Satu setengah bulan kemudian.
Suara alarm ponsel membuat Artha terjaga dia baru bisa tidur di waktu menjelang pagi hari. Beberapa waktu ini Artha menjadi semakin sulit sekali tidur nyenyak sejak bertemu Nadi hampir dua bulan lalu, apa lagi Nadi tidak kunjung menghubunginya dan tidak tahu dimana keberadaannya sekarang.
Artha merasa enggan bertanya tentang Nadi kepada istrinya Ristra, walaupun Ristra sempat menceritakan tentang pasiennya yang selalu mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya kala itu.
Ristra terlalu sensitif jika membahas tentang wanita entah itu teman kerja, teman lama Artha, saudari atau siapapun. Sampai hari ini Ristra masih menduga suaminya salah orang tentang Nadi yang dia lihat di rumah sakit dan Artha pun memutuskan untuk tidak membahasnya lagi.
Seperti hari-hari biasanya Ristra lebih dulu bangun, dia terlihat sudah mandi rambutnya tergulung dengan handuk dan masih memakai bedrobe merah tua sambil menikmati sarapan sehatnya di meja makan.
Ada potongan kiwi dan buah naga di atas bubur oat di mangkuk yang dia hidangkan Ristra tidak lupa satu botol infused water di hadapannya, Ristra tampak sedang menggeser layar tabletnya membaca berita hari ini. Hidup Ristra cukup teratur, jadwal hariannya sangat tersusun rapi, Ristra sangat disiplin dalam hal apapun, dia menerapkan hidup sehat, makanan sehat, olah raga yang teratur, selain itu Ristra juga seorang yang suka bekerja dan sangat mencintai pekerjaannya.
“Morning!” Sapa Artha yang bangun setelah alarmnya berbunyi. Ia memeluk istrinya itu dari belakang kemudian mencium pipi istrinya itu.“Ini hari minggu kenapa cepat sekali bangun.”
“Mas! Jangan sentuh wajah aku, aku lagu memakai obat jerawat, beberapa hari ini wajahku sangat breakout. Lihatlah kemarin di pipi dahi sekarang dagu.” Tunjuk Ristra wajahnya yang di tumbuhi hanya beberapa buah jerawat yang memerah.
Artha mendengkus melihat wajah istrinta.“Hanya 3 buah di sebut banyak?”
“Kamu mah laki-laki ngga paham, ini sangat mengganggu tau.”
Artha sudah sangat paham seperti apa istrinya dia sangat menjaga penampilan, kesehatan dan perawatan tubuh. Dia akan sangat panik sekali jika sedikit saja ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.
“Hemmm baiklah nyonya, saparan apa kita pagi ini?” Laki-laki itu menarik kursi di sebelah istrinya lalu meraih gelas air putih Ristra untuk dia minum.
“Sarapan buah sama bubur oat. Lihat tuh perut kamu mulai ada lagi, setiap hari makan junk food, berlemak terusl. Ayo dong mas mulai hidup sehat.”
“Setiap hari aku hidup sehat siapa yang ingin hidup sakit?” Kata Artha, selalu membantah istrinya yang super disiplin ini.
“What ever kamu selalu seperti itu. Baiklah sarapannya habiskan Tuan Artha. Oh ya aku udah bikin janji sama dokter Jessica mau perawatan hari ini. Kalo gitu sampai jumpa siang nanti.” Ristra bangkit dari tempat duduknya lalu mencium pundak suaminya, “Love you jangan lupa hari ini jadwal kamu ngegym jangan banyak alasan. Kalo mau keluar atau kerumah mama hubungi aku ya.”
Selalu seperti biasa Ristra selalu sibuk dengan dunianya, aktivitasnya, jadwal-jadwalnya yang sudah di atur setiap hari bahkan pergi bersama suaminya dia juga membuat jadwal akan itu.
Artha menatap sarapan sehat buatan istrinya itu, bagi Artha ini sangat membosankan Artha meletakkan sendok makannya enggan menyantapnya memilih membuanya ke tempat sampah.
"Soto enak sepertinya."
Terkadang terasa jenuh dan membosankan menjalani hari-hari seperti ini tapi inilah kehidupan yang sudah dia pilih.
“MAAAAS KAMU IH!! Kenapa handuknya di gulung-gulung, kalo kotor itu langsung masukan ke dalam keranjang pakaian kotor, ini juga sepatu kamu kenapa kotor sekali kamu ke kantor atau ke sawah sih?” Teriak Ristra di belakang sana seperti biasa dia benci hal-hal yang tidak sesuai dengan kebiasaannya.
Kembali lagi inilah Ristra istrinya dimana semua harus sesuai dengan aturan bahkan untuk melakukan hubungan suami istri Ristra punya jadwal sendiri sebab dia tidak menggunakan kontrasepsi, Ritra menghindari hal buruk mempengaruhi kesehatannya. Ristra masih menunda kehamilan setelah dua tahun lalu dia sempat keguguran.
Ristra ingin mengandung lagi tapi menggunak prosedur kedokteran agar tidak kecewa seperti kemarin dimana dia kehilangan janinnya di kehamilan ke 30 minggu sudah hampir mendekati waktu kelahiran dan itu di karena dia mengidap sebuah penyakit bawaan yang menyebabkan bayinya kehilangan nyawa.
***
Di sebuah pusat kebugaran yang ada di kawasan gedung apartemen tempatnya tinggal Artha baru saja selesai dengan aktivitasnya nge-gymnya. Artha tengah duduk di lantai mengistirahatkan tubuhnya sembari mengusap keringatnya yang bercucuran dengan sebuah handuk kecil.
Artha membuka ponselnya sambil membuka email kantor, lalu memeriksa pekerjaannya.
Laki-laki itu bekerja di salah satu cabang perusahaan kakeknya yang di kelola oleh ayah juga paman-pamanya yang lain, Artha memimpin salah satu perusahaan multinasional Nasional yang bergerak di beberapa bidang usaha seperti real estate, ekspedisi juga pelayaran.
Artha memiliki paras yang cukup rupawan, alis tebal, rahang bersiku dan tubuhnya bisa di bilang cukup atletis, Artha juga memiliki otak yang cukup cerdas sebab itu di usianya yang masih sangat muda dia bisa menyaingi paman-pamanya dan di percaya untuk menjadi salah satu pimpinan perusahaan.
Artha adalah anak anak sulung dan satu-satunya sebelum akhirnya ibunya mengambil anak laki-laki sepupu Artha untuk di asuh kini usianya sudah 14 tahun dan duduk di bangku SMA kelas 1.
Lihatlah di tempat kebugaran itu beberapa mata wanita menatapi Artha tidak henti siapa yang tahan melihat pria tampan dan mapan seperti Artha sendirian tanpa ada pendamping di sebelahnya. Bahkan di kantornya dia begitu di gemari para wanita selain sangat ramah Artha juga sangat memiliki peduli pada sesama.
Orang-orang begitu memuji kesempurnaan hidup Artha selain dia tampan dan kaya raya dia juga memiliki istri yang cantik juga seorang dokter, mereka yakin kehidupan Artha pasti sangat bahagia.
Artha kembali mengantungi ponselnya dia mendesah lelah hendak bangkit dan pergi dari tempat itu. Dia tidak punya rencana akan kemana hari ini tapi sepertinya dia ingin mengajak teman-teman dekatnya untuk main tenis seperti perintah Ristra harus rajin berolahraga.
Dan kembali lagi Artha masih terus memikirkan Nadi sampi hari ini tidak juga memberinya kabar, Nadi membohonginya ini sudah hampir dua bulan dia tidak kunjung menepati janji. Artha tidak bisa bersabar lagi kali ini dia yang akan mencari wanita itu.
“Kau pembohong Nadi!” Kesal Artha.
Kring... Kring....
Benda pipih yang baru Artha simpan itu berdering dia lalu segera merogohnya lagi sembari berjalan keluar. “Hallo.” Angkat Artha panggilannya tanpa melihat.
“Cafe Maloudans. Dua jam lagi jika ada waktu aku akan ada disana.”
Tepat sekali baru saja kesabaran Artha hampir hilang dan orang itu akhirnya menghubungi. “Kemana saja? Ini hampir dua bulan, kau pembohong!”
“Bisa atau tidak.” Tegas Nadi terlalu enggan berbasa-basi.
"Kenapa baru sekarang? Aku menunggu lama sekali dan... "
"Yes or No? Cukup jawab itu."
“Hemmmm Ya.”
"Good!" Panggilan langsung Nadi akhiri.
Tidak menunggu Artha pun langsung bergegas pergi dari tempat kebugaran itu untuk bersiap-siap pergi menemui Nadi yang sudah di tunggu-tunggu olehnya lama sekali dan hampir dia cari menggunakan orang suruhannya.