9. Sweet Words

392 Words
Sofia menutup matanya perlahan dan mulai mencondongkan tubuhnya ke depan. Namun, tiba - tiba saja dia merasakan seseorang memeluknya dari belakang sehingga Sofia tidak bisa menjatuhkan dirinya ke bawah sana. "Lepas!" sergah Sofia mencoba melepaskan dirinya dari James.. "Lo gila?! Lo mau mati?!" "James?" Sofia berhasil meloloskan diri dari pelukan James. Dia menatap lurus iris laki - laki itu. "Lo nggak perlu ikut campur!" "Sadar, Sofia, sadar! Kenapa lo sampe mau berbuat nekat kayak gini?" Terlihat dari raut wajah James, dia begitu kebingungan bercampur khawatir dan merasa bersalah. Ia emang belum tahu apa alasan Sofia, namun ia juga merasa bersalah atas apa yang sering dia perbuat kepada Sofia. Gadis yang selalu periang namun justru dihantam oleh bullyan. "Lo masih muda, Sofia, lo harus ngelanjutin hidup meski itu banyak pahitnya," lajut laki - laki itu. "Bagaimana … Bagaimana …. Bagaimana aku bisa hidup tenang kalau kehidupanku membuat mama mengorbankan nyawanya sendiri cuma agar aku bisa terus hidup? Aku gak bisa, James. Aku gak bisa memaafkan diriku sendiri! Dan kenapa? Kenapa? Kenapa papa tega nyembunyiin semua tentang aku dan mama! Kenapa dia gak pernah bilang ke aku, kenapa dia gak pernah cerita, kenapa aku selalu dicap sebagai anak kecil baginya? Aku … Aku berhak tahu, James. Aku berhak tau!" Air mata itu terus mengalir deras membasahi pipi Sofia. Rasa sesak nya masih ada dan begitu jelas. Raga nya sudah terbujur lemas. Ingin sekali dia membisu saja dj depan James. Ingin sekali dia menutupi hal ini dari semua orang. Menangis di depan orang yang. disukai, bagi Sofia itu adalah hal yang ingin ia sebisa mungkin hindarkan. Dia tidak ingin terlihat lemah, ia tidak ingin kemarahannya diperlihatkan. "Sofia …. dengerin gue. Semua yang telah terjadi adalah kehendak takdir. Lo sama sekali gak bersalah atas kematian tante Lily. Lo gak perlu merasa terbebani. Lo hanya perlu menjalani hidup dengan bahagia. Itu pasti yang diharapkan tante Lily. Gue yakin akan hal itu, " tandas James mencoba menenangkan Sofia. Dia lantas meraih kedua bahu gadis itu. Menatapnya dengan lekat, berharap Sofia bisa sepenuhnya fokus dengan apa yang ia akan ucapkan. "Tante Lily sayang banget sama lo. Dia pengin lihat lo bahagia, jadi cewek yang ceria dan cerdas. Bukan jadi Sofia yang menyerah, berpikiran pendek, dan mau mengakhiri hidupnya. Jangan sia-sia apa yang udah nyokap lo kasih. Dia udah kasih lo kehidupan, maka lo harus jalani itu, Sofia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD