Di ruangan keluarga rumah Dewangga yang sudah gelap itu Nadi masih memeluk Artha membiarkan laki-laki itu mendekap tubuhnya seperti pertama kali pelukan mereka terjadi di club malam hari itu. Nadi menduduki paha Artha, membuat laki-laki itu m menempelkan wajahnya pada pundak pundak itu. Artha begitu menikmati pelukan ini, rasanya dia tenang dan nyaman sekali namun berbeda dengan Nadi yang begitu was-was jika tiba-tiba ada yang naik ke lantai dua dan melihat mereka. Pelukan itu berlangsung cukup lama bahkan hampir sepuluh menit, sampai akhirnya Nadi mengangkat wajahnya. “Aku harus pergi.” “Aku yang mengantarkanmu.” “Aku bawa mobil.” Nadi lalu bangkit dari paha laki-laki itu namun Artha tidak mau melepaskan tangannya. “Aku masih mau kau disini.” “Artha ayolah! Aku harus kerja