When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam semakin larut dan Artha masih berada di tempat hiburan malam itu dalam keadaan tidak sadarkan diri, tangannya yang luka sudah di perban oleh Nadi berbekal obat seadanya yang dia dapatkan dari para pekerja di tempat hiburan malam itu. Artha terlelap karena minum terlalu banyak, dia masih di sofa itu menyandar pada pundak Nadi, Artha tidak mengizinkan Nadi pergi terus memegangi tangan Nadi erat. Dari tiga jam lalu hingga saat ini Nadi mendengarkan semua racauan Artha, entah apa yang dia alami tapi terdengar semua seperti keluhan-keluhan dia sedang memaragi seseorang. Nadi tidak memahami apa maksud kalimat Artha mulai dari membahas makanan mama, lalu tawaan sinisnya mengatakan banyak aturan, sampai dia mengatakan menjadi orang lain. Tidak lama kemudian setelah sudah cukup lama mel