21.

271 Words
Sofia. Gadis itu tak juga membuka matanya. Masih tidur dengan lelap beralasan tangannya dan menghadap ke jendela. Bahkan sinar pusat tata surya yang mengenai kulitnya tidak mengganggu gadis itu sedikit pun. Bisa saja Sofia sedang dalam penjelajahan hebat dalam mimpinya. Berpetualang dengan orang - orang yang membuatnya bahagia. Sampai ia enggan untuk membuka matanya. “Sepertinya, pikirannya kian memberat. “ Ruby mengangguk pelan, tanda dia setuju dengan apa yang barusan Marve utarakan. Tangannya masih menggenggam satu botol kecil youghurt rasa stroberi yang ditusuk oleh sedotan. “Kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia juga tadi malam begitu sensitif saat gue bilang tentang rumah dan ayahnya, “ timpal Ruby meletakan s**u kotak rasa taro dan satu roti isi di atas meja Sofia. “Apa perlu kita bangunkan? Sofia juga butuh makan dan nanti akan ada pengumuman undangan spesial itu.” “Sofia tidak pernah tertarik dengan undangan aneh ini. Lebih baik kita biarkan saja dulu. Mungkin dia memang benar - benar butuh banyak istirahat, “ sanggah Marve. Suara bantingan pintu kelas terdengar dengan hebat. Membuat seisi siswa di kelas Sains itu mengarah ke pintu. Sosok laki - laki berperawakan kurus dengan tinggi standar dan seragam yang sudah porak - poranda itu, terlihat sedang mencoba untuk membenarkan tempo napasnya terlebih dahulu. Tello. Seorang siswa di kelas itu yang sudah biasa dijuluki sebagai ‘informan kelas’ sungguh membuat penasaran teman - temannya. “Sette Stone! Undangan Spesial!” teriaknya membuat orang yang mendengar suara Tello itu segera membelalakan mata mereka. Dalam hitungan tak sampai 5 detik, para siswa berlarian menuju jantung Starry Highschool. Siapa kah yang namanya tertulis pada tujuh batu Starry itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD