5. Hari Pertama Kerja

1056 Words
Dua buah mobil mewah baru saja memasuki area perkantoran, semua pasang mata langsung menoleh ke arah tersebut untuk melihat siapa pengendara di balik kendaraan mahal tersebut. Bagi mereka, dua kendaraan tersebut cukup asing, sepertinya ada yang memiliki mobil baru, atau karyawan baru yang menggunakannya. "Mereka siapa?" "Mungkin karyawan baru, " "Pasti jabatannya tinggi, mobilnya aja semewah itu. " Beberapa bisikan dari karyawan lain tak di dengar oleh dua pengendara yang baru saja keluar dari kendaraan masing-masing tersebut, mereka siapa lagi kalau bukan dua sahabat sejati yaitu Luna dan Angela. Ke duanya sama-sama berasal dari keluarga kaya raya, hanya saja tidak beruntung dalam mendapatkan pekerjaan. Jika keluarga Luna memiliki sebuah perusahaan, berbeda dengan Angela yang memiliki sisilah lainnya. Ayahnya adalah seorang hakim, sang kakak adalah seorang dokter, sedangkan Mamanya memiliki butik dan juga salon kecantikan. Jadi tidak heran, jika dirinya bisa mendapatkan fasilitas yang cukup mewah sama seperti yang di dapatkan oleh Luna. Mereka masuk ke perusahaan dengan pakaian rapi, serta tas branded yang berbeda dari kemarin. Tapi sayang, saat mereka masuk ke dalam perusahaan, keduanya harus berganti seragam menjadi seorang petugas kebersihan. "Kalian berdua, bagi tugas. Kamu Angela, bersihkan toilet wanita dari lantai 1 sampai lantai 5, sedangkan Luna membersihkan toilet dari lantai 5 hingga sampai ke lantai 10. Usahakan sangat bersih, setelah itu nanti kalian bisa tawarkan bantuan pada karyawan apa yang mereka butuhkan. Biasanya mereka meminta untuk di buatkan kopi atau teh. Mengerti? " Titah Bu Bertha, seorang wanita paruh baya yang sudah menjadi senior di sini sekaligus menjadi pembimbing training untuk karyawan baru. "Iya, Bu. " Balas Luna dengan lesu, sedangkan Angela hanya diam saja. Ke duanya berjalan keluar ruangan petugas kebersihan untuk siap bekerja sesuai dengan wilayah masing-masing. "Gue kuliah hampir empat tahun, sampai hampir gak lulus, dan setelah itu gue kerja jadi tukang pembersih toilet? Belum lagi nanti kalau di suruh-suruh, buat kopi lah, buat ini lah. Ya ampun, hidup gue berantakan, tahu gini kemarin gue di rumah aja. Nganggur lebih enak. " Keluh Angela padahal ia belum melakukan tugasnya sama sekali. "Salah lo juga sih, baca brosur di internet yang bener, eh malah salah. Kan gue juga ikutan." Sahut Luna sedikit sebal. "Jangan nyalahin gue terus, lo juga kenapa asal percaya aja. Seharusnya lo teliti lebih detail lagi. " "Udah lah, gak usah di bahas. Gak bakal kelar kalau ngomongin itu, toh juga udah terlanjur juga kan. Gak ada yang perlu di debatin lagi. Sampai ketemu di ruangan nanti setelah bersih-bersih toilet." Putus Luna mengakhiri pembicaraan mereka, setelah itu mereka harus berpisah, Angela masuk ke dalam lift turun, sedangkan dirinya menaiki lift yang naik ke atas. Pagi itu mereka harus bergelut dengan sabun hingga bau yang tidak sedap, menggosok lantai toilet hingga mengkilat dan tidak lupa membuang sampah yang penuh dengan tisu toilet dan juga, pembalut? "Iuh, mereka jorok banget sih? " Kesal Luna sembari tangan kirinya menenteng tong sampah, sedangkan tangan kanannya sibuk menutup hidung saat mencium aroma yang kurang sedap. "Kamu ngapain di sini? " "Akh! " Teriak Luna terkejut saat tiba-tiba ia mendengar suara, tadinya ia pikir sendirian di lorong dekat dengan toilet, ternyata ada orang lain. Dengan cepat ia berbalik, menatap ke arah Davin dengan lega. "Jangan ngagetin kenapa? " Jawabnya sembari mengelus dadanya naik turun untuk mengatur nafas. Davin mengambil alih tong sampah yang berada di genggaman Luna lantas membawanya masuk ke dalam toilet pria yang syukurnya tidak ada orang di dalam. "Sekarang jelasin, kenapa kerja? Katanya gak mau. " Tuntut Davin dengan sedikit cemas, Luna tidak pernah lelah sebelumnya, ia takut jika terjadi sesuatu, hal itu bisa menyulitkan dirinya nanti. "Angela harus tetap kerja di sini demi orang tuanya, dia pengen gue temenin. Ya udah, gue kerja aja. " Adu Luna pada sang suami. "Temenmu itu, miskin banget? " "Eh jangan ngawur. Bapaknya itu Hakim, kakaknya dokter sama nyokapnya punya salon. Dia cuma gak mau aja bikin malu keluarganya karena di anggap beban, jadi dia kerja. Walaupun jadi petugas kebersihan. " "Pasti dia gak cerdas kayak kamu? Iya kan? " "Heh, jangan mentang-mentang bos di sini bisa ngomong seenaknya. Walaupun kita gak cukup pinter, setidaknya kita punya hati, gak kayak lo. Dingin tak berperasaan. " Balas Luna dengan emosi yang cukup menggebu. "Aku dingin gak punya perasaan? Terus? Kamu maunya aku punya perasaan gitu sama kamu? " " Enggak perlu! Gue gak butuh lo. " "Terus, yang kamu butuhin apa? " "Uang, kamu. " Jawab Luna kelewat jujur. "Cewek matrealistis." Sarkas Davin yang makin membuat Luna membara. "Realistis aja sih, gak ada duit gak bisa nikmatin hidup. Jadi sekarang, di kantor ini, lo gak usah perhatiin gue. Acuhkan aja gue mau ngelakuin apa aja. Dan jangan sampai ada yang tahu, kalau gue adalah istri lo. Termasuk Angela. " "Aku juga bakalan malu kali, punya istri office girl. " "Mulutnya tolong di jaga! " Bentak Luna lagi untuk yang kesekian kalinya. Davin tidak peduli, ia lalu merapikan kembali jasnya lalu keluar dari dalam toilet sebelum ada yang mempergoki mereka. Sedangkan Luna, sebelum keluar mengatur nafas terlebih dahulu, ia tidak boleh bad mood, dirinya harus ceria supaya waktu berjalan dengan cepat dan ia segera pulang. "Lihat aja nanti di rumah, enggak gue masakin." Ancamnya selanjutnya dengan kesal sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya membersihkan toilet sebelun kembali mengerjakan pekerjaan lainnya. Sedangkan Davin seharian di buat gelisah, memikirkan bagaimana Luna bekerja, bagaimana jika dia ceroboh dan terluka? Seluruh keluarganya pasti akan mengamuk padanya nanti, lalu bagaimana jika kerja sama bisnis mereka mendadak di batalkan oleh ayah mertuanya usai melihat Luna seperti ini? Ini akan membuat runyam segalanya. "Mau saya buatkan kopi atau teh hangat pak? " Tawar Antika dengan perhatian pada Davin yang sejak tadi ia perhatikan tengah pusing, mungkin terlalu lelah dalam bekerja. "Saya mau office girl baru yang namanya Luna jadi pelayan pribadi saya di sini. Saya mau dia yang membersihkan ruangan saya setiap hari, dan juga membuatkan saya kopi atau teh yang saya mau. Saya tidak ingin di buatkan minuman oleh orang lain. " Pinta Davin akhirnya mendapatkan sebuah ide yang cukup berlian. Ia harus bisa melihat Luna setiap saat untuk memastikan dia baik-baik saja, dan inilah caranya. "Kenapa harus Luna pak? " "Saya mau dia. " "Apa karena dia cantik? " Tanya Antika dengan kepo, ia masih ingat betul yang mana rupanya gadis bernama Luna tersebut. Pemilik tas merk LV dengan tampang yang cukup cantik dan juga manis. "Jangan banyak tanya. " "Maaf Pak. "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD