Cinta Tak Jelas Dari Osric

2052 Words
Bermenit-menit obrolan sedih itu berakhir dengan mengharukan lalu Zaitunna pamit pulang sebab tugasnya sudah selesai dan ia perlu mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri, Raden yang merasa ia tak perlu lagi menjaga hartanya pamit pergi dan Zaitunna mengantarnya. "Semesta mengizinkanku mengetahui kisah cintamu benar-benar satu hal yang aku syukuri dan darimu aku belajar bahwa kesabaran, cinta dan penantian itu adalah hal berharga yang belum tentu dimiliki semua orang jadi semoga perjalananmu kali ini membahagiakan Raden! Terima kasih ya Allah! Aku bersyukuri untuk semua kasihmu Ya Allah," gumam Zaitunna bersyukur. Kepergian Raden menyisakan rasa haru dan bahagia karena akhirnya arwah itu tak lagi perlu memandang sungai seperti tadi sedangkan Rulhan yang tak mengerti dengan hal ini malah mempertanyakan apakah ia bisa pergi seperti itu juga. "Sepertinya dia akan pulang ke tempat yang baik ya, Zai? Apakah menurutmu aku bisa pergi seperti Raden juga nantinya? Ataukah aku tak layak pergi ke manapun? Rasanya aku ingin sekali berakhir dengan damai walaupun aku juga tidak yakin apakah hal itu mungkin terjadi pada orang yang macam aku ini ya?" tanya Rulhan sendu. Zaitunna yang tak menyangka jika Rulhan akan bertanya seperti ini membuat gadis cantik itu menatap arwah di hadapannya lekat dan ia menjelaskan hal yang ia pahami dan tak lupa juga ia menyemangati Rulhan untuk mempercayai rencana semesta yang mengejutkan, tetapi kadang bisa juga membahagiakan. "Loh kenapa tiba-tiba bertanya begitu, Rulhan? Semua yang memiliki ruh akan pulang tanpa terkecuali kok! Setiap ruh sudah memiliki waktu dan catatan yang membuatnya bertahan atau memiliki waktu memahami hidupnya! Tetaplah percaya pada rencana semesta karena kadang semesta memiliki rencana yang juga membahagiakan loh! Semangat ya," ucap Zaitunna lembut. Tadinya gadis itu berpikir jika Rulhan mungkin akan kembali bertanya padanya sayangnya apa yang ia pikirkan tidaklah benar melainkan pemuda itu malah melihat dan mendengar hal yang menghantam lukanya yang belum mengering setelah luka baru yang ia dapatkan pagi ini. "Setelah tadi Aiko dengan seorang pria lalu sekarang ia bersama teman baikku sendiri? Apakah ia lupa siapa Osric dalam hidupku? Kenapa di saat ragaku tak lagi bersamanya yang ia berikan selalu rasa sakit yang sama! Tadi pagi dan sekarang? Mau berapa kali lagi ia menyakiti hatiku? Sudah ragaku tiada sekarang hatiku dibuat mati rasa jugakah, Aiko?" gumam Rulhan sendu. Bahkan rasanya kali ini rasa sakit yang dirasakan Rulhan terasa jauh lebih menyakitkan saat mata coklatnya memandang tatapan cinta dari Aiko dan Osric yang tak lain adalah sahabat baik yang ia percayai lebih dari orang lainnya. "Lupakah mereka akan diriku? Padahal aku pikir mereka tak akan mungkin menyakiti hatiku? Nyatanya rasa sakit ini seolah-olah membuatku ingin meninggal keduanya kalinya, aku pikir Osric bisa aku percaya dia! Sayangnya orang yang aku percaya lebih dari orang lain malah memberikan aku luka sedalam ini bahkan lebih sakit dari yang tadi pagi ya," lirih Rulhan kecewa. Jika saja dirinya boleh jujur entah mengapa Rulhan merasa seperti menggali luka di tempat yang sama dan masih terasa menyakitkan setiap kali ia menghembuskan nafasnya yang kini sudah tak lagi berarti apapun di hidupnya. "Aku bertahan hanya untuk dilukai begini ya? Rasanya aku sepeeti menggali luka di tempat yang memang sudah terluka bahkan rasa sakitnya terasa menyesakkan setiap aku menghela nafas yang parahnya lagi tak ada artinya seperti hidupku yang sudah berakhir ya? Kenapa aku harus menanggung semua hal menyakitkan ini," ujar Rulhan hampa. Tanpa sadar arwah itu menangis dan merasa tak bisa berbuat banyak selain memandang orang-orang yang sudah tak bisa lagi melihat dirinya sedangkan Zaitunna berusaha memahami apa yang dibicarakan dua orang itu hingga Aiko terlihat sangat bahagia seperti ini. "Oh tenang saja sayang kamu akan mendapat tempat magang yang baik dan di dekatku jadi kamu tak perlu mengkhawatirkan Aimee di tempat kerja lagipula kamu di hatiku hanya ada dirimu seorang jadi sudah pasti dia tak akan mampu menandingi kamu sayang! Bukankah sudah aku bilang bahwa aku sangat mencintaimu kan," ucap Osric lembut. "Kamu memang pria yang hebat dan sungguh bisa di andalkan ya? Terima kasih sayang! Berkat dirimu aku jadi bisa merasa tenang mendengar ucapanmu dan tolong jangan kecewa aku ya? Hanya kamu yang aku punya dan cuma kamu yang memahami hidupku Osric," sahut Aiko manja. Sebenarnya Zaitunna ingin sekali meninggalkan obrolan yang tidak penting dan memuakkan menurutnya, tetapi ia berusaha mengumpulkan kenangan dan memori yang bisa menjelaskan hal yang menimpa Rulhan hingga ia kehilangan cinta yang ia perjuangkan dan hidupnya. "Aduh, mereka ini kenapa bikin aku gak suka mendengar obrolan aneh ini dah?! Kalau bukan ingin mengumpulkan kenangan dan memori yang mungkin bisa membantuku memahami apa yang terjadi, sudah pasti aku tidak ingin berlama-lama di sini! Sabar Zai, sabar sebentar lagi kalau nanti kamu lelah dengan obrolan ini baru boleh pergi setelahnya!!" batin Zaitunna sebal. Sayangnya gadis itu tak menemukan hal yang ingin ia kumpulkan jadi dengan perasaan kesal gadis itu menjauhi mereka karena ia tak sanggup lagi melihat dua pemuda-pemudi yang sibuk pada rasa cinta yang dimiliki oleh dua orang melelahkan itu. Kepergian Zaitunna tak diikuti Rulhan sebab pemuda itu masih tak bisa melepaskan tatapannya dari pemandangan yang menyesakkan hatinya, tetapi juga menjadi kekuatan untuk hati Rulhan saat ia melihat wajah bahagia yang tak pernah gadis itu tunjukkan padanya. "Mungkin kepergianku adalah hal yang ia harapkan selama ini karena sepertinya tatapan itu telah ia simpan cukup lama! Kenapa malah menjadi seperti ini? Semua keinginannya sudah aku coba usahakan! Lalu mengapa semua itu tidaklah cukup? Bagaimana ia bisa terlihat bahagia begini padahal selama ini wajah itu tak pernah gadis itu tunjukkan padaku," lirih Rulhan sendu. Kesedihan yang dirasakan pemuda itu sayangnya tak sampai pada Aiko yang merasa larut pada perasaan bahagia yang ia pikir nyata sedangkan tanpa gadis itu sadari Rulhan memandang orang yang ia pikir tak akan menyakiti dirinya ternyata bisa sesantai ini berbicara soal cinta padahal ia selalu bilang tidak percaya cinta yang menurutnya terdengar konyol. "Apakah karena aku tidak lebih kaya dari Osric hingga perlakukanmu padaku dan dia terlihat berbeda? Kalau memang tak menyukaiku silahkan tolak saja aku dan biarkan aku bangkit dari rasa sakit bukan malah menggunakan cintaku untuk dirimu sendiri! Tanpa kamu ketahui Osric tidaklah sepenuhnya baik dan ia tak akan mau percaya pada cinta Aiko," gumam Rulhan sedih. "Tentu saja, sayang! Bukankah kamu paling tau jika memang hanya aku yang mencintamu? Jadi sudah pasti aku akan melakukan apapun untukmu, Aiko! Lain kali kamu boleh mengatakan apapun keinginanmu padaku karena dengan begitu kamu bisa merasakan seberapa tulus dan dalamnya perasaanku sayang," ucap Osric lembut. "Kamu benar, Osric! Memang hanya kamu yang sungguh-sungguh mencintaiku bahkan kamu selalu menepati ucapanmu dan tak jarang kamu juga selalu menepati janji di banding orang yang katanya mencintaiku nyatanya hanya membual! Pokoknya sekarang aku sudah jauh lebih merasa bahagia di banding dulu Osric," sahut Aiko bahagia. "Jauh lebih bahagia dari dulu katanya? Kamu menganggapku membual di banding orang yang tak pernah mempercayai cinta itu sendiri! Aku pikir hubungan yang kita lalui membuatmu memahami jika cinta itu tentang kepercayaan bukan perihal uang yang tak akan ada habisnya Aiko! Sayangnya kamu dan Osric sama-sama keterlaluan sekali ya," gumam Rulhan datar. Ia tau jika tubuhnya tak lagi hidup, tetapi hatinya masih terasa berdenyut perih seolah-olah ia di hancurkan kedua kalinya padahal Rulhan hanya ingin melihat gadis itu bahagia bukan menyakiti dirinya seperti ini. Arwah itu tak bisa menyalahkan siapapun atau pergi dari sana untuk sekedar menghilangkan rasa sakit yang hadir di saat ia berusaha mengikhlaskan kehidupannya di renggut, kali ini entah mengapa rasanya Rulhan merasa jika cinta yang diberikan Osric tak jelas seperti ia sedang tak bersungguh-sungguh pada Aikonya. "Aku tau jika aku sangatlah konyol karena masih mengkhawatirkan orang yang tak perduli akan diriku! Hanya saja rasanya ucapan dan perasaan Osric terasa seperti ia sedang tak sungguh-sungguh dan gadis itu tidak menyadari cinta tak jelas dari Osric! Kasihan sekali cuma aku juga tak bisa berbuat banyak juga kan! Sudahlah biarkan dia mengerti sendiri," gumam Rulhan sedih. Sayangnya ia bukan siapa-siapa dan tak mungkin juga Aiko mendengar ucapannya dan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah tetap diam melihat kedekatan Osric dan Aiko hingga tak lama mereka pergi seolah-olah mereka sering pergi seperti ini sebelumnya. Butuh waktu berjam-jam untuk Rulhan melangkahkan kakinya pergi dari sana sedangkan di lain tempat Zaitunna sudah selesai bersih-bersih dan membantu para staff panti asuhan untuk menyiapkan makanan dan merapihkan mainan yang berantakan di lantai. Sebenarnya Zaitunna tidak ingin memperdulikan beberapa staff yang membicarakan Zaitunna secara bisik-bisik, tetapi rasanya ia tidak bisa mengabaikan penilaian orang lain pada dirinya karena bagaimanapun juga Zaitunna hidup di tempat ini. "Harusnya nona membantu kita ya? Toh ia sudah dewasa dan tidak ada salahnya juga turun tangan! Lagian kerjaannya dia di kamar apa sih?! Cuma tidur dan beralasan mencari kerja saja bukan? Nyatanya ia selalu pulang dengan muka kusut seperti tak ada orang yang mau nerima dia! Kalau sudah begitu ya tau diri seharusnya tuh," bisik salah satu pengurus panti kesal. "Benar juga ya! Kalau di pikir-pikir lagi dia bersikap seperti seenaknya saja ya datang makan lalu pergi meninggalkan panti ini yang kerepotan di sana-sini! Padahal setidaknya Zaitunna itu sedikit saja membalas kebaikan panti yang sudah menyelamatkan hidupnya bukan malah pergi dan datang seperti tempat ini adalah halte saja ya?!" sahut pengurus panti lainnya sebal. "Ada ya orang membicarakan orang lain terang-terangan seperti ini? Ini mah tidak seperti bisik-bisik, tapi ya sudahlah penilaian orang akan tetap selalu ada terlepas dari baik buruknya kita jadi aku hanya perlu mengabaikan hal yang sekiranya memang di luar kendali diriku toh mau sebaik atau tak baik sekalipun aku tetap akan dibicarakan," batin Zaitunna santai. Bohong jika Zaitunna tidak ikut merasa kesal dengan penilaian yang ia dengar karena dalam diam gadis itu berusaha menahan diri agar semakin tak membuat dirinya di nilai seenaknya seperti ini lalu tanpa sadar pengurus panti yang lain menyindir Zaitunna yang membebani panti asuhan yang sedang kesulitan ini. "Iyalah dia cuma bisa mementingkan dirinya sendiri seolah-olah hidupnya sibuk akan dunianya sendiri! Remaja yang seperti ini yang tidak bisa di pahamin dan entah apa yang ada di otaknya sampai hatinya tidak lagi ia gunakan! Bisa-bisanya bu Lily tetap merawat gadis yang hanya menjadi beban seperti anak ini! Sangat tak berguna ya," ujar salah satu pengurus panti datar. "Terkadang manusia jika diberikan banyak hal maka akan melupakan hal yang lainnya! Jadi ya harusnya Zaitunna tuh mikirin lah orang lain sedikit lagian ibu Lily saja selalu baik sama kita kok dia yang cuma anak angkat malah nyusahin! Otaknya di mana sih dia tuh? Entah otak atau hatinya yang gak digunakan cuma ngeselin aja lihatnya," sindir pengurus panti lainnya kesal. "Seingatku mereka staff yang memahami ilmu pengetahuan ya? Kenapa bisa mereka malah menilai orang lain seenaknya padahal memahami aku saja tidak! Menyinggung mereka juga tak pernah terus kenapa mereka bersikap seolah paling mengerti aku ya? Aku gak bisa terima nih mereka membual banyak hal padahal aku tak mengusik mereka kok! Sudahlah jangan cari-cari masalah toh keributan itu tidak dibutuhkan di sini jadi aku harus sabar," batin Zaitunna tegar. Tanpa sadar Lily mendengar semua ucapan staffnya perihal putri kesayangannya bahkan staff-staffnya ini membicarakan Zaitunna di depan gadis itu sendiri jadi Lily berusaha sebisa mungkin memperingatkan staffnya dengan tegas karena hati Lily tidak terima dengan ucapan ini. "Bukankah ada banyak hal yang perlu kalian lakukan selain membicarakan putriku! Apakah kalian lupa bahwa membicarakan orang lain tak seharusnya di depan umum! Kalau ada masalah dengan putriku bilang saja padaku! Jangan kalian malah mempermalukan dia seperti ini karena bagaimanapun juga dia adalah tanggung jawabku bukan kalian?!" tutur Lily tegas. Mendengar kemarahan yang tak biasa dari Lily membuat beberapa staff terkejut sebab tak biasanya Lily terlihat marah seperti ini sedangkan Zaitunna yang tidak nyaman menjadi pusat perhatian membuat gadis itu memeluk lengan ibunya erat dan mengajak ibunya pergi dari sana. "Ibu, sudahlah jangan membuang-buang energi ibu untuk hal seperti ini karena Zai tak masalah kok dengan penilaian orang lain! Lagipula masalah ini tidak perlu dibicarakan di tempat umum jadi mari kita pergi dari sini bu? Ibu juga pasti sudah sangat lelahkan seharian ini ya bu, kalau begitu kita istirahat saja ya," ucap Zaitunna lembut. Ucapan Zaitunna yang terdengar begitu lembut membuat suasana panti asuhan itu seketika terasa begitu sendu karena dalam diam beberapa staff merasa bersalah karena mereka tidak menyangka bahwa Lily dan Zaitunna bersikap seperti ini. Mereka pikir Lily tak akan mengurusi hal ini dan Zaitunna mungkin akan mengomeli beberapa staff, ternyata keduanya tak demikian dan Zaitunna benar-benar mirip dengan Lily yang terlihat tegas dan tenang dalam menghadapi banyak hal padahal Zaitunna bisa memarahi mereka dan gadis itu tak melakukan hal demikian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD