5

1345 Words
"Enam tahun berlalu dan dia tidak berubah sama sekali. Benar-benar Ellijah b******k Ingelbert." Alee mencibir Ell yang sudah meninggalkan ruangan itu. Damian terkekeh pelan mendengar nama tengah yang disematkan oleh Alee untuk putranya. "Kau mencintai pria b******k itu, Alee." "Benar, dan itu salahku." Alee menghela napas pelan ia mengakui kesalahannya. "Jadi, apa yang Ell katakan padamu? Dia mungkin akan sangat membencimu." "Tidak masalah. Dia tidak mencintaiku, dibenci olehnya akan membuat Ell selalu mengingatku dalam setiap tarikan napasnya." "Ah, kau sedang balas dendam pada Ell." Alee menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki dendam apapun pada Ell. Mencintainya adalah pilihanku sendiri. Jika aku tidak tergoda oleh Ell aku pasti tidak akan mempersulit diriku sendiri." Damian tahu Alee memang tidak akan pernah menyalahkan Ell karena Ell yang sudah mempermainkan perasaannya. "Sedikit lebih berhati-hati mulai dari sekarang. Aku rasa kau mungkin akan mengalami gangguan dari Ell." "Tidak perlu khawatir, Tuan Ingelbert. Semuanya akan baik-baik saja." "Baiklah. Kalau begitu aku akan pergi ke kamarku sekarang. Setengah jam lagi datanglah ke ruang kerjaku. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku bahas denganmu." "Ya." Setelah Damian pergi, Alee melangkah menuju ke dapur. Tadinya ia ingin membuat secangkir teh hangat untuknya, dan kebetulan ia mendapatkan Ell berada di kediaman itu. Alee duduk di kursi yang ada di mini bar kediaman itu. Ia menyesap teh hangatnya. Jari telunjuknya bermain di bibir cangkir. Pikirannya melayang terbang, melihat Ell hari ini membuat ia mengingat hari di mana hatinya hancur berantakan. Rasa sakitnya masih Alee rasakan sampai saat ini. Bertahun-tahun terlewati, tapi perasaan Alee untuk Ell tidak pernah berubah. Alee merasa ia benar-benar bodoh. Ia dikhianati, tapi ia masih mencintai. Mungkin seperti itulah yang dirasakan oleh ibunya. Terlalu sulit bagi Alee untuk menghapuskan rasa cinta yang ada di hatinya. Ell, pria itu adalah pria pertama yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Dan menjadi pria terakhir yang membuka hatinya. Alee sadar ia menyakiti dirinya sendiri dengan terus menyimpan perasaan terhadap Ell. Saat ini Ell sendiri sudah bertunangan dengan Estella, wanita yang sama dengan enam tahun lalu. Dan dari yang ia dengar, tahun depan Ell akan menikah dengan Estella. Menghela napas, Alee kembali menyesap minumannya. Ia yakin suatu hari nanti cinta itu akan mati dengan sendirinya. Sudah setengah jam Alee berada di mini bar, ia akhirnya beranjak dan pergi ke ruang kerja Damian. Alee mengetuk pintu terlebih dahulu lalu kemudian masuk ke dalam ruangan di depannya. Di belakang meja kerja sudah ada Damian dengan pakaian yang telah berganti. "Duduklah." Damian mempersilahkan Alee untuk duduk di depannya. "Jadi, bagaimana dengan perangkat lunak yang sudah kau periksa?" Seharian ini Alee disibukan dengan memeriksa perangkat lunak yang akan diluncurkan oleh Ingelbert Corporation. Damian merasa perangkat lunak itu belum sempurna, jadi pria itu meminta pendapatnya. Meskipun Alee baru terjun ke dunia binsis milik Damian dua tahun belakangan ini, tapi Alee sudah mempelajari banyak tentang komputer dan perangkat lunak selama ia kuliah di salah satu universitas terbaik di negara yang ia tinggali. "Instalasi perangkat ini cukup mudah, cara pengoperasiannya juga mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan, kaya akan fitur dan aplikasi yang akan memenuhi kebutuhan pengguna, mudah diperbaiki dan dikembangkan, mendukung banyak sistem partisi, kinerja yang ringan dan terakhir memiliki keamanan yang sangat baik. Dan kekurangan produk ini adalah ukurannya yang cukup besar sehingga mengharuskan menyediakan RAM yang cukup besar untuk menggunakannya. Aku rasa jika ukurannya lebih diperkecil maka itu tidak akan memiliki kekurangan. Perangkat lunak ini akan menjadi yang terbaik." Alee menjelaskan secara ringkas hasil pengamatannya. "Inilah yang aku inginkan. Aku membutuhkan penilaian yang rinci seperti ini." Damian puas dengan kinerja Alee. "Nah, benar, dua bulan lalu kau mengatakan padaku bahwa kau sedang memikirkan sebuah perangkat lunak yang baru. Jadi, apakah kau sudah memiliki gambarannya?" tanya Damian. "Aku sedang merancang sebuah perangkat lunak yang bisa digunakan untuk beragam peralatan mulai dari tablet hingga ke komputer," jawab Alee. "Itu ide yang sangat bagus, Alee. Secepatnya kau harus bergabung di perusahaan dan fokus mengerjakan perangkat lunak itu." Damian tampak bersemangat. Ia tidak salah memilih Alee sebagai pengganti sementaranya sampai nanti Skylarr bisa mengambil alih perusahaannya. Apa yang ada di dalam otak Alee sulit untuk Damian prediksi. Ia tidak bisa tidak memuji kecerdasan Alee. Seleranya dan Ell memang sama, wanita cantik yang berotak cerdas. "Aku tidak keberatan bergabung lebih cepat, Tuan Ingelbert." "Kalau begitu dua hari lagi kau akan ikut ke perusahaan. Aku akan membentuk sebuah tim baru untuk perangkat lunak yang kau kerjakan. Dan tentu saja kau yang bertanggung jawab untuk memimpin mereka." Alee menyetujui ucapan Damian. Sebagai seseorang yang mulai tenggelam dalam penciptaan perangkat lunak, Alee dengan senang hati memulai sebuah karya pertamanya. Selama ini Alee hanya terus belajar tentang bisnis Damian, ia belum pernah terjun untuk pembuatan perangkat lunak di perusahaan. Ell melangkah cepat memasuki kediaman sang ibu. Ia mendapat kabar dari bibinya yang merupakan dokter pribadi sang ibu bahwa ibunya jatuh tidak sadarkan diri. "Mom." Ell mendekati ibunya yang saat ini duduk dengan bersandar di sandaran tempat tidurnya. "APa yang terjadi padamu, Mom?" "Megan, bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk tidak memberitahu Ell." Zara, ibu Ell menatap adiknya sedikit kesal. "Maafkan aku, Kakak. Aku tidak bisa merahasiakannya dari Ell." Megan terlihat menyesal. "Mom, kenapa aku tidak boleh tahu tentang keadaanmu. Jangan pernah menyembunyikan kondisimu dariku." Ell menggenggam tangan ibunya. Tatapannya menjadi hangat dan lembut. "Mom hanya tidak ingin membebani pikiranmu. Lagi pula Mom hanya terlalu lelah saja." Zara tersenyum dengan bibirnya yang tampak pucat. "Mommy mu terlalu banyak pikiran, Ell. Tekanan demi tekanan di kepalanya membuat ia stress." Megan menyela, yang akhirnya dihadiahi sebuah decakan oleh kakaknya. "Mom, jangan seperti ini lagi. Jika terjadi sesuatu padamu maka aku pasti akan merasa sangat sedih," seru Ell meminta pada Zara. Zara merasa bersalah pada putranya. Ia menghela napas pelan. "Maafkan Mom. Mom berjanji untuk tidak akan seperti ini lagi." Ell memeluk Zara, wanita yang paling ia sayangi di dunia ini. "Aku sangat menyayangimu, Mom. Tetaplah sehat." Zara memegangi wajah Ell gemas. "Mom juga sangat menyayangimu, Ell. Mom akan selalu sehat. Mom masih ingin melihatmu menikah dengan Estella, Mom juga ingin menggendong cucu." "Baiklah, kalau begitu Mom istirahatlah. Aku akan tidur di sini malam ini." "Ya, Sayang." Ell lalu membaringkan tubuh Zara kembali di ranjang. Setelahnya ia keluar bersama Megan. Ell masih ingin mengetahui lebih detail tentang kondisi ibunya. "Bibi Megan, apakah kondisi Mom baik-baik saja?" tanya Ell pada bibinya yang saat ini duduk di salah satu kursi yang ada di ruang keluarga kediaman itu. "Kondisinya tidak baik-baik saja, Ell. Tekanan di dalam diri Mommymu sudah terlalu banyak. Saat ini Mommymu sedang mencoba untuk berhenti mengalihkan kesedihannya pada alkohol, tapi hal itu membuat ia makin stress. Beberapa saat lalu Mommymu mengetahui bahwa wanita simpanan Daddymu sudah tinggal di kediaman Daddymu. Bibi rasa itu yang membuat Mommymu jatuh tidak sadarkan diri," jelas Megan. Kedua tangan Ell mengepal, tatapan matanya kini menjadi tajam lagi. Jadi, ini gara-gara Alee lagi. Ell tidak bisa membiarkan hal ini terus bertahan lebih lama lagi. Ia harus segera mengusir Alee dari kehidupan kedua orangtuanya. "Ell, Bibi sangat khawatir pada kondisi Mommymu. Jika dia terus seperti ini maka jiwanya akan semakin terluka." Megan terlihat sedih. Ia benar-benar prihatin pada keadaan satu-satunya kakak yang ia miliki. Selama ini Megan selalu menjadikan kakaknya sebagai seorang panutan. Ia melihat kakaknya selalu sempurna, tapi sekarang kakaknya tampak seperti bunga yang layu. Kehilangan pria yang dicintai benar-benar menjadi pukulan terbesar untuk kakaknya. "Semuanya akan kembali ke semula. Itu pasti." Ell menjawab seruan bibinya dengan yakin. Bagaimana pun caranya ia akan membuat ayahnya menendang Alee, tidak peduli jika ia harus menggunakan cara kotor sekali pun. "Semoga saja, Ell." Megan sangat berharap semuanya akan menjadi lebih baik. Ia ingin kakaknya kembali bahagia. "Bibi, setelah ini aku mungkin akan jarang mengunjungi Mom. Tolong jaga dia untukku." Megan menatap Ell dengan tatapan aneh. "Apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya. Ia yakin Ell pasti akan melakukan sesuatu. "Seseorang yang sudah menghancurkan kebahagiaan Mom tidak boleh menikmati hidupnya dengan tenang," jawab Ell yang masih menyisakan tanda tanya di otak Megan. "Jangan melakukan sesuatu yang bisa membuat Daddymu marah, Ell." Megan memperingati Ell. Sayangnya Ell tidak peduli. Yang telah memulai semua ini adalah ayahnya, jika mereka semua harus merasakan patah hati maka tidak ada yang boleh bahagia. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD