Beberapa jam berlalu infromasi yang didapatkan dari orang-orang suruhan Artha mengenai Nadi semakin lengkap Nadi hampir dua bulan belakangan ini bekerja sebagai seorang disc jockey di dua tempat hiburan malam kalangan atas ternama.
Nama yang digunakan saat dia bekerja dan di kenal di lingkungannya ada Clara bukan Nadi beruntung potongan video itu Artha berikan jadi sangat mempermudah pencarian lebih lengkapnya. Nadi di kabarkan tinggal di sebuah komplek perumahan mewah bersama seorang teman perempuannya bernama Lusi yang juga merupakan manager sekaligus assistennya yang menangani setiap pekerjaannya hingga jadwal hariannya.
Dari infomasi yang orang suruhan Nadi dapatkan, Clara dan Lusi sudah lama berteman bahkan lebih dari lima tahun ini. Selain menjadi seorang DJ Clara juga sering mendapatkan pekerjaan di luar club malam malam itu Clara menerima pekerjaan menjadi pengisi di acara-acara khusus yang mengundangnya secara pribadi.
Tidak hanya itu informasi yang di dapatkan juga adalah Clara pernah menjadi DJ sebelum dia menikah saat tinggal di Pulau Bali lalu kemudian di bawa suaminya pergi ke negara Philipina untuk bisnis perjudian mereka dan berhenti menjadi seorang DJ.
"Sial!"
Artha menginjak puntung rokoknya menghembuskan nafasnya kesal bagaimana bisa Nadi berkecimpung di dunia seperti itu, pantas saja saat Artha mencari Nadi di pulau Bali dan menelusuri semua Kantor perbankan disana tiga tahun silam dia tidak pernah mendapatkan apapun informasi Nadi disana, ternyata dia memang tidak pernah menjadi sebuah karyawan bank melainkan tempat hiburan malam.
Artha menyesalkan dia cepat sekali menyerah mencari Nadi andai dia lebih cepat menemukan Nadi gadis itu tidak akan terperosok semakin jauh dan hancur seperti kemarin dia lihat bersama suaminya itu.
Tidak, jika Artha ingat dulu dia juga sibuk dengan Ristra dan rumah tangga mereka dimana Ristra mulai sibuk dengan rencana kehamilannya lalu mereka berkali-kali pindah ke kota lain sebab pekerjaan Ristra. Mereka sering bertengkar di awal pernikahan sebab sulit menyatukan dua kepala yang saling bertolak belakang dimana Ristra yang super perfeksionis dan Artha yang terasa sulit menerima situasi Rista yang terkesan mengekang kebebasannya sebab sebelum mereka menikah Rista dan Artha memang menjalani hubungan jarak jauh, Artha tidak terlalu dalam mengenal Rista.
Percekcokan rumah tangga mereka berhenti saat Ristra hamil sampai lalu keguguran Artha perlahan mulai bisa banyak mengalah dan mulai memahami semuanya.
"Hallo?"
“Malam ini jadwal Nona Clara ada di Golden Horse, Pak Artha.”
“Urus semua buat malam ini golden Horse kosong hanya ada saya dan wanita itu.” Perintah Artha.
“Maaf Pak tapi tidak bisa di sana sudah ada acara yang direncanakan jauh-jauh hari, saat ini sudah ramai pengunjung disana karena ada bintang tamu lain yang mengisi selain Nona Clara sebagai DJ pihak management tidak bisa membatalkan begitu saja karena akan banyak pihak yang di rugikan lalu menimbulkan kekacauan. Bagaimana jika besok malam jadwal nona Clara di Sky Nights.”
Artha merasa tidak puas namun jika di paksa takutnya keadaan di sana kacau lalu dia malah tidak akan bertemu Nadi, baiklah dia akan menunggu sampai besok malam.
“Baiklah urus semua pastikan semuanya aman, apapun informasinya sampaikan pada Galih asistenku.”
“Baik Pak.”
Artha lalu memutuskan kembali ke apartemennya, sepanjang perjalanan dia masih saja memikirkan Nadi dan masih tidak percaya dengan semua informasi yang dia dapatkan tentang Nadi.
Gadis itu memanfaatkan kecantikannya untuk hidup enak dan lebih baik. Betapa semua ini sangat berbanding terbalik dengan Nadi yang Artha kenal, Nadi takut menjalin hubungan dengan pria, dia tidak pernah berkencan dengan siapun apa lagi untuk memanfaat dan menjadi seorang wanita seperti ini, dia tidak pernah membahas tentang lawan jenis kecuali teman-teman basket dan main volinya yang sering dia ajak berkelahi.
Hidup Nadi terbilang flat dan lurus-lurus saja, dia suka olah raga, bermain games, dia sekolah lalu kuliah seperti biasa tidak pernah ada yang menonjol dan jauh dari masalah. Beda dengan Artha yang pernah yang lumayan nakal saat remaja, meski pintar dia sering ikut tawuran, berkelahi dan beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita saat SMA dan terakhir berpacaran jarak jauh dengan Ristra hingga mereka menikah.
***
Suasana unit yang Artha tempati bersama Ristra sudah gelap seperti biasa, Ristra sudah tidur dan masih memakai masker wajahnya di atas ranjang sana menghadap ke sisi kiri yang dia suka.
Tidak pernah berubah Ristra tidak suka tidur larut malam katanya akan merusak kesehatannya, padahal Artha ingin sekali di sambut di perlakuan layaknya pasangan, di dengarkan keluhan kesahnya, makan bersama lalu mereka memutuskan tidur bersama melakukan pillowtalk hingga bercinta. Padahal ini hari libur namun itu tidak ada bedanya dengan Ristra, jika Artha pulang telat dia tidak akan menunggu akan tetap lebih dulu tidur.
Artha mendorong pintu lalu melangkah mendekati istrinya itu biarpun Ristra akan marah saat di ganggu Artha akan tetap menggagunya. Artha mendekati Ristra lalu menunduk dan mengecupi wajah Ristra satu tangannya meraba tubuh Ristra. “Cepat sekali tidurnya, aku kangen.”
“Massss! Dari mana aja kamu!” Sentak Ristra dengan nada marah.
Artha lalu mengulurkan sebuah paper bag besar yang di berikan Nadi tadi siang padanya itu dan baru sempat dia bawa dari mobilnya. “Mengambil barang, anak kantor baru pulang dari Perancis, aku nitip sesuatu untuk kamu.”
Seketika emosi Ristra yang sudah siap meledak mendadak redam karena hadiah itu. “Mas kamu beliin aku apa?” Matanya berbinar dia langsung mengganti posisi tidurnya menjadi duduk segera membuka paperbag itu. Di dalamnya ada kotak dengan pita bunga berwarna putih. “New wallet chanel, mas ini yang edisi terbaru aaa... Warna pink aku belum punya ini kamu kok tahu sih aku lagi cari ini.” Ristra girang sekali mengangkat kedua tangannya berseru senang.
Artha tidak tahu harus berkomentar apa, ada rasa bersalah muncul di permukaan hatinya karena sudah berbohong. “Baiklah aku mandi dulu.”
Artha meregangkan kancing kemejanya lalu berjalan ke kamar mandi lalu tiba-tiba dari belakang Ristra turun dari ranjang dan mengejar suaminya itu memeluknya dari belakang.
Ristra merasa suaminya ini begitu perhatian dan peka kepadanya, Ristra selalu merasa besyukur memiliki suami seperti Artha yang selalu banyak mengalah dengan sikapnya yang terkadang dia sadar sangat menyebalkan.
“Thanks mas. Makasih selalu menjadi suami yang peka.” Artha mengusap tangan istrinya itu lalu tersenyum.
“Terimakasih kembali istri cantikku.”
"Maaf soal tadi siang, aku nggak buang makanan mama kamu, aku masih taruh di kulkas kamu bisa makan lagi kalo mau tinggal di panasin. Maaf mas aku nggak maksud buat nggak menghargai mama kamu."
"Hemm...aku kenal kamu sayang its okay."
"Thanks." Ristra mendekap suaminya itu semakin kuat.
Saat di peluk oleh Ristra, Artha malah kembali mengingat Nadi kali ini muncul wajahnya keduanya di benak Artha mendadak seperti sedang ingin saling di bandingkan. Tentunya keduanya sama-sama cantik tapi soal pengertian dan paling peka juga peduli padanya Nadi tidak ada tandingannya. Bisa-bisanya dalam pelukan hangat tubuh Ristra, Artha mengingat pelukan Nadi yang memeluknya sambil menangis ketakutan karena Artha sedang sakit, Artha terluka dan banyak hal yang berputar di kepala Artha tentang betapa Nadi-nya yang dulu begitu peduli dan sangat menyayanginya sebagai seorang yang paling dekat
.
“Malam ini kau boleh mendapatkan jatahmu ini sudah memasuki tanggal tidak suburku.” Kata Ristra melepaskan tali piyama tidurnya tanpa melepaskan pelukanya dan mulai menciumi leher Artha.
“Aku mandi dulu.” Artha menepis ciuman Ristra. “Aku kotor bisa merusak skincare-mu.” Artha memberikan kecupan singkat di puncak kepala Ristra lalu meninggalkan istrinya itu.
“I love you. Mas.”
“Love you more.” Tutup Artha pintu kamar mandi menghembuskan nafasnya lelah seakan baru saja melakukan sebuah hal yang sangat melelahkan.