakinnya kau datang padaku seolah dulu kita memiliki sesuatu yang istimewa ?" Ejek Rachel tersenyum pahit.
"Aku ingin mendengar semua yang kau ketahui, agar aku bisa memperbaiki semua kesalahan dan mungkin mengganti masa - masa yang hilang selama ini. Meski mungkin sangat terlambat." pinta Nathan lagi yang membuat hati Rachel melunak kembali.
"Mungkin, semua yang aku lalui tidak sepenuhnya salah Nathan. Mungkin saja dia melewati hari - hari yang lebih sulit dariku. Salahkah aku jika memberinya 1 kesempatan untuk menjelaskan semua nya? Bukankah hal itu yang sangat aku nantikan sejak dulu?" Ungkap Rachel dalam hatinya.
"Baiklah." hanya itu jawaban yang Rachel berikan.