Hanna merentangkan kedua tangannya dengan bebas. Wajahnya yang semula terlihat kuyu kini sudah mulai cerah dan berseri kembali. Istirahat yang cukup sudah mengembalikan kondisi tubuh Hanna segar bugar kembali. Semangatnya sudah kembali. Ia yakin bahwa pagi ini ia sudah bisa memulai pekerjaannya, dimulai dengan mencari tahu tentang Lenna Mardiana, wanita yang menyebabkan ia datang ke kota London-Inggris.
Hanna tahu dan menyadari bahwa kemarin adalah hari yang tidak menyenangkan untuknya, bagaimana pun setiap orang pasti memaklumi keadaan dirinya yang jetlag.
Masih sambil mengenakan pakaian, Hanna mengambil ponsel lalu mengecek apakah ada pesan atau panggilan di ponselnya selama ia istirahat.
Hanna tidak menyangka begitu banyak pesan yang masuk sementara panggilan telepon hanya ada beberapa saja. Panggilan tersebut rata-rata berasal dari kantor Advocate atau dari rumahnya yang kemungkinan besar mereka bermaksud menanyakan kabarnya.
Hanna memutuskan untuk berbicara dengan orang kantornya lebih dulu sementara kepada orang tuanya ia mengirim pesan sebelum nantinya berbicara.
Banyak kata yang disampaikan oleh Pak Ilman maupun oleh orang tuanya. Mereka semua mengharapkan agar Hanna bisa bekerja dengan baik dan memanfaatkan waktu dengan baik. Utamakan kerja lebih dulu sebelum acara shoping adalah pesan utama dari ibunya, Nara.
"Mom apaan sih. Seperti aku perempuan yang paling suka shoping aja," ucap Hanna menggerutu.
Melihat dirinya di cermin setelah selesai berdandan, Hanna menghubungi Irawan agar mengantarnya menemui Lenna. Ia memuji Irawan karena pria itu sudah berinisiatif untuk menjemputnya di hotel sebelum ia memintanya. Ia tahu seharusnya Lenna yang menemuinya tetapi sebelum Irawan pulang, pria itu sudah mengatakan bahwa Lenna sedang sakit.
Satu jam sudah Hanna menunggu Irawan, tetapi pria itu belum juga tiba padahal ia sudah meneleponnya berkali-kali dan dia selalu mengatakan sudah dalam perjalanan.
"Apa yang dilakukan Irawan, mengapa dia sama sekali tidak serius bekerja atau dia memang tidak ada niat untuk membantu?" Hanna membatin.
Lima belas menit
Tiga puluh menit
Satu setengah jam berlalu dan Irawan tidak ada penampakannya sama sekali hingga Hanna berpikir untuk menghubungi Pak Ilman. Ia tidak bisa bekerja bersama orang yang memang tidak ada niat untuk membantu.
Untuk apa Irawan mengatakan dia dalam perjalanan dan sebentar lagi tiba di tempat Hanna kalau batang hidungnya saja tidak terlihat.
Setelah yakin Irawan tidak akan datang, Hanna memutuskan untuk pergi sendiri. Ia tidak akan menggantungkan pekerjaannya pada orang yang sama sekali tidak ada niat bekerja.
Pada pencarian informasi pertama Hanna menemukan bahwa Lenna bukan wanita yang bisa diandalkan untuk mengasuh seorang anak. Dengan kondisinya yang tinggal bersama rekan-rekannya karena tidak memiliki tempat tinggal tetap, sudah pasti keluarga Whitaker yang akan memenangkan kasus tersebut. Selain itu juga Hanna tidak memiliki pemasukan keuangan yang pasti.
Hampir 2 jam lamanya Hanna mencari tahu keadaan Lenna yang sebenarnya karena ia sudah mendatangi tempat tinggal wanita itu, tetapi keberadaan Hanna bahkan tidak diketahui. Hanya dari temannya Hanna mengetahui kalau Hanna baru saja keluar bersama seorang pria yang memiliki rambut pirang.
Hanna kembali ke hotel dan mengetahui kalau Irawan belum juga datang. Hal tersebut ia ketahui dari resepsionis hotel yang mengatakan tidak ada pesan atau pun tidak ada orang yang mencarinya.
Di dalam kamar hotelnya Hanna tidak yakin dapat melanjutkan pekerjaannya hingga ia menghubungi Pak Ilman untuk meminta saran darinya. Ia tidak mungkin membela kalau orang tersebut memang tidak mau dibela.
Ilman setelah mendengar pendapat dari Hanna hanya mengatakan kalau dia sendiri sudah menduganya. Dia hanya bermaksud mengajarkan pada Hanna bahwa ada sebagian orang yang hanya bergaya untuk mendapatkan keadilan, padahal orang itu sendiri sudah menyadari bahwa yang dia lakukan hanya sia-sia.
Selain itu Pak Ilman menyarankan bahwa Hanna menuntaskan pekerjaannya untuk mengetahui akhir dari permintaan seorang Lenna Mardiana yang manja dan tidak bertanggung jawab.
Di kamar hotelnya Hanna sudah banyak mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk mencari tahu siapa lawannya nanti.
Kerutan di dahi Hanna seperti menyatukan kedua alisnya saat ia melihat nama Keanu Whitaker adalah yang menuntut hak perwalian Isabella, putrinya Lenna.
"Aku tidak mengira kalau Keluarga Whitaker yang dimaksud adalah keluarganya Ken. Apakah dia tahu kalau aku yang menjadi pembela Lenna? Atau itu alasannya mengapa kemarin dia terlihat marah ketika menyapaku."
Hanna tenggelam dalam pikirannya hingga dia tidak menyadari ponselnya berbunyi dan yang meneleponnya adalah Irawan.
Raut wajah Hanna berubah melihat nama Irawan di layar ponselnya. Ada keinginan untuk mengabaikannya tetapi pada akhirnya ia menjawab panggilan tersebut.
"Ya."
"Aku sudah siap. Mau berangkat jam berapa?"
Sabar Hanna... orang sabar senyumnya lebar. Dalam hati Hanna bertanya-tanya apakah seperti ini sifat orang yang bernama Irawan? Sama sekali tidak menyadari bahwa yang dia lakukan sudah membuat Hanna jengkel hingga ia harus pergi sendiri menemui narasumber yang sifat dan kelakuannya sama saja.
"Mau pergi kemana? Kau tidak perlu mambantu lagi. Aku tidak terbiasa bekerja dengan orang yang tidak bertanggung jawab," sahut Hanna ketus.
"Kau serius? Aku yakin setelah bertemu dengan Mr. Whitaker kau sama sekali tidak berniat membelanya. Apa kau pengacara yang mudah dibeli?" ucap Irawan sinis.
"Aku tahu apa yang aku lakukan, tetapi sepertinya kau yang sama sekali tidak ada niat baik untuk membantu. Kau tahu Irawan berapa jam sejak kau mengatakan dalam perjalanan menuju hotel sampai kau menelepon sekarang? Hampir 3 jam. Dan kau tahu apa yang sudah aku lakukan selama 3 jam? Banyak sekali hingga aku tahu apa yang dilakukan oleh Lenna selama ini."
Penjelasan dari Hanna membuat Irawan tidak cepat menjawabnya. Hanna tidak peduli apa yang dia pikirkan karena waktunya di London adalah untuk bekerja, bukan untuk plesiran.
"Apa kau sudah mengatakan pada Pak Ilman?"
"Sudah. Aku secara jelas sudah mengatakannya. Termasuk peluang Lenna untuk mendapatkan hak asuh. Kau tahu Irawan, aku belum menemukan kelebihan Lenna mengapa keluarga Whitaker harus menyerahkan hak asuh keturunannya pada wanita yang tidak bisa diandalkan," jawab Hanna.
"Lenna adalah seorang ibu dan kewajiban keluarga Whitaker untuk memberikan hidup yang layak."
"Benar. Dan itulah tujuan mereka mengambil hak asuh."
"Kau tahu Hanna, aku kecewa pernah bertemu denganmu," cela Irawan.
"Terima kasih. Setidaknya aku tidak perlu mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki tanggung jawab adalah orang yang pernah aku kenal," balas Hanna pedas.
Hanna menutup sambungan telepon untuk mengakhiri pembicaraan. Hanna tidak tahu mengapa Irawan seperti orang yang bisa mengatur semua orang sesuai yang dia inginkan. Siapa sebenarnya Irawan dan mengapa Pak Ilman meminta dia menemaninya kalau Pak Ilman sendiri sudah mengetahui kapasitasnya. Mungkinkah Irawan memiliki hubungan khusus dengan Pak Ilman? Sementara yang Hanna ketahui adalah ketiga orang anak Pak Ilman adalah perempuan semuanya. Meragukan.