“Lo harusnya kabarin kek ke orang rumah. Ini jam 8 dan lo belum balik, gimana gue nggak khawatir?!” “Hape gue lowbat, terus gue harus apa, Bang?” “Ya lo bisa pinjem temen lo, ada 4 orang ‘kan tadi yang ada sama lo? Apa temen-temen lo juga hapenya ikut lowbat?!” “Nyebelin lo, Bang!” Setelah menuding kakaknya, Dinda berlari masuk ke kamarnya. Faris yang sedari tadi hanya memperhatikan pun kini sudah berdiri menghampiri Azha dan menepuk Pundak putranya ini. “Biar Papa yang ngomong sama adek, kamu makan gih,” kata Faris pada Azha. Azha menurut, dia menghela napas dan mengacak rambutnya karena marah, khawatir dan juga kecewa. Sebelum masuk ke kamarnya, Azha menyempatkan diri mencium pipi adik bungsunya. Kini tinggal Faris, dia menatap Dinda yang sedang menelungkupkan wajahnya pada bantal