10. Lost Trust

563 Words
"Sofia …. dengerin gue. Semua yang telah terjadi adalah kehendak takdir. Lo sama sekali gak bersalah atas kematian tante Lily. Lo gak perlu merasa terbebani. Lo hanya perlu menjalani hidup dengan bahagia. Itu pasti yang diharapkan tante Lily. Gue yakin akan hal itu, " tandas James mencoba menenangkan Sofia. Dia lantas meraih kedua bahu gadis itu. Menatapnya dengan lekat, berharap Sofia bisa sepenuhnya fokus dengan apa yang ia akan ucapkan. "Tante Lily sayang banget sama lo. Dia pengin lihat lo bahagia, jadi cewek yang ceria dan cerdas. Bukan jadi Sofia yang menyerah, berpikiran pendek, dan mau mengakhiri hidupnya. Jangan sia-sia apa yang udah nyokap lo kasih. Dia udah kasih lo kehidupan, maka lo harus jalani itu, Sofia." Diam tak bersua. Ekspresi wajah yang tiba - tiba sirna. Diiringi senyuman kecut yang sulit di mengerti maknanya. Mengapa Sofia merespon James dengan seperti itu? Jelas. James, yang biasa membuat Sofia jatuh cinta dan patah hati di waktu yang bersamaan kini mencoba untuk membujuk dan menenangkan gadis itu? Bagai petir di siang bolong. Dan sayangnya, saat sedang hancur seperti ini, Sofia membuah jauh sifat naifnya. Dia berspekulasi jika James hanya mencari muka. Mana mungkin sosok yang tadi pagi menjadi salah satu kontributor yang membuat Sofia menangis di rooftop Starry High School tiba - tiba berlagak menjadi sosok yang peduli dan baik hati. Sofia tidak percaya lagi akan James. Gadis itu menepis kasar kedua tangan James yang bertengger di bahunya. Senyum kecutnya lagi - lagi Sofia tampakkan. "Gak usah sok peduli! Lo juga pengin gue mati, kan? Lo pasti seneng kalo gue mati karena gak ada yang bakal gangguin lo lagi!" tuduh Sofia menunjuk - nunjuk James. Raut kebingungan tercetak jelas di wajah tampan James. Tentu saja, apa yang dikatakan Sofia jauh dari kebenaran yang sesungguhnya. "Gue gak pernah mikir kayak gitu, Sofia. Gue tau emang gue sering nyakitin perasaan lo, tapi please, kali ini gue cuma nyoba buat peduliin lo!" sergah James yang tidak henti menangkap pandangan Sofia agar fokus terhadapnya. "Gue .. GAK BUTUH KEPEDULIAN LO YANG PENUH DENGAN OMONG KOSONG!" Sofia bergegas melangkah pergi meninggal James secepat mungkin. Ia juga tidak berjalan ke arah rumahnya. Gadis berlalung bunga lily itu hanya berjalan sesuka hati, mengikuti langkah kakinya mengarah pergi meski tak tau arahnya dengan pasti. Rasanya, sudah muak dengan hidupnya sendiri. Keinginan untuk mengakhiri masih tertanam di hati. Namun, untung saja situasi dan kondisi saat Sofia berada di tepi jalan tidak memberikan peluang untuk berbuat nekat terhadap diri. Tiba di tepi lapangan yang luas. Rumbut hijaunya terlihat baru saja dipangkas. Banyak anak sedang bermain bola di sana. Ada juga anak - anak yang bermain layang - layang di pojok kanan lapangan. Semua itu menjadi perhatian Sofia. Membuat dia seketika memutar kembali memorinya waktu kecil. Bermain dengan mama papanya di lapangan itu. Sama seperti teman - temannya dulu, menerbangkan layang - layang. Layang - layang berwarna merah muda dengan gambar bunga lily. Sofia dan papanya yang menerbangkan itu, sementara Lily hanya melihat dari kejauhan semabari tersenyum hangat. Sofia, merindukan mamanya saat ini juga. Semakin merindu, semakin menyalahkan dirinya sendiri. Rasa bersalah itu mungkin tak akan pernah mati. Melamun, dan tersenyum sekilas. Sofia mulai kehilangan fokus dan arahnya. Sampai - sampai ia tidak menyadari jika ada bola yang mengarah pada dirinya. Dalam sekejap, bola itu membentur keras di kepala Sofia. "Sofia!" Tepat dengan bertumbumbukkan dengan bola dan mendengar ada orang yang memanggilnya, Sofia kehilangan kesadarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD