Chapter 7

3845 Words
“Kiss me, maka aku akan memaafkanmu.” Bisik Gabriel yang seketika membuat jantung Skylar kian bertalu kencang, menggigit bibir bawahnya demi mengurangi rasa gugupnya.   “Kenapa diam saja? tidak ingin aku memaafkanmu hm?” tanya Gabriel. Secara perlahan Skylar pun bergerak kecil diatas pangkuan Gabriel. Tangan kanannya beralih meraih dagu Gabriel, membuat posisi wajah pria itu mendongak kecil, lalu kembali mengusap pipi Gabriel. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Skylar yang posisinya lebih tinggi dari Gabriel menundukkan wajahnya. Mendaratkan sebuah kecupan manis pada bibir Gabriel, masih dengan kedua netra mereka yang saling bertatapan. Kemudian disusul dengan kembali menyatunya bibir itu, saling melumat untuk kesekian kalinya dengan tangan kokoh Gabriel yang setia melingkar posesif pada pinggang ramping Skylar.   “O-om…” desis Skylar ketika Gabriel memperdalam lumatan diantara keduanya, tangan dengan jemari lentik itu meremas pelan surai Gabriel, menimbulkan sebuah geraman Gabriel.   Setelah beberapa menit kedua belah bibir itu saling bertaut, akhirnya terpisah ketika Skylar mendorong d**a bidang pria itu karena kehabisan nafas. Maka mau tidak mau Gabriel pun menyudahi lumatannya, tak mau pula kehilangan restu dari mommy Skylar yang telah dikantonginya hanya karena dirinya yang tak mampu menahan nafsunya.   “Sudah hm?” tanya Skylar dengan senyum dibibirnya, menghasilkan sebuah kekehan kecil dari Gabriel. Cuppp* pria itu mendaratkan sebuah kecupan lagi pada ranum cherry Skylar. Tak merasa bosan sedikitpun.   “Jangan biarkan siapapun pria dapat memelukmu lagi tanpa seizinku, okay?” bisik Gabriel dengan suara beratnya didekat telinga Skylar, membuat gadis itu bergidik. Dalam diam mengapresiasi suara kekasihnya itu yang terdengar sialan seksi dan nyaris membuatnya merona.   “Okay, aku akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.” Puas bercuddle ria selama beberapa menit, akhirnya sepasang manusia itu memisahkan diri. Gabriel memutuskan untuk pulang, dan Skylar kembali pulang kerumahnya dengan senyuman yang tak kunjung dapat luntur.   -   “So, dia adalah kekasihmu… soon to be your husband right?” Max, sepupu Skylar itu tengah duduk disofa ruang tamu rumah Skylar. Pria itu meletakkan tangan kanannya pada dagu sembari mengusap – ngusap, nampak seolah tengah memikirkan suatu hal. Skylar memutar bola matanya malas, kembali lagi sifat penuh kepo milik sepupunya itu. Sudah dapat dipastikan bahwa sebentar lagi sepupunya itu pasti akan menanyainya berbagai macam pertanyaan dari yang dasar hingga unik.   “Bagaimana bisa kau mengenalnya? I mean… rentang usia kalian tidak sedikit bukan? Lalu bagaimana bisa kalian menjadi dekat dan memutuskan menjalin sebuah hubungan? “ nah, benar bukan? Pria itu masih dengan posisi yang sama, masih dengan tangan kanannya yang mengusapi dagu, menyiapkan beberapa pertanyaan lagi untuk ia lontarkan beberapa saat kemudian tentunya.    “Seriously Max? kau benar – benar bertanya tentang hal – hal tak penting seperti ini padaku?” Maxime hanya menyengir tak berdosa, lagipula mau bagaimana lagi? Rasa penasarannya sudah terasa begitu penuh nyaris memuncak didalam otaknya.   “Hehe, ya mau bagaimana lagi? Bibi sama sekali tak mau bercerita apapun tentang itu padaku, dia bilang aku harus menanyakannya langsung padamu, maka dari itu sekarang aku memerlukan kejelasannya langsung yang keluar dari mulutmu untuk mengkonfirmasi secara langsung beberapa informasi dari narasumbernya langsung.” Cerocos Maxime dengan semangat penuh, membuat Skylar kembali memutar bola matanya.   “Tidak ada yang perlu dijelaskan Max, kami bertemu begitu saja, tidak ada yang spesial dari kisah kami hingga kami memutuskan untuk menjalin hubungan.” Maxime jelas merengut tak puas mendengar apa yang baru saja Skylar ucapkan. Itu sama sekali tak menjawab seluruh pertanyaan yang membeludak dalam otaknya.   “Itu sama sekali tak menjawab semua pertanyaanku Sky, cepat jelaskan saja~ bagaimana bisa kau mengenal seorang Gabriel Miller dan bagaimana kisah kalian berawal hingga detik ini! Jangan berbelit – belit bodoh!” Skylar mendengus. Benar – benar karakter sepupunya sekali kali ini.   “Oh! Atau jangan – jangan yang sebenarnya terjadi kau- kau…” gadis itu mengernyitkan dahinya melihat Maxime yang kini terlihat menerka – nerka sembari menunjuk – nunjuk kearahnya.   “”Apa?! Jangan – jangan apa hah?!” tranya Skylar dengan matanya yang melotot.   “Jangan- jangan… kau… kaumenjualdirimupadaGabrielMillerlalusekarangkauhamildanmemintanyauntukmenikahimu?!!” Skylar sempat mengernyit, mencerna perlahan apa yang sepupunya itu katakan barusan dengan kecepatan setara rappernya. Lalu beberapa detik kemudian mata gadis itu membulat, kembali melotot pada Maxime, meraih sebuah bantal sofa disampingnya lalu…   “Sialan kau Max! Siapa yang kau katakan menjual diri dan hamil itu hahh?!!”   Bughh… bugghh..   Gadis itu memukuli sepupunya dengan bantal sofa yang ada diruang tamunya itu, mengabaikan Maxime yang kini tengah mengaduh karena kepalanya terus menerus menjadi sasaran empuk Skylar. Membuat ruangan yang semula damai dan tenang itu menjadi gaduh, membuat sosok lainnya turun dari tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai 2.   “Aduh ya Tuhan! Kalian sudah sama – sama dewasa, jadi berhenti bertengkar dan membuat keributan setiap kali bertemu!” itu mommy Skylar. Wanita paruh baya itu hanya menggeleng – gelengkan kepalanya melihat keponakannya dan putrinya yang kini baru saja dapat ia lerai. Problem yang selalu harus dihadapinya tiap dua mahluk dihadapannya itu dipertemukan sebenarnya.   “Itu semua salah Max momm!” adu Skylar tak terima, gadis itu masih merengut pada Maxime yang membuat pria itu meringis. Antara takut dan karena kepalanya yang juga terasa sedikit nyeri akibat tingkah bar – bar Skylar barusan yang menyerangnya.   “Coba jelaskan apa yang baru saja terjadi diantara kalian!” tuntut mommy Skylar.   “Max menuduhku menjual diri pada om Gabriel momm! Dia bahkan berkata bahwa saat ini aku hamil dan meminta om Gabriel untuk bertanggung jawab menikahiku!” lagi – lagi Maxime meringis, merasa bahwa sebentar lagi ia akan menjadi pengadilan.   “Astaga… kalian ini benar – benar!” keluh mommy Skylar sembari memijit pelan keningnya.   “Itu salah Skylar bi, aku hanya memintanya menjawab pertanyaanku tentang bagaimana mereka bertemu, awal hubungan dan sebagainya, tapi putrimu itu terus saja menjawab pertanyaanku dengan berbelit. Bukankah itu mencurigakan? Makanya aku bertanya padanya apakah dia sebenarnya menjual diri pada Tuan Miller atau tidak. Seperti itu bi!” bugg* lagi, sebuah pukulan dengan bantal sofa kembali melayang tepat diatas kepala Maxime menyebabkan sebuah ringisan mengaduh, tenaga bar – bar Skylar memanglah tak pernah main – main kekuatannya.   “Benar kan?! Bocah gila ini benar – benar menyebalkan momm!” pekik Skylar dengan matanya yang masih berapi – api menatap Maxime seakan siap untuk melahapnya bulat – bulat. Membuat mommy Skylar kembali menggeleng – gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan hal yang diperdebatkan keduanya ini dihadapannya.   “Sudah! Kalian berdua pergi ke meja makan sana, semua masakan untuk makan siang sudah selesai, dan kalian hanya membuat keributan disini tanpa membantuku memasak!” omel mommy Skylar membuat Skylar dan Maxime lagi – lagi saling melemparkan pelototan mata dan desisan – desisan saling menyalahkan yang tentu saja didengar oleh wanita paruh baya itu meskipun lirih, menghasilkan sebuah helaan nafas lelah.   “Berhenti saling melotot dan mengejek didepanku, atau kuusir kalian berdua dari sini!”   -   “Hahh…” sebuah helaan nafas berat terdengar, begitu berat hingga membuat orang yang mendengarnya dapat saja berpikir bahwa sosok yang menghela nafas tersebut tengah frustasi berat.     Antonio mengernyitkan dahinya melihat Gabriel yang nampak begitu mendung, berkali – kali menghela nafasnya berat hingga seisi ruangan kerja yang besar itu hanya terdengar helaan nafasnya. Hari ini ia baru saja kembali masuk kekantor setelah 2 minggu melakukan kerja sama bisnis diluar negeri menggantikan Gabriel yang seharusnya melakukan semua ini. Tapi lagi – lagi, mana mungkin Antonio dapat menolak perintah si otoriter dengan sikap lembut penuh kasih sayang yang hanya ditujukan pada kekasihnya itu?   “Ada apa hah? Kau tak sadar jika helaan nafas beratmu itu sudah memenuhi ruangan dalam waktu 2 jam ini? Lama – lama kau bisa membuatku ikut frustasi Gab.” Protes Antonio yang sudah tak tahan dengan kesuraman sahabatnya itu yang ikut secara perlahan menulari mood-nya menjadi mendung di hari yang cerah ini. Gabriel yang mendengar protesan Antonio pun memutar bola matanya malas, inginnya tak menanggapi pertanyaan Antonio, namun hafal sekali jika sahabatnya itu akan terus meneror dan menggangguinya jika ia tak segera menjawab pertanyaan yang membuat pria itu penasaran. Cerewet sekali, tapi dirinya heran sendiri, bagaimana bisa ia tahan bersahabat dengan Antonio selama puluhan tahun meskipun sikapnya cenderung dingin dan menyebalkan. Berbeda dengan Antonio.   “Sial sekali, aku tak bisa bertemu dengan Skylar selama dua minggu hingga hari kami menikah. Mommy-nya benar – benar melarangku untuk menemui Skylar baik secara terang – terangan maupun diam – diam, atau pernikahanku dibatalkan dan aku kehilangan restu darinya jika aku benar – benar melanggar aturannya. Hahh…” keluh Gabriel yang diakhiri kembali dengan sebuah helaan nafas. Kalian bertanya keadaan Antonio saat ini bukan? Pria itu tengah menganga tak percaya sekaligus heran, sebanyak inikah sahabatnya itu berubah? Hanya karena telah menemukan sebuah cinta yang benar – benar cinta dalam hidupnya? Setelah ia menemukan sosok yang membuatnya bertekuk lutut dan membuatnya dapat menghayalkan sebuah masa depan yang indah untuk dijalin bersama? Antonio sangsi pada dirinya sendiri, apakah dirinya kelak akan seperti Gabriel jika telah bertemu dengan gadis yang membuatnya bertekuk lutut kelak?   “Seriously Gab? Pernikahan kalian tinggal seminggu lagi okay? Jangan banyak mengeluh tak dapat menemui Skylar! Cepat selesaikan semua pekerjaanmu sebagai pemilik perusahaan ini bodoh! Kau lupa tentang ancaman Skylar jika ia tak mau honeymoon kalian terganggu oleh pekerjaan dalam bentuk apapun? Jika kau terus – menerus mengeluh dan tak fokus bekerja seperti ini, aku yakin jika honeymoon kalian akan kurecoki dengan kriiman file – file yang harus kau tanda tangani bodoh!” cerocos Antonio yang tentu saja mau tak mau menyadarkan Gabriel dari rasa lemas dan malasnya, pria itu mengusak kasar surainya, berusaha menghilangkan segala aura negatif dan mendung dalam dirinya.   “Cepat berikan padaku semua file yang harus ku tanda tangani hingga akhir bulan ini.” Ucap Gabriel yang seketika membuat Antonio melotot. Nampaknya pria lainnya yang jatuh cintapun tidak akan berubah sebodoh Gabriel, sahabatnya ini. Mungkin inilah efek samping dari jatuh cinta pertama pada usia mereka yang terlalu dewasa kah? Sehingga dapat membuat sahabatnya sebegini idiotnya?   “Bodoh, aku yang akan membaginya sehingga semua pekerjaanmu hingga akhir bulan kau selesaikan segera. Aku tau jika kau kuturuti, kau akan memaksakan dirimu sendiri untuk menyelesaikan semua tanggung jawab pekerjaanmu itu dalam semalaman kan? Aku tak mau Skylar beralih ingin membunuhku hanya karena menyebabkanmu sekarat dan masuk rumah sakit hingga menunda pernikahan kalian yang sudah saling tergila – gila itu. Jadi berhenti memelototi ku sekarang atau aku akan pergi kerumah Skylar dan mengadukan tingkah gila keras kepalamu itu padanya!” Gabriel mau tak mau kembali menghela nafasnya. Iya, benar dengan apa yang Antonio katakan. Dia memang berencana memforsir tenaganya hari ini agar semua pekerjaannya cepat selesai sehingga ia dapat bermalas – malasan melepas penat dan meratapi kerinduannya pada Skylar. Bodoh, baru kali ini ia mengakui kebenaran Antonio meskipun ia tak mau mengakuinya secara terang – terangan pada sahabatnya itu.   “Baiklah – baiklah… terserahmu saja. Aku akan mengikuti apa katamu, otakku benar – benar tak singkron karena merindukan bocah itu. Sialan!” kedua telapak tangannya saling meremat gemas, ingin sekali untuk segera dapat membawa gadis itu dalam pelukan eratnya demi menghapus kerinduannya.   “Tsk, sabarlah. Setelah satu minggu ini terlewati dia akan sepenuhnya menjadi milikmu kan? Tenang saja, kau bisa memonopoli calon istri manismu itu selama 24/7 okay? Jangan bertingkah seolah kau akan dikebiri begitu. Aku akan mengambilkan beberapa dokumen yang perlu kau setujui dan tanda tangani, jadi tetap diam disini dan jangan kembali meratapi nasibmu.” Gabriel menatap tajam Antonio yang hanya meringis dan berdiri dari duduknya, beranjak untuk mengecek beberapa dokumen yang ia perlukan.   “Sialan, aku benar – benar bisa gila jika terus menerus seperti ini.” Dengus Gabriel. Pria itu ingat sekali seminggu lalu, pertemuan terakhirnya dengan Skylar sebelum dirinya mendapat deklarasi dari mommy gadisnya itu untuk berhenti menemui Skylar selama 2 minggu sebelum pernikahan mereka dilaksanakan.   Flashback On   Hari itu cuaca begitu cerah, Gabriel dan Skylar telah berjanji untuk pergi kesuatu tempat. Suatu tempat yang selama ini belum pernah Skylar datangi, dan inilah pertama kalinya Gabriel membawa gadis itu sebelum pernikahan mereka dilaksanakan 2 minggu lagi. Dalam diam Gabriel menggenggam tangan gadis itu, setelah mengecupnya sekali. Membawa gadis itu untuk berjalan memasuki sebuah tempat yang memanglah menjadi tujuan mereka.   Setelah dalam hening berjalan selama sekitar 2 menit, keduanya sampai pada tempat tujuan. Gabriel dan Skylar saling menatap sembari tersenyum lembut. Pria itu membawa Skylar untuk berdiri disebuah sisi. Tepat didepannya, terdapat dua buah nisan yang bersisian. Dua makam yang diatasnya terdapat sebuah nisan besar tersebut nampak bersih terawat, tanpa sedikitpun kotoran seolah setiap hari dibersihkan. Gabriel mengusak lembut surai Skylar.   “Selamat Pagi Momm, Dadd.” Sapa Gabriel pada kedua nisan dihadapannya, seolah – olah bahwa orang yang disapanya itu berada tepat disana.   “Hari ini aku kemari dengan membawa calon istriku, kalian pasti bahagia bukan? Dulu kalian memaksaku untuk segera menikah bukan? Padahal dulu aku tak berniat menikah sama sekali dan lebih memilih untuk sibuk bekerja menata karirku demi meneruskan perusahaanmu. Maaf dulu mengecewakan kalian, tapi sekarang semuanya sudah berubah Momm, Dadd. Gadis cantik disampingku ini berhasil membuatku jatuh cinta, hingga membuat putramu yang keras kepala dan dulu berpikir tak mau menikah seumur hidup ini bertekuk lutut. Kehilangan keyakinannya sendiri untuk tetap sendiri dan tak mau menikah.” Skylar dan Gabriel saling bertatapan. Gadis itu membalas senyuman lembut Gabriel.   “Momm, Dadd… meskipun usia kami terpaut jauh, tapi aku yakin bahwa dia adalah duniaku, belahan jiwaku. Meskipun dia cerewet, tapi dia tak pernah mengenalku sebagai Gabriel yang kaya raya, dia mencintaiku sebagai Gabriel Miller, putra kecil kalian dulu. Jadi kumohon Momm, Dadd, restui kami yang akan menikah 2 minggu lagi, aku benar – benar tak bisa hidup tanpanya.” Ucap Gabriel masih dengan tangannya yang menggenggam hangat nan lembut tangan Skylar. Membuat gadis itu merasa terlindungi dan dicintai oleh sosok yang sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupnya itu.   “Selamat pagi Tuan dan Nyonya Miller, senang bertemu kalian. Ini untuk pertama kalinya kita bertemu, aku berharap kalian tidak melihat first impression yang buruk dariku, hihi. Aku Skylar Brown, meskipun usiaku masih 18 tahun tapi aku yakin bahwa aku mampu mendampingi putramu hingga ajal yang memisahkan kami seperti kisah cinta Tuan dan Nyonya Miller. Kalian tak perlu takut, aku tak akan berpikiran untuk meninggalkan putramu meskipun ia begitu pencemburu dan manja. Dan semoga, kedepannya aku dapat lebih sering kemari dan curhat pada kalian tentang tingkah putra kalian yang terkadang begitu romantis namun menyebalkan juga, lalu jika kalian mengizinkan, aku akan memanggil Tuan dan Nyonya Miller sebagai Momm dan Dadd juga seperti Om Gabriel memanggil kalian.” Gabriel tersenyum begitu lembut, tangannya meraih bahu Skylar untuk mendekat padanya, memberikan sebuah kecupan lembut nan manis pada dahi gadis itu, membisikkan sebuah kata cinta pada telinga gadis itu. Setelahnya Gabriel dan Skylar menaruh sebuah bucket bunga pada kedua makam tersebut, menyandarkan bucket bunga besar dengan susunan yang cantik itu pada nisan, lalu memandang kedua bunga tersebut dengan senyum yang merekah.   “Kami pamit Momm, Dadd. Semoga kalian merestui kami, untuk kesekian kalinya aku berkata bahwa aku benar – benar mencintainya begitu dalam sehingga tak mampu hidup tanpanya. Semoga kami seperti kalian kelak, yang tak dapat dipisahkan oleh segala hal selain maut.”   -   “Wahhh, kalian kenapa begitu menempel dan tak terpisahkan setiap harinya? Kalian ingin membuatku iri hm?” itu mommy Skylar, yang mendapati Gabriel pagi – pagi sekali telah sampai dirumahnya dengan setelan formalnya seperti biasa. Akhir – akhir ini pria yang sebentar lagi akan menjadi menantunya itu seringkali lebih memilih terlambat datang keperusahaannya demi menghabiskan waktu lebih lama bersama dengan putrinya, membuatnya mau tak mau menggeleng – gelengkan kepalanya mendapati Gabriel, sosok pria dewasa sepertinya begitu tergila – gila pada putrinya yang tergolong masih cukup belia.   Gabriel merenges jenaka mendapati lirikan tak habis pikir dari calon ibu mertuanya itu namun masih tetap melingkarkan lengannya erat pada gadis mungil yang kini mulai memberontak kecil ingin dilepaskan yang tentu saja tak mau ia lepaskan begitu saja.   “Sorry Momm, aku benar – benar merindukan putrimu dan tak bisa jauh darinya.” Hahh… lagi – lagi, manusia kasmaran itu benar – benar.   “Cepat masuk dan sarapan bersama, menghabiskan waktu kalian berdua dengan hanya berpelukan tidak akan membuat kalian kenyang begitu saja tanpa sarapan kan?” lalu wanita paruh baya itu berlalu untuk kembali menuju meja makan, mengabaikan putrinya dan calon menantunya itu yang kini tengah saling berdebat kecil.   “Ihh, om malu! Kenapa tetap memelukku dan tidak melepasku sih? kau ingin membuatku tidak tau malu didepan mommy ku sendiri hah?” keluh Skylar yang hanya dibalas kekehan oleh Gabriel. Pria itu tak bermaksud seperti yang Skylar katakan. Ia hanya tak mau melepaskan pelukannya pada Skylar meskipun ada mommy-nya itu, karena rasa nyaman yang membuatnya tak rela untuk melepas gadis itu dari pelukannya.   “Sayang, kenapa masih memanggilku om hm? Kau tau kita akan menikah dua minggu lagi kan?” keluh Gabriel, pria itu melepas pelukannya pada Skylar, menangkup kedua pipi Skylar lembut, membuat gadis itu menatapnya.   “Aku akan menikahimu, bukan menikahi tante mu. Jadi berhenti memanggilku om.” Skylar menggigiti bibir bawahnya, gugup sebenarnya. Selama mereka kenal, ia selalu memanggil Gabriel om, lalu setelah ini memangnya ia akan memanggil apa? Benar kata Gabriel, mana mungkin ia memanggil suaminya kelak dengan kata panggilan ‘Om’ kan?   Cuppp*   “Jangan menggodaku, aku menyuruhmu berhenti memanggilku om bukannya untuk menggodaiku dengan menggigiti bibirmu didepan mataku sayang…” bisik Gabriel setelah mendaratkan sebuah kecupan manis pada ranum Skylar, membuat gadis itu kian merasa gugup dalam diam.   “A-akan kupikirkan. Jadi sekarang kita harus segera sarapan okay?” Skylar membalik tubuhnya, berjalan cepat dengan gugup, meninggalkan Gabriel yang terkekeh kecil menyadari bahwa gadis yang dicintainya itu tengah merasa gugup hingga membuatnya pergi begitu saja meninggalkannya.   “Kenapa meninggalkanku sih?” keluh Gabriel ketika dirinya sampai dimeja makan dan duduk disamping Skylar, membuat gadis itu hanya menggeleng – gelengkan kepalanya, masih merasa gugup nampaknya. Tanpa menyadari seseorang didepan keduanya yang menghela nafas karena lagi – lagi menjadi korban yang diabaikan oleh pihak yang tengah merasa kasmaran itu.   “Eghem, cepat habiskan sarapan kalian.” Dehem mommy Skylar, kembali menyadarkan Skylar dan Gabriel.   “Baik momm.” Ucap Gabriel dengan senyuman yang tak kunjung luntur. Akhirnya merekapun menyantap menu sarapan mereka dengan hening, hanya terdengar dentingan alat makan diruangan tersebut, namun tak ada rasa canggung sedikitpun yang mengudara.   “Jadi… dua minggu lagi kalian akan resmi menikah bukan?” mommy Skylar kembali membuka suara, berbicara ditengah acara sarapan bersama mereka. Dengan semangat Gabriel mengangguki pertanyaan wanita paruh baya itu.   “Ya momm, dua minggu lagi.” Jawab pria itu sebelum kembali melahap menu sarapannya.   “Tidak terlalu baik jika kalian terlalu sering bertemu sebelum pernikahan, itu akan memicu beberapa pertengkaran yang dapat mengancam rencana pernikahan kalian sebentar lagi. Jadi mommy rasa, lebih baik kalian berhenti bertemu selama dua minggu kedepan sebelum prosesi pernikahan kalian dilaksanakan.” Ucap wanita paruh baya itu lugas.   Uhukk uhkk…   Itu Gabriel. Pria itu tersedak makanan yang baru saja dikunyahnya ketika mendengar apa yang baru saja wanita paruh baya didepannya ucapkan. Wajahnya memerah akibat tersedak, membuat Skylar dengan panik menuangkan air putih pada gelas untuk pria tersebut, kemudian memberikannya pada Gabriel untuk pria itu minum demi meredakan rasa tersengat ditenggorokannya.   “Momm, kenapa membicarakan hal seperti itu saat kita makan sih?” protes Skylar sembari mengelus – elus punggung Gabriel demi mengurangi rasa sakit pria yang baru saja tersedak cukup keras tersebut.   “Lebih cepat lebih baik Sky.” Skylar memutar bola matanya malas, melihat Gabriel yang nampak mulai menguasai diri dengan batuk akibat tersedak yang mulai mereda.   “Lagipula itu juga bagus supaya Gabriel kembali fokus menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang nampaknya mulai terbengkalai semenjak dua minggu ini yang seringkali bermanja dan tak mau lepas darimu bahkan hanya untuk pergi kekantor sekalipun kan?” telapak kaki Gabriel diam – diam mengetuk – ngetuk pada lantai dibawah meja.   “T-tapi momm-” “Sudah, turuti apa perkataan mommy. Ada hal yang akan mommy ajarkan selama dua minggu kedepan pada Skylar supaya putriku kelak dapat menjadi seorang wanita yang pandai mengurus rumah tangga kalian, jadi demi ketentraman keluarga yang akan kalian bangun kedepannya, turuti perintah mommy, okay?”   Maka dimulailah kesengsaraan serta penderitaan Gabriel pagi itu hingga dua minggu kedepan, ia benar – benar tak dapat melanggar perintah mommy dari gadis yang begitu ia cintai tersebut demi keberlangsungan pernikahannya tentu saja.   Flashback Off   Waktu dua minggu berlalu begitu cepat, namun tidak dengan Gabriel. Tentu saja itu karena dirinya tak dapat bertemu dengan Skylar, hingga akhirnya penantian yang membuatnya rindu setengah mati itupun berakhir hari ini. Tepat hari ini, pernikahan keduanya akan diselenggarakan. Jika boleh jujur, semalaman suntuk Gabriel kesulitan untuk memejamkan matanya. Jantungnya berdetak keras, ini adalah pengalaman paling mendebarkannya. Skylar, gadis yang begitu ia cintai akan segera menjadi miliknya, menjadi pendamping hidupnya. Menghabiskan waktu mereka bersama seumur hidup.   “A-yo dude! Sudah siap melepas status lajangmu hah?” sapa Antonio ketika memasuki ruangan tempat Gabriel berada sebelum dilaksanakannya pemberkatan, mau tak mau membuat Gabriel kembali memutar bola matanya disela kegugupannya.   “Oh, aku merasa asing dengan ekspresimu yang seperti ini. Apa benar ini kau? Kau gugup Gab? Seriously?!” heboh Antonio dengan mata membulatnya, mulut pria itu membulat sambil mengeluarkan suara ‘woah’ nya.   “Demi Tuhan Gab, ini pertama kalinya aku melihatmu terlihat gugup setelah bersahabat denganmu sejak bayi kau tau?! Woahhh…” Gabriel menggeleng – gelengkan kepalanya, Antonio benar – benar bersuara dengan heboh sekarang.   “Hahh.. jadi sebentar lagi tinggal aku yang lajang huh? Lalu bagaimana, apa aku juga harus menikah sepertimu?” keluh Antonio.   “Menikah bukan hal yang dapat dimainkan bodoh. Kau tau sendiri bahkan dulu aku lebih memilih bermain wanita daripada memutuskan untuk menikahi salah satu diantara mereka. Karena aku tau, sebajingannya diriku, pernikahan tetaplah hal yang sakral. Jangan memutuskan menikah hanya karena temanmu sudah tidak melajang lagi bodoh.” Antonio kembali menghela nafasnya, masih sepagi ini dan Gabriel telah mengatainya bodoh sebanyak dua kali dalam sekali bicara. Benar – benar memang sahabatnya satu ini.   “Yaa, ya, ya… aku tau pernikahan adalah hal yang sakral. Aku melihat itu dari hubungan kalian berdua. Aku tidak berharap banyak agar tuhan dapat mempertemukanku dengan seorang wanita yang kelak akan menjadi seperti sosok Skylar dihidupmu karena aku tak tau apakah aku dapat hidup selama – lamanya dengan seorang wanita saja disampingku?” mata itu menerawang, Antonio duduk disamping Gabriel dalam diam setelahnya.   “Dulu sebelum bertemu Skylar pun aku tak pernah berpikiran bahwa kelak aku akan memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang kucintai, karena selama inipun dalam hidup ini kita tak pernah menemukannya, hanya ada wanita - wanita gold-digger disekitar kita bukan? Tapi setelah aku bersama Skylar, aku menemukan keinginan itu. Keinginan untuk menikah, tinggal bersama, membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia dengannya, menjadikannya sebagai pusat poros duniaku dan menghabiskan waktu hidupku dengannya.” Sebuah senyum simpul yang lembut terukir dibibir Gabriel. Mata pria itu seolah dapat melihat Skylar yang juga tengah tersenyum didepannya. Gadis yang kini membuatnya berubah menjadi sosok yang lebih baik lagi tentunya.   “Yeah, I see. Aku dapat melihat kebahagiaan yang begitu besar dari matamu.” Ucap Antonio dengan senyumnya sembari menepuk – nepuk bahu Gabriel, berharap sahabatnya itu kelak dapat hidup bahagia dengan pilihannya.   “Tuan Miller, sudah waktunya anda untuk memasuki altar.”   To be continued~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD