9. What For?

1306 Words
Kring... Kring.... Kring... Kring... Di sebuah ranjang besar berselimut abu muda Nadi meraba-raba benda pipih miliknya yang mengudarakan deringan panggilan telepon yang cukup kuat itu. Dalam suasana kamar yang tamaram nyala ponselnya jelas sekali memperlihatkan nama Lusi di layarnya. Itu adalah Lusi dia ada di lantai bawah rumah lantai dua yang Nadi tempati sedangkan Nadi barada di atas sana di kamar pribadinya, padahal dia baru saja tidur pukul empat pagi tadi sepulang dari kerja sekarang tiba-tiba saja sudah waktunya bangun dan hari beranjak siang. “Nadi bangun! Nadi alias nona Clara Rachelle bangun!” “Astaga Lusi ini masih pagi kenapa sih harus teriak-teriak!” Kesal Nadi menjauhkan ponselnya dari telinga, Lusi adalah Lusi asisten sekaligus manager yang mengurusi semua pekerjaan Nadi. Walaupun kesal Nadi tetap saja mengangkat panggilan Lusi itu. “Mau apa?” “Mau apa? Tolong ya ini bukan hari libur sayang tau nggak malam ini kamu exclusive loh di Sky Night nggak ada DJ lain atau pengisi acara lain only kamu. Katanya malam ini juga tempat itu private nggak di buka untuk umum.” “Terus? Aaaa aku masih ngantuk tau.” “Masih pake tanya terus kenapa? Hey baju kamu manggung udah nggak ada Nad, ayo kita harus fitting baju beberapa buah buat kamu tampil Nad please nama kamu lagi bagus-bagusnya kamu lagi di percaya banget. Oh ya jangan lupa siang ini kamu janjian brunch sama Mr. Immanuel sorenya kita langsung ke Sky night buat persiapan chek segala macam.” “I know Lusi, please biarin aku tidur satu jam lagi.” Suara Nadi terdengar lemas dan terdengar masih sangat mengantuk sekali. “Aku tunggu 30 menit kalo kamu nggak turun juga aku yang datang ke atas buat seret ke kamar mandi.” “Lusi asal kamu tahu aku beneran kerja tadi malam, bayangin capeknya gimana sampai harus nambah dua jam kamu kira itu gampang apa?” “Siapa yang menyetujuinya ha? Si pemilik badan kan? Aku udah ingatin nggak usah di ambil, mereka yang party kamu yang mau mati.” “Tapi bayarannya gede Lus aaaaazzzzz...” suara Nadi perlahan hilang hingga tiba-tiba mengeluarkan suara dengkuran tanda sudah tidur kembali. “Nadiiii...astaga beneran nyebelin!” Clara Rachelle itu nama yang Nadi gunakan dari pertama kali dia masuk ke dunia DJ lalu menikah dengan Erik laki-laki yang menjanjikan banyak kebahagiaan untuknya sialnya kebahagiaan itu tidak ada, dia hanya ingin di miliki lalu di buat seperti peliharaan untuk laki-laki itu. Tidak di perlakuan dengan layak, di kurung tanpa ada kebebasan dan di batasi dari dunia luar. Satu jam kemudian. Nadi keluar dari bathtubnya setelah sejenak berendam merilekskan tubuhnya, rasanya sekarang hidupnya bebas sekali terlepas dari kandang Erik. Nadi kembali bisa melihat dunia yang indah ini tanpa batasan apapun, rasanya muak sekali membayangkan tiga tahu ini. “Psycho!” Nadi mengingat wajah Erik mengenang dimana dulu pertama kali mereka berkenalan hingga menjalin hubungan Erik memperlakukan dia sangat baik, Erik adalah seorang anak dari bos tempat Nadi bekerja, awalnya dia baik sekali menjajikan kebahagiaan. Tentu saja Nadi fikir itu benar dia mungkin bisa bahagia, seperti Artha orang yang mematahkan hatinya atau orang-orang lain tapi....nyatanya satu bulan pernikahan bisnis Erik berantakan lalu dia pun berubah menjadi sosok mengerikan. Tidak hari tanpa perkelahian, caci maki dan pukulan, Nadi di anggap pembawa sial, Nadi di benci seluruh anggota keluarga Erik mendapatkan perlakuan buruk, kekerasan, ketidakadilan, sesekali Erik membaik jika suasana hatinya sedang baik tapi itu tidak berlangsung lama. Erik juga kembali bermain perempuan tapi sengaja tidak mau melepaskan Nadi sebab merasa Nadi adalah bonekanya, lagi pula dia mendapatkan Nadi susah payah dan mengeluarkan uang yang cukup banyak lalu harus membayar kontrak Nadi yang terikat dengan sebuah management kala itu “TOLOOL!” Nadi memaki bayangan dirinya sendiri di kaca. “Kenapa kau dulu terlalu t***l dan lemah Nadi ahh...baiklah dia sudah mati si t***l itu! Memang kau pantas mati wanita lemah. im Clara Rachelle, not Nadi.” Nadi kembali memoles make up tipis di wajahnya buru-buru jadwalnya hari ini sangat padat seperti biasa. ARTHA... Saat sebuah brush blush on memoles pipinya Nadi tiba-tiba mengingat wajah laki-laki bernama itu, laki-laki yang entah bagaimana muncul kembali, tidak di sangka dia ternyata menunggu di hubungi dua bulan ini. “Kau mau apa lagi? Nadi yang kau kenal sudah mati tidak ada lagi si tolool itu di dunia ini. Dan asal kau tahu semuanya berawal dari kebencian si lemah itu kepadamu lalu hidupnya pun berantakan!" Wajah yang sudah di poles cantik itu seketika meloloskan bulir beninnya, kenapa rasa sakit hatinya muncul kembali padahal semuanya sudah berlalu lama sekali dan ada sakit lain yang lebih perih dia dapatkan dari laki-laki bernama Erik. Mungkin beda saat dengan Artha dia benar-benar menggunakan hati, ketulusan mencintai pria itu, Nadi banyak mengorbankan hal-hal yang dia suka demi menyukai apa yang Artha suka. Nadi rela sakit, terluka hingga nyaris sampai hampir kehilangan nyawa demi Artha. Berbeda dengan Erik, dia murni menikah dengan Erik karena kekayaannya, agar mendapatkan setatus sosial yang layak, sebuah kedudukan tinggi lalu bisa membuktikan pada dunia dia sukses di pernikahannya lalu merasa bisa menyaingi Artha. Hiksss... “Aku pastikan aku tidak akan pernah melihatmu lagi Artha berengsekk! Jangan campuri hidupku aku tahu harus melakukan apa untuk ibu dan kehidupanku. Atau kau ingin memamerkan kehidupanmu yang bahagia dengan keluargamu SAMPAH!” Nadi meremas gagang catokan panas yang baru dia pegang perlahan pegangan itu melemah dan dia menjatuhkan catokan rambut itu. Air mata Nadi kembali lolos rasanya sakit sekali mencintai seseorang sedalam dimana dia pernah mencintai Artha, mencintainya dalam diam, mengorbankan banyak hal tanpa di hargai dan terlihat. Kau rela memberikan tanganmu dan terbakar demi menyelamatkannya dari api tapi dia tidak melihatmu si penyelamatnya terjatuh dan hangus terbakar, dia malah berlari kencang agar tidak terbakar sebab mengejar tangan lain. Bugh. Bunyi catokan itu jatuh ke lantai begitu nyaring Nadi meraba dadanya yang masih membekas bekas luka tusukan seseorang karena dia menyelamatkan orang lain dari penculikan. Luka itu sudah dia buat samar dengan menambahkan tatoo berbentuk kupu-kupu hitam namun saat di raba masih bisa dirasakan. Perlahan kaki Nadi melemah dia berbalik badan lalu terduduk di lantai. Nadi merasakan lagi sakit dahulu itu, sebuah sakit yang membuat dia rela pergi meninggalkan semuanya demi bisa melupakan laki-laki itu. "Aku benci kau sialan!" Bruakk! Nadi memukul cabinet meja rias kayu itu kuat sambil berteriak dan menangis kencang semua make up dan perlengkapan riasnya berantakan sana. Nadi meremas dadanya merasakan sesak mengingat banyak sekalian masa-masa bahagia hingga menyakitkan yang dia lewati bersama Artha. Beberapa hal Nadi sesalkan tentang takdir kenapa jika Artha bukan jodohnya kenapa harus ada perasaan cinta melebihi persahabatan di hatinya. Lalu kenapa dia tidak di izinkan berbahagia dengan orang lain malah lebih menderita. Hikss hiksss Nadi memeluk lututnya terus menangis sejadi-jadinya dia menyesal harus ada pertemuan dengan Artha lagi sekarang, dia benci membuat hatinya yang lemah kembali terserang rasa sakit itu lagi. Nadi. “Nad? Nadiiii heyy ada apa ini apa yang terjadi?” Lusi terkejut melihat Nadi yang menangis di bawah cabinet kamar mandi lalu semua peralatan make up disana berantakan. “Nadi kamu sakit? Nadi?” Tangisan Nadi pun semakin kuat dan terisak-isak disana, fikirannya kembali kacau sejak memutuskan menemui Artha kemarin, dia bahkan sengaja mengambil pekerjaan tambahan sampai pagi sebab agar tidak terbawa suasana dan kekacauan fikirannya. “Lusi, aku bertemu dia, aku bertemu dia lagi." Hiksss. “Dia siapa? Bukankan Erik sudah berjanjilah tidak akan menggangumu dengan kamu menarik laporan kepolisian? Apa dia lakuin Nadi? Dia nyentuh kamu lagi? Dia maksa berhubungan badan lagi.” Seketika Nadi berhambur memeluk tubuh Lusi yang sudah merendahkan tubuhnya itu, Nadi kembali menangis di pundak Lusi. Suara-suara Artha terdengar membisik di telinganya dia benci laki-laki itu, benci semua kenangan bersamanya. Nadi... Nadi jangan sakit... Nad aku punya hadiah. Ini untuk kamu... Jangan sama Rifki dia bukan cowok baik. Nadi aku diluar.... Nadi aku putus. Nadi... Nadi.. Nadi Nadi kau berdarah! Nadi bangun Nadiii! Nadi, aku akan melamar Rista.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD