BAB 20

1132 Words
“Hal penting apa yang ingin kamu sampaikan? Silahkan sampaikan semua yang ingin kamu sampaikan Aldo! Kami semua sudah berkumpul di sini, ”titah Rangga pada Aldo. “Baik Mas, yang pertama Aldo mau minta maaf atas tindakan Aldo Mas. Aldo sudah mengembalikan Sinta saat Aldo sedang emosi. Sekarang Aldo sadar, Sinta tidak sepenuhnya bersalah. Aldo tidak bisa merelakan Sinta Mas. Aldo merasa kehilangan. Jika Sinta berkenan dan semua mengizinkan, Aldo ingin rujuk kembali dengan Sinta.” Sinta yang sedari tadi menunduk, kini berani mendongakkan wajahnya. Ia menatap tak percaya atas ucapan Aldo. “Kalau Bapak, tergantung pada Sinta. Kalian yang menjalani, dan kalian yang memutuskan.” “Sinta sendiri, bagaimana? Apa kamu menerima rujuk dari suamimu? ”tanya sang bapak. “Sinta maafkan kami! Kami sudah bertindak gegabah,” bu Ati merengkuh dan memeluk Sinta yang duduk di sampingnya. “Sinta yang salah Bu, Sinta yang meminta maaf. Maafkan Sinta ya, Bu?” “Iya Sinta menerima. Sinta juga tidak bisa tanpa mas Aldo.” “Baiklah, di depan keluarga kita, dan dua orang saksi yang Mas bawa, Saya rujuk engkau, dan saya terima kembali engkau istriku.” Sinta langsung menitikkan air mata. Ia seperti mendapatkan banyak keberuntungan setelah menjadi Sinta versi terbaiknya. Sinta bersimpuh di kaki sang ibu mertua, dan suaminya. Namun belum sampai Sinta merengkuh kaki sang ibu mertua, Ia langsung di tarik dan dipeluk erat. Wanita itu sangat menyayangi menantunya, karena kedua anaknya laki-laki semua. Semua ikut menangis haru menyaksikan kembalinya hubungan mereka. “Terima kasih Mas,” hanya kata itu yang bisa ia ucapkan. “Alhamdulillah, semoga pernikahan kalian langgeng selamanya. Ibu doakan yang terbaik untuk anak-anak Ibu,” bu Lina berucap sembari mengusap air matanya. Kini Aldo dan Sinta beralih memeluknya, setelah memeluk bu Ati. Bu Lina dan Sinta kini menjadi versi yang berbeda. Mereka sudah memperbaiki diri menjadi lebih baik. “Kembalilah ke rumah Ibu Sin!;Rumah terasa sepi tanpa kamu. Kebetulan hari ini kakak dan papanya Aldo pulang. Mereka pasti mencarimu setelah sampai di rumah nanti. Dan mulai sekarang panggil saya mama, seperti Aldo memanggil saya.” “Baik Mah.” “O iya, mumpung Tante ada di sini saya mau memberitahu, bahwa besok acara lamaran saya Tante. Jika berkenan Tante sekeluarga bisa turut hadir di rumah calon istri saya.” “Alhamdulillah, semoga dilancarkan. Iya Insyaallah, kami akan turut hadir di hari bahagia Nak Dimas.” “Terima kasih Tante.” “Sama-sama.” ***** Hari yang ditunggu Tiba. Dua keluarga besar tetangga dekat, dan para sahabat turut hadir dalam acara lamaran Dimas Nugraha dan Anisa Priskilla. Lamaran yang berlangsung secara sakral itu, mampu menghadirkan rasa haru pada mereka yang menyaksikan. Selesainya acara, Rina langsung mendatangi Anisa yang tengah berbahagia. “Dunia sempit ya Nis. Ini mah Dimas kakaknya Sinta. Kamu bakalan jadi saudara iparnya mbak Mita dan Sinta,” ucap Rina berbisik ditelinga sahabatnya itu. “Aku juga kaget kok ada Sinta? Tahunya dia adiknya mas Dimas.” “Beruntung kamu, Nis. Sekarang Sinta sudah berubah. Sudah tidak jahat lagi.” “Bisik-bisik apa tuh?” tanya Dimas. “Bukan apa-apa kok Dim.” “O iya, calon suami kamu ada di ruang keluarga tuh Rin. Sana samperin!” “Hah, kok bisa ada dia di sini? Bukanya kamu bilang tidak kenal sama dia? Ogah ah, masa aku yang samperin. Nanti dikira perempuan murahan.” “Iya gak to Rin, semua sudah tahu kalau kamu calon istri mas Romi.” “Aku bercanda kemarin Rin. Dia sepupu aku.” “Berarti, kamu terlibat dalam perjodohan itu?” “Iya, aku terlibat. Dia baik dan bertanggung jawab Rin, pokoknya kamu tidak akan menyesal menikah sama kakak sepupuku yang ganteng itu.” “Cie, mbak Rina. Lihat tuh pipinya sudah kayak kepiting rebus,” ledek Dimas. “Apaan, sih? Iya sudahlah aku mau makan dulu, mumpung tamunya sudah pada pulang.” “Ayo makan bareng, Dek!” tiba-tiba Romi nyeletuk sembari tersenyum ramah pada Rina. “Ih dari kemarin suka banget bikin aku jantungan Mas,” gerutu Rina. “Iya maaf. Habisnya kamu lucu kalau lagi ngedumel begitu,” sahut Romi sembari tertawa. Mereka pun gegas menuju meja prasmanan yang telah tersedia beberapa lauk pilihan. “Cie, yang sebentar lagi di lamar sama mas Romi,” saat Rina dan Romi tengah makan, tiba-tiba Sinta muncul dengan Aldo. Rina dan Romi langsung fokus pada pemilik suara itu. “Alhamdulillah Sin. Berkat kesabaran dan doaku,” sahut Rina sekenanya. “Ya selamat ya Rin, semoga dilancarkan acaranya nanti.” “Terima kasih Sin.” “Ya sudah aku sama Mas Aldo mau samperin mas Dimas dan mbak Anisa, duluan ya, Rin?” “Iya Sin, silahkan!” “Permisi mbak Rina, Mas Romi,” Aldo ikut menyapa. “Iya silahkan.” “Selamat ya Masku, Mbakku. Semoga diberi kelancaran dan kemudahan hingga acara selesai.” Sinta memeluk Dimas dan bergantian memeluk Anisa. Sementara Aldo pun sama menyalami keduanya. “Terima kasih, semoga pernikahan kalian langgeng, dan lekas dikasih momongan, ya?” Anisa mendoakan. “Terima kasih Mbak sayang.” “Alhamdulillah. Ibu bahagia melihat kalian rukun seperti ini. Semoga kalian selalu bahagia dalam rumah tangga kalian.” “Mita, terima kasih sudah sabar merawat ibu sampai detik ini! Semoga lelahmu dibalas Surga oleh Allah Nak.” “Aamiin Bu, terima kasih atas doanya. Semoga Ibu panjang umur, sehingga bisa mendampingi kami Bu. Semoga dengan rutin terapi dan dilakukan pengobatan, Ibu bisa sembuh dan pulih seperti sedia kala.” “Aamiin Mbak, kami sangat berterima kasih padamu Mbak. Setelah Dimas menikah nanti, ada dek Anisa yang akan bantu mbak merawat Ibu. Kalau anak manjanya ibu tidak usah diharapkan, pasti dibawa ke rumah suaminya,” ucap Dimas. “Ih gak lagi ya Sinta jadi anak manja. Mas Dimas ini,” Sinta menggerutu kesal. “Tidak perlu Dimas. Mbak bisa menjaga Ibu sendiri. Lagian dek Anisa punya tugas sendiri,” sahut Mita sembari memeluk sang ibu mertua yang duduk di kursi roda. “Tidak mengapa Mbak. Di klinik kerjanya pakai sif, jadi Anisa bisa bantu Mbak.” “Duh serius banget kayaknya, lagi pada ngomong in apa, sisanya?” tanya Rangga yang tiba-tiba muncul sambil menggendong Rival. “Dih kepo, kayak emak-emak kompleks saja Mas Rangga sekarang, suka kepo sama urusan orang,” ledek Sinta sembari bergelendot manja di lengan kakaknya itu. “Eh ada Aldo, mama kamu di mana Do? Kok Mas tidak ada ketemu dari tadi?” “Maaf Mas, mama tidak bisa hadir, karena papa sama kakak pulang hari ini. Mereka sudah datang sejak dua hari yang laku, namun beristirahat dulu dan menginap di hotel.” “Kakak mendadak pulang karena ingin menghadiri acara pernikahan mantanya nanti, makanya dia pulang mendadak.” “Hah demi menghadiri pernikahan aku, dia pulang? Dari mana Aldi tahu aku akan menikah? Eh kepedean banget, siapa tahu mantan Aldi yang lain.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD