When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Terakhir kali mereka mendatangi warung sate yang tidak jauh tempat tinggal orang tua mereka itu adalah saat Nadi masih kuliah dan Artha baru saja selesai study-nya di London dan baru bergabung dengan sebuah bidang peninggalan kakeknya itu. Itu sudah lama sekali dan bertahun-tahun lalu, Artha selalu antusias jika makan disana lihatlah dia yang kenal sama si pedangang malah membantu menyiapkan pesanan untuk dia sendiri itu, sementara Nadi sudah duduk di meja-meja pinggiran jalanan sebuah trotoar. Artha lalu mengantarkan piring sate Nadi dia hafal Nadi tidak suka lontong ketupat dia hanya mau setengah saja, berbeda dengan Artha yang suka dengan sate kerang yang ada disana lalu dia akan memesan porsi lebih untuknya. “Ini punyamu.” “Thanks.” Artha lalu duduk didepan Nadi kemudian meng