Chapter 8

4621 Words
“Yaa, ya, ya… aku tau pernikahan adalah hal yang sakral. Aku melihat itu dari hubungan kalian berdua. Aku tidak berharap banyak agar tuhan dapat mempertemukanku dengan seorang wanita yang kelak akan menjadi seperti sosok Skylar dihidupmu karena aku tak tau apakah aku dapat hidup selama – lamanya dengan seorang wanita saja disampingku?” mata itu menerawang, Antonio duduk disamping Gabriel dalam diam setelahnya.   “Dulu sebelum bertemu Skylar pun aku tak pernah berpikiran bahwa kelak aku akan memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang kucintai, karena selama inipun dalam hidup ini kita tak pernah menemukannya, hanya ada wanita - wanita gold-digger disekitar kita bukan? Tapi setelah aku bersama Skylar, aku menemukan keinginan itu. Keinginan untuk menikah, tinggal bersama, membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia dengannya, menjadikannya sebagai pusat poros duniaku dan menghabiskan waktu hidupku dengannya.” Sebuah senyum simpul yang lembut terukir dibibir Gabriel. Mata pria itu seolah dapat melihat Skylar yang juga tengah tersenyum didepannya. Gadis yang kini membuatnya berubah menjadi sosok yang lebih baik lagi tentunya.     “Yeah, I see. Aku dapat melihat kebahagiaan yang begitu besar dari matamu.” Ucap Antonio dengan senyumnya sembari menepuk – nepuk bahu Gabriel, berharap sahabatnya itu kelak dapat hidup bahagia dengan pilihannya.   “Tuan Miller, sudah waktunya anda untuk memasuki altar.” - Suasana sebuah taman megah yang disulap dengan segala pernak – pernik dekorasi pernikahan itu menjadi hening. Sang pengantin pria telah menanti pengantin wanitanya didepan sana, menghadap seorang pendeta yang beberapa saat lagi akan memimpin upacara pernikahannya dengan Skylar. Sebuah alunan musik terdengar lembut, Gabriel memutar tubuhnya kebelakang, menemukan seorang wanita anggun dengan sebuah gaun yang melekat pas dan cantik pada wanita itu.   Gabriel dapat merasakan dadanya terasa penuh akan buncahan bahagia dan berbunga. Sebuah senyuman tak dapat lagi ia tahan – tahan kala mendapati wajah Skylar mengintip samar dibalik veil yang menutupi bagian wajah, menambah keanggunan gadis itu. Secara perlahan, tangan Gabriel meraih jemari Skylar yang diserahkan padanya oleh ayah Maxime yang menjadi wali nikah Skylar.   “Jaga keponakan manisku ini baik – baik.” Pesan ayah Maxime yang diangguki dengan senyuman oleh Gabriel. Matanya bersitatap dengan Skylar yang merona dibalik kain veil-nya, sang poros hidupnya yang beberapa detik lagi akan resmi menjadi miliknya.   Sang pendeta tersebut memberi kode agar para tamu undangan kembali duduk ditempatnya, lalu membacakan beberapa hal yang menjadi salah satu prosesi wajib dalam upacara pernikahan, hingga akhirnya memasuki acara pembacaan janji pernikahan yang akan dilakukan bersama kedua mempelai. Sang pendeta kembali memberikan tanda untuk Gabriel dan Skylar saling menggenggam kedua tangan pasangannya yang ditangkap dengan baik oleh keduanya, membuat sepasang manusia yang saling mencintai tersebut berdiri berhadapan dan saling menggenggam lembut dengan hangat.   “Baik, yang pertama, saya akan tanyakan pada Tuan Gabriel Miller. Bersediakah engkau, Gabriel Miller untuk menjadikan Skylar Brown menjadi istrimu satu – satunya hingga kelak maut memisahkan kalian berdua?” suara pendeta yang lugas mengisi taman tersebut yang terasa hening dan sakral. Baik Skylar maupun Gabriel, keduanya saling menatap, berhadapan dengan senyum kebahagiaan dan saling cinta yang terlontar diantara keduanya.   “Ya, saya bersedia.” Jawab Gabriel dengan tegas dan jelas.   “Kemudian, Nona Skylar Brown saya akan bertanya kepada anda. Bersediakah engkau, Skylar Brown untuk menerima Gabriel Miller menjadi satu – satunya suamimu hingga kelak maut memisahkan kalian berdua?” dalam diam, Skylar menatap Gabriel dengan lembut. Gadis itu dapat melihat pancaran cinta Gabriel padanya, serta seberapa besar pria itu mendambanya selama ini. Bahkan semua hal yang selama ini terjadi padanya terasa seperti mimpi setelah kehadiran Gabriel yang mengubah hidupnya 180°.   “Ya, saya bersedia.” Akhirnya, Gabriel tak dapat menahan senyum lebarnya. Pria itu benar – benar bahagia hari ini.   Setelahnya, sebuah janji pernikahan mereka ucapkan didepan para keluarga, tamu undangan serta pendeta dengan penuh kesungguhan. Membawa segenap rasa cinta yang terjalin begitu dalam diantara keduanya. Tepat setelah janji pernikahan diucap, Gabriel tak mampu menahan lagi buncahan bahagianya. Tangan kokohnya sedikit bergetar meraih ujung veil Skylar, menyingkapnya secara perlahan supaya dirinya dapat melihat secara jelas wajah gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya tersebut. Senyum tak dapat lagi keduanya tahan, bahkan mata Gabriel terlihat mulai berkaca – kaca setelahnya, kian menambah haru bagi Skylar.   Sebuah cincin saling keduanya pasangkan, sebuah cincin dengan berlian kecil ditengah dan ukuran yang lebih besar untuk Gabriel, serta sebuh cincin cantik lainnya dengan berlian besar berwarna blue sky untuk Gabriel pasangkan pada jari manis sang istri. Jangan tanyakan harganya tentu saja.   “I love you my wife.” Bisik Gabriel dengan titik air mata yang tak dapat ditahannya diujung kelopak mata.   “Love you too, husband.” Balas Skylar sebelum keduanya saling menghapus jarak antar wajah keduanya, lalu mendaratkan sebuah ciuman manis. Ciuman pertama setelah mereka resmi menjalin pernikahan. Ciuman yang diiringi buncahan kebahagiaan dan d**a yang kian berdetak kencang diantara keduanya.   Lalu ciuman itu berakhir ketika para tamu undangan bertepuk tangan bahagia, seolah dapat merasakan seberapa besar buncahan cinta diantara pasangan mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan itu. Tak mau berakhir begitu saja, Gabriel kembali memberikan sebuah kecupan manis nan singkat lagi pada ranum istrinya diiringi sebuah air mata yang menetes begitu saja dari sudut matanya. Membuat Skylar menggigit kecil bibir bawahnya, terharu melihat sebahagia itu Gabriel karena dapat menikahinya.   “Berhenti menangis babe~” bisik Skylar sembari menghapus sisa air mata itu, membuat mata Gabriel sedikit membulat, terkejut sekaligus berdebar dengan panggilan Skylar barusan padanya.   “Call me again.” Pinta Gabriel yang kembali menghadirkan sebuah senyuman pada ranum Skylar.   “Babe, my babe~” Skylar terkekeh kecil mendapati tatapan berbinar Gabriel karenanya, menemukan sebuah hal sederhana yang dapat membahagiakan Gabriel lagi.   “Hey! Berhenti bermesraan terus – menerus didepan sana guys!” Antonio berseru dari tempatnya duduk, membuat para tamu undangan lainnya tertawa karenanya. Gabriel menggeleng – gelengkan kepalanya, benar – benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja Antonio lakukan. Sementara Skylar, gadis itu menyusupkan wajahnya pada d**a bidang Gabriel, malu sekali.   -   Resepsi pernikahan itu berlangsung selama beberapa jam, berdiri dan menyalami para tamu undangan selama beberapa jam tentu saja membuat Skylar merasa begitu lelah, mengumpat kecil dalam hatinya. Ditambah dengan sebuah heels yang dipakaikan dikaki jenjangnya, lengkap sudah penderitaan gadis itu.   “Sudah sangat lelah hm?” tanya Gabriel lembut sembari mengusap kepala Skylar dengan sayang. Pria itu merasa tak tega tentu saja melihat kekasih yang telah resmi menjadi istrinya itu sesekali meringis entah karena lelah, kesakitan atau perpaduan dari keduanya.   “Sangat!” keluh Skylar sembari mencebikkan bibirnya kecil. Ingin rasanya ia melemparkan diri pada Gabriel, meminta pria jangkung itu untuk menggendongnya jika saja tak ada para tamu undangan didepannya saat ini.   “Baiklah, tunggu sebentar lagi, akan kupanggil John.” Setelahnya Gabriel memberi kode pada anak buahnya. Skylar mengernyitkan dahinya bingung, tak paham mengapa Gabriel justru memanggil John alias supirnya saat ini setelah dirinya mengeluh lelah?   “Sayang, ikut mommy sebentar okay?” secara tiba – tiba wanita paruh baya yang tak lain merupakan mommy Skylar tersebut muncul kembali dihadapn Skylar dan mengajaknya untuk mengikuti.   “It’s okay sayang, ikuti mommy mu. Lalu setelah itu mommy yang akan mengantarkanmu kembali padaku.” Ucap Gabriel setelah melihat Skylar bertanya atas izinny melalui tatapan mata. Akhirnya Skylar pun mengikuti tarikan tangan mommy nya setelah mendapat izin dari suaminya tersebut, entah kemana mommy-nya itu mengajaknya ditengah resepsi pernikahannya.   -   Cklekk..   Skylar mengernyitkan dahinya kala mommy nya tersebut mengajaknya memasuki sebuah ruangan yang sebelumnya menjadi ruang rias sebelum upacara pernikahannya dilaksanakan. Apa riasannya kini terlihat berantakan dan perlu dibenahi sehingga membuat mommy nya itu menariknya kembali ruang rias?   “Ada apa momm? Apa riasanku perlu dibenahi lagi?” tanya Skylar dengan dahinya yang kembali mengernyit bingung, jika riasannya lah yang perlu dibenahi, lalu kenapa mommy nya kini terlihat sibuk membolak – balik beberapa baju yang terlihat cantik namun tak terlalu formal, sehingga tetap nyaman dikenakan.   “Tidak sayang, sekarang waktunya kau mengganti gaunmu dengan dress lainnya.” Jelas mommy nya tak cukup jelas bagi Skylar. Gadis itu masih tak paham tentu saja mengenai maksud mommy nya yang menyuruhnya untuk mengganti gaun pernikahan yang ia kenakan kini.   “Kenapa harus ganti momm? Apakah ada acara resepsi lainnya setelah ini? Kenapa aku tidak tau tentang rencana acara itu?” cerocos Skylar yang membuat mommy nya terkekeh kecil dan menggeleng – gelengkan kepalanya, sedikit banyak masih merasa tak percaya bahwa putrinya yang masih bertingkah bak bocah ini telah dinikahi oleh seorang pria yang begitu dicintainya.   “Sudah, jangan banyak bertanya okay? ini…” sebuah dress diserahkan wanita paruh baya itu pada putrinya.   “Cepat ganti gaunmu dan kenakan ini. Jika selesai, segera panggil mommy okay?” tanpa mengucapkan kata lainnya, wanita paruh baya itu berlalu keluar dari ruangan setelah menyerahkan sebuah dress cantik pilihannya pada putrinya itu, meninggalkan Skylar dengan bibirnya yang menganga heran. Masih tak mampu menangkap hal yang kini terjadi padanya. Namun meskipun begitu, gadis itu tetap mematuhi apa yang mommy nya suruh, yaitu untuk mengganti gaun pernikahannya dengan dress yang kini ada pada tangannya.   -   “Momm, sudah!” panggil Skylar setelah selesai melepas segala pernak – pernik hiasan bertabur berlian yang ia kenakan pada rambutnya untuk upacara pernikahannya tadi serta mengganti gaun pernikahannya dengan sebuah dress. Gadis itu masih nampak merapikan dress yang ia kenakan sedikit demi sedikit.   Cklekkk   Seorang wanita paruh baya kembali muncul dari pintu ruangan itu, mengukir sebuah senyuman teduh dibibirnya. Mendapati putrinya kini yang masih saja terlihat cantik nan mempesona dalam balutan sebuah dress yang sedikit membuatnya lebih terlihat dewasa. Tangan hangat wanita paruh baya itu secara perlahan mendarat pada pucuk kepala putrinya, mengusapnya lembut seraya menatap putrinya itu dalam diam.   “Mommy masih tidak menyangka, putri kecil mommy sudah menikah dan menjadi istri pria yang putri mommy cintai.” Ucap wanita paruh baya itu dengan haru, matanya berkaca – kaca, membuat Skylar ikut meloloskan setetes air matanya begitu saja.   “Mommy~ jangan menangis… Skylar akan tetap menjadi putrimu satu – satunya, kau tak perlu khawatir kehilangan Skylar. Putrimu yang nakal dan menyebalkan ini tak akan hilang dari pandanganmu okay?” bisik Skylar sebelum kemudian memeluk mommy nya itu erat – erat. Hening sejenak. Keduanya seolah saling menyalurkan rasa sayang yang tentu saja tak mampu terbendung dan dijabarkan dengan kata – kata.   “Jadilah istri yang baik okay? jangan bertingkah kekanakan terus – menerus, cintai Gabriel, jangan mudah tersulut emosi, dan hilangkan sifat keras kepalamu itu secara perlahan. Ceritakan apapun yang ingin kau ceritakan pada mommy karena mommy akan tetap berada disisimu selama – lamanya bukan? Jadi jangan merasa sungkan meminta tolong maupun bercerita pada mommy mu ini.” Nasihat wanita paruh baya itu masih dengan tangannya yang setia mengelus lembut surai Skylar. Keduanya saling bertatapan dalam diam, kemudian Skylar menganggukan kepalanya, tanda menyetujui ucapan sang mommy.   “Yups, Sky akan mengikuti nasihat dari mommy. Skylar akan berusaha menjadi sosok istri yang baik bagi suami Skylar. Mencintai suami Sky, tidak bertingkah keras kepala, dan belajar menjadi dewasa setiap harinya.” Akhirnya dua wanita itu kembali berpelukan lagi.   “Sudah – sudah, Gabriel akan terlalu lama menunggu jika kita tetap disini menangis dan saling memeluk. Suami mu itu akan merasa cemas karena istrinya tak kunjung keluar dari kembali disisinya bukan?” goda wanita paruh baya itu yang menghadirkan sebuah rona merah pada pipi Skylar yang syukurnya tersamarkan oleh blush hasil riasan tadi yang masih setia menempel pada wajah cantik Skylar.   Dengan itu, akhirnya keduanya pun memutuskan untuk keluar dari ruangan itu bersama dengan tangan yang saling bertautan. Sesekali sebuah candaan dan godaan terlontar diantara keduanya, menghasilkan sebuah gelak tawa lirih. Hingga sebuah keramaian kembali memasuki netra Skylar. Seolah menyadari kedatangan Skylar, keramaian yang berisi para tamu undangan itu mulai terbelah membuka jalan untuk Skylar dan mommy nya lewati, membuat gadis itu dapat berjalan kedepan dengan lancar dan menemukan Gabriel didepan sana yang juga telah mengganti setelan tuxedo yang semula pria itu kenakan untuk upacara pernikahan mereka dengan sebuah kemeja biru langit pas badan dan sebuah celana panjang yang berwarna hitam, serasi dengan dress berwarna biru langit berseling hitam milik Skylar, tersenyum kearahnya dengan sebelah tangan yang terulur kearahnya, menunggu balasan genggaman tangan dari gadis itu.   Greppp   Akhirnya, kedua tangan itu saling bertautan kembali. Terasa begitu pas seolah memang ditakdirkan untuk bersama demi takdir yang terajut indah untuk keduanya selami bersama – sama. keduanya saling bertatapan, mengulas senyum manis penuh kebahagiaan yang tak dapat keduanya tutup – tutupi.   “Sudah siap hm?” tanya Gabriel pada Skylar yang diakhiri dengan sebuah kecupan pada punggung tangan Skylar, lagi – lagi membuat Skylar mengernyit tak paham agaknya dengan apa yang baru saja suaminya itu katakan.   “Siap untuk?” Gabriel terkekeh kecil, pria itu tak mampu menahan rasa gemasnya pada istrinya tersebut, membuatnya membawa Skylar kedalam pelukan cukup eratnya dan dipadukan dengan sebuah kecupan gemas yang pria itu bubuhkan pada keningnya.   “Tentu saja untuk honeymoon bersama suami mu ini sayang~” blushhh* Skylar menggigit bibirnya gugup sekaligus malu, bahkan rona merah kembali muncul pada pipi hingga telinganya.   Suitttt   Sebuah siulan terdengar menggoda pasangan tersebut. Lagi – lagi berasal dari Antonio yang berdiri tak jauh dari keberadaan pasangan pengantin tersebut berada.   “Berangkat sekarang hm?” tanya Gabriel yang dengan malu – malu Skylar angguki. Gadis itu merutuki dirinya sendiri yang berubah menjadi gadis pemalu seperti ini, benar – benar merasa kehilangan tingkah bar – barnya tepat setelah Gabriel resmi menjadi suaminya beberapa jam lalu.   Dengan perlahan akhirnya Gabriel pun menarik tangan Skylar yang mantap berada dalam genggamannya, berjalan berdua dan bersisian bersama menuju sebuah mobil mewah yang telah dihias simple khas mobil pengantin. Seperti biasa, Gabriel tentu saja membukakan pintu mobil bagian penumpang untuk sang istri, kemudian menutupnya perlahan setelah istrinya memasuki mobil dan duduk dengan nyaman pada kursi penumpang disamping kemudi yang disusul olehnya yang duduk pada kursi kemudi tentu saja.   Keduanya kembali saling menatap dengan mata penuh binar cinta, lalu beralih menatap keluar jendela mobil kala keduanya mendengar tepukan tangan dan sorakan bahagia dari para tamu undangan lagi, membalasnya dengan sebuah senyuman sopan sebelum akhirnya mulai berlalu. Menjalankan mobil yang dikendarainya itu dengan kecepatan sedang.   “Kau bisa memejamkan matamu terlebih dahulu jika kau mengantuk sayang.” Ucap Gabriel sembari mengelus lembut surai Skylar untuk kesekian kalinya hari ini. Nampaknya setelah keduanya resmi menikah sama sekali tak membuat Gabriel mampu dan rela melepaskan Skylar dari jangkauannya barang sedetik pun.   “Eheum, jadi kita akan kemana? Beritahu aku~ aku terlihat seperti orang bodoh disini, bahkan mommy menertawakanku karena sama sekali tak mengetahui semua rencanamu setelah resepsi pernikahan kita tadi.” Keluh Skylar dengan bibirnya yang mengerucut kecil, lagi – lagi menimbulkan sebuah rasa gemas dari Gabriel tentunya.   “Berhenti bertingkah menggemaskan untuk saat ini sayang, kau tau aku tidak mungkin menerkammu disini kan? Kau tidak mau menghabiskan malam pertamamu didalam mobil bukan? Jadi berhenti bertingkah menggemaskan untuk beberapa saat lagi okay?” lagi, rona merah mulai menjalar kembali memenuhi wajahnya. Sial sekali Gabriel dan mulut kotornya itu.   “Cih, mulutmu kenapa begitu kotor?!” protes Skylar sembari mendaratkan sebuah pukulan main – main pada bahu pria itu untuk kemudian mengalihkan pandangannya pada jalanan melalui kaca mobil yang berada tepat disampingnya. Sementara Gabriel? Pria itu terkekeh geli mendapati bahwa kini istrinya tengah merasa malu dan merona diam – diam.   Perjalanan itu berjalan lancar begitu saja dengan sesekali diselingi sebuah gelak tawa akibat lelucon Gabriel maupun tingkah unik Skylar, hingga tepat 25 menit kemudian, keduanya sampai pada sebuah bandar udara pribadi berlogo perusahaan milik seorang Gabriel Miller. Tepat ketika Skylar masih terfokus menatap keberadaan pesawat didepannya itu, pintu mobil disamping tempatnya duduk dibuka oleh Gabriel.   Gabriel merentangkan kedua tangannya kearah Skylar yang tentu saja membuat gadis itu mengernyit bingung, tak paham dengan apa yang Gabriel inginkan. Gabriel menggeleng – gelengkan kepalanya sembari terkekeh, entah kenapa istrinya itu hari ini bertingkah menggemaskan dan terlihat begitu polos, membuatnya kian tak tahan untuk membawa gadis itu dalam kungkungannya nanti. Sial, membayangkannya saja sedikit banyak memhuatnya kian tak sabar dan kepanasan sendiri.   Srettt   “H-Hyaa!” pekik Skylar terkejut kala kedua tangan dengan lengan kokoh Gabriel meraih tubuhnya dalam gendongan bridal Gabriel. Begitu terkejut tentu saja mendapati tingkah tiba – tiba Gabriel yang begitu manis padanya.   Beberapa petugas yang bertugas untuk menerbangkan serta para awak kabin lainnya berjejer disisi karpet merah yang digelar menuju pintu pesawat, menunduk hormat menyambut Gabriel dan Skylar. Hal itu tentu saja membuat Skylar kembali merasa malu, kemudian lebih memilih menyembunyikan wajah memerahnya untuk kesekian kalinya pada d**a bidang Gabriel seraya memeluk leher pria itu.   “Kalian sudah mengecek dan memastikan kondisi pesawat ini?” tanya Gabriel singkat, setidaknya memastikan kondisi mesin dan t***k bengek pesawatnya adalah hal yang penting bagi pria itu meskipun dirinya telah menyerahkan semuanya pada tenaga profesional yang telah direkrutnya.   “Sudah tuan, pesawat siap lepas landas dengan kondisi mesin yang optimal.” Jawab salah seorang pria yang ikut berjejer disana, menjawab pertanyaan bosnya itu dengan senyuman ramah serta bahagia atas pernikahannya.   “Baik, kupercayakan padamu, setelah ini kalian bisa melaksanakan tugas kalian dengan baik.” Gabriel berlalu setelah para pekerja itu mengangguk paham akan perintahnya.   “Sekali lagi, kami ucapkan selamat atas pernikahan Tuan dan Nyonya Miller. Kami do’a kan pernikahan Tuan dan Nyonya Miller dipenuhi kebahagiaan yang kekal hingga maut memisahkan.” Ucap salah satu perwakilan awak kabin itu yang diangguki Gabriel dengan sebuah senyum tipis, sementara Skylar? gadis itu tersenyum mendengar ucapan tersebut, kemudian memutuskan melongokkan kecil kepalanya.   “Terimakasih untuk do’a nya.” Ucap Skylar dengan senyum manisnya, membuat para awak kabin serta pekerja lainnya yang berjejeran disana ikut tersenyum, gemas sekaligus mengagumi kecantikan dan keramahan sosok Nyonya Gabriel didepan mereka tersebut.   Gabriel terkekeh kecil melihat tingkah lucu Skylar tersebut. Pria itu kembali mendaratkan kecupannya pada dahi gadis itu kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga yang menghubungkannya pada pintu pesawat yang akan segera ditumpanginya. Tepat setelah keduanya memasuki pesawat tersebut, Skylar tak mampu menutupi binar – binar dimatanya. Bagian dalam pesawat itu benar – benar mewah. Dipenuhi nuansa gold dan krem dengan kursi dan jarak ruang yang begitu luas. Sedikit berbeda dengan interior pesawat yang ditumpanginya dulu ketika dirinya berlibur dengan Gabriel.   “Babe, kenapa pesawat ini terlihat berbeda dari pesawat yang terakhir kali kita naiki saat berlibur dulu? Kurasa seingatku dulu pesawat yang kita tumpangi lebih pada nuansa warna hitam dan silver?” tanya Skylar memastikan, apakah ingatannya yang buruk atau memang tampilan pesawat ini yang berbeda jauh. Sementara yang juga tengah duduk dengan santai disampingnya pun tersenyum mendengar pertanyaam Skylar yang diiringi panggilan baru istrinya itu padanya.   “Yups, ingatanmu benar sayang. Ini pesawat yang berbeda dari yang terakhir kali kita naiki saat pergi berlibur dulu.” Skylar mengangguk – anggukkan kepalanya paham, tiba – tiba sebuah rasa penasaran dan keingintahuan Skylar muncul begitu saja pada otak gadis itu.   “Jadi… itu berarti, kau punya lebih dari satu pesawat begitu?” tanya gadis itu lagi yang menghasilkan sebuah gelak tawa dari Gabriel, benar – benar tak habis pikir dengan kepolosan istrinya itu.   “Kau benar – benar menanyakan hal seperti ini, seriously hm? Apa kau benar – benar tak pernah melihatku dimajalah Forbes sayang? Bahkan dalam majalah tersebut, sebagian besar aset kekayaanku dijabarkan.” Skylar mendecih mendengar jawaban yang terlontar dari bibir suaminya itu, sedikit menyesali kebiasaannya membaca n****+ dan mengabaikan berbagai jenis majalah bisnis.   “Kuberi sebuah bocoran saja, pesawat ini merupakan pesawat yang baru kubeli 3 bulan lalu khusus untuk kunaiki bersamamu ketika kita berdua berangkat honeymoon.” Bisik Gabriel membuat Skylar membulatkan matanya, menatap pria itu tak percaya. Jadi, Gabriel bahkan lebih kaya dari apa yang selama ini ia pikirkan? Mimpi apa dirinya sampai membuat sosok seperti Gabriel jatuh cinta padanya? -   1 jam 30 menit berlalu, pesawat tersebut akhirnya mendarat. Gabriel mulai membangunkan istrinya yang kini terlelap dalam dekapannya.   “Sayang, buka matamu. Kita harus segera turun dari pesawat supaya kita dapat segera sampai ditempat tujuan.” Bisik Gabriel sembari mengecupi pipi serta dahi istrinya itu, membuat Skylar sedikit terusik dan menggeliat pelan, terbangun dari tidurnya. Netra gadis itu mulai terbuka secara perlahan, mendapati Gabriel yang menatapnya dalam dengan senyuman yang tak tertinggal dari bibir pria itu. Cuppp*   Sebuah kecupan serta lumatan lembut mendarat pada bibir Skylar, gadis itu kembali memejamkan matanya demi menikmati lumatan dari suaminya tersebut. Mendaratkan sebuah cengkeraman halus pada bahu Gabriel, kemudian tautan bibir itu terputus dan diakhiri dengan sebuah kecupan manis Gabriel pada ranum istrinya yang kian membuatnya candu.   “Bangun, kita akan segera sampai ditempat yang akan kita tuju. Tempat yang membuatmu penasaran setengah mati tadi.” Goda Gabriel pada istrinya, membuat Skylar dengan gemas menggigit dagu pria itu. Menghasilkan sebuah keterkejutan yang muncul dari raut wajah Gabriel.   “Ah, jadi… sekarang istriku ini menjadi lebih berani hm?” seringai Gabriel muncul secara perlahan, sementara Skylar hanya mencebik dengan wajah mengejeknya pada suaminya itu.   Cuppp* itu kecupan yang kembali Gabriel daratkan, kali ini pada leher jenjang Skylar yang membuat gadis itu menggelinjang kecil, merasakan geli sekaligus suatu rasa asing lain yang baru baginya.   “Tunggu hingga kita sampai di sana sayang~”   -   Tittt titt tittt tit… cklekkk   Mata Skylar tak mau diajak berkedip setelah pintu kamar hotel yang akan ditinggalinya dengan Gabriel terbuka. Bibirnya ia gigit, menahan diri untuk tidak semakin terlihat kampungan. Tapi batin Skylar tetaplah menjerit histeris melihat keindahan interior ruangan yang akan ditempatinya bersama suaminya itu. Sebuah kamar hotel dengan desain klasik kental akan khas dari negara Paris itu sendiri. Bahkan tak hanya dinding dan hiasannya, ranjang hingga segala pernak – pernik penunjang keindahan kamar tersebut semuanya berbau klasik namun tetap tak meninggalkan kesan mahal yang jika saja Skylar tau bahwa harga sewa permalam kamar hotel tersebut dapat mencapai 36.000 USD.   Gadis itu secara perlahan menyibak tirai yang menutupi sebuah jendela besar dikamar tersebut, kembali dibuat terkesima dengan pemandangan indah kota Paris yang terbentang didepan sana. Benar – benar indah dan bahkan membuatnya tak rela untuk mengedipkan mata barang sedetikpun. Hingga sebuah lengan kokoh secara perlahan melingkar pada pinggangnya, kembali menghantarkan kehangatan, tak lupa diiringi dengan sebuah kecupan – kecupan kecil disepanjang bahu hingga leher Skylar. Ketika kepala gadis itu bersandar kebelakang, maka dapat Skylar rasakan bahwa sosok dibelakangnya itu tengah tak menggunakan atasan.   “Kau bisa melihat – lihat pemandangan kota Paris sepuasmu setelah ini, sekarang saatnya kau untuk mandi. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu berendam di bath up.” Bisik Gabriel sensual membuat Skylar lagi – lagi merona. Gadis itu berbalik menghadap Gabriel yang kini hanya berbalut handuk sebatas pinggang hingga atas lututnya, matanya berpendar gugup mendapati sebuah senyum sexy suaminya.   Cupp… cuppp   Dua kecupan kembali mendarat pada bibir Skylar yang diakhiri dengan sebuah hisapan dari Gabriel pada bibir bawah gadis itu. Kembali melemparkan tatapan sensual pada istri cantiknya itu.   “Cepat mandilah, sebelum aku membawamu untuk berbaring diatas ranjang dan mengungkungmu hingga pagi~” 25 menit berlalu, Skylar sudah selesai mandi beberapa menit lalu, namun gadis itu tak kunjung keluar dari kamar mandi. Gugup tentu saja. Kini dirinya telah resmi menjadi istri Gabriel Miller, dan setelah ini tentu akan jadi malam pertama bagi keduanya. Gadis itu berjalan mondar – mandir didalam kamar mandi sialan megah itu dengan menggigiti gemas dan gugup kukunya, netra gadis itu melirik pada jam dinding yang juga terdapat didalam kamar mandi tempatnya berada. Sial, sudah 30 menit rupanya. Akhirnya, setelah mengumpulkan kenekatan dan keberaniannya, gadis itu memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.   Cklekkk   Hening, namun netra gadis itu spontan membulat mendapati apa yang kini terhampar didepannya. Matanya melirik sekitar, benar – benar terpesona akan apa yang ada dikamarnya kali ini. Kamar luas nan megah yang semula kental dengan suasana klasik khas bangsawan tersebut berubah menjadi lebih cantik dan terkesan sensual, dipenuhi taburan kelopak bunga mawar serta lilin – lilin kecil yang menerangi ruangan tersebut, meskipun sedikit redup namun tak dapat menutupi keindahan ruangan itu yang kini disulap kian romantis.   “Apa kau memang senang sekali menghabiskan banyak waktu hanya untuk mandi sayang?” bisik Gabriel yang tanpa ia sadari kini tengah berada dibelakangnya, kembali melingkarkan tangan kokohnya pada pinggang ramping istrinya. Skylar sedikit bergidik kala merasakan nafas hangat Gabriel yang berhembus dileher serta telinga kanannya. Pria itu tanpa mengatakan apapun dengan bebas kembali mendaratkan kecupan – kecupan seringan kupu – kupu pada bahu Skylar yang sedikit terbuka akibat ukuran piyama gadis itu yang memang tipe oversize berpadu dengan celana pendek setelan piyama. Skylar memanglah tak menggunakan lingerie untuk menggoda Gabriel saat ini, namun sekali lagi, Skylar tentu saja mampu meluluh lantakkan akal sehat seorang Gabriel Miller. Apapun yang Skylar kenakan ditubuhnya, pria itu akan tetap tergila – gila pada istrinya itu.   Srettt   Gabriel memutar tubuh mungil nan sintal gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya tersebut. Menghapus jarak diantara wajah keduanya, saling menatap dengan jarak yang begitu dekat membuat keduanya kian dapat menyelami rasa cinta dan bahagia yang terlukis jelas di sepasang netra pasangannya. Kedua tangan Skylar mulai merambat, bergerak untuk melingkari leher suaminya dan memeluk pria itu dengan mata yang masih saling menatap.   “My wife…” bisik Gabriel dengan nada rendahnya yang terdengar begitu seksi, membuat Skylar memejamkan matanya malu. Gadis itu dapat merasakan pipinya mulai kembali memerah dan menjalar menuju telinganya pula.   “Yes, husband~” balas Skylar dengan lirih namun tentu dapat Gabriel dengar dengan jelas, menghasilkan sebuah seringai sekaligus senyuman indah pria itu.   “I love you so much.” Skylar menggigit bibirnya, tak mampu menahan senyuman lebarnya mendengar Gabriel seringkali mengucapkan kata cinta untuknya. Sialan sekali memang, jantungnya berdetak kencang dan tak jelas hanya karena sebait kata cinta yang suaminya itu lontarkan padanya.   Cupp… cuppp   Sebuah kecupan Gabriel tanamkan pada ranum Skylar dan pipi merona gadis itu, membuat Skylar menggerung malu, sial itu terlihat begitu menggemaskan dimata Gabriel tentu saja. Tanpa kata lagi, pria itu meraih dagu Skylar, membawa wajah mereka untuk kian mendekat hingga bibir keduanya saling bertubrukan untuk kesekian kalinya. Saling berbagi kecupan serta lumatan dengan netra yang terpejam menghayati.   Kecupan, ciuman serta lumatan itu berlangsung selama beberapa menit. Menghasilkan deru nafas Skylar yang memburu, suaminya itu benar – benar ahli dalam hal membuainya hanya dengan bibirnya. Kedua netra itu kembali bertemu, sebelah tangan Gabriel terangkat demi mengusap ranum Skylar yang terlihat membengkak seksi dengan kilap saliva yang begitu menggoda gairahnya.   “Siap menjadi milikku seutuhnya, istriku?” bisik Gabriel lagi yang kian membuat wajah Skylar memerah padam. Tanpa menjawab, gadis itu justru meraih tengkuk Gabriel, kembali membawa wajah pria itu untuk mendekat padanya dan menyatukan kembali bibir mereka, seolah memberikan jawaban pada suaminya itu dalam diam. Gabriel tentu memahaminya, sebuah helaan nafas lega disela lumatan keduanya pun keluar. Pria itu meraih lutut Skylar untuk diangkatnya dengan mudah, sempat membuat Skylar memekik dalam ciuman keduanya tentu saja.   Masih dengan bibir yang saling bertaut, Gabriel melangkahkan kakinya menuju ranjang megah yang berada diruangan tersebut. Membawa Skylar dalam gendonganya dengan bibir yang masih saling melumat tentu saja bukan masalah besar baginya, kaena menurut Gabriel Skylar memang seringan itu.   Srashhhh   Tubuh mungil dan sintal itu secara perlahan pria itu rebahkan diatas ranjang, membuat ciuman itu tersela sejenak demi menempatkan Gabriel disela kaki Skylar yang pria itu buat terbuka. Skylar masih melingkarkan tangannya pada leher kokoh Gabriel, terengah sembari menatap Gabriel yang kini terlihat begitu panas hingga menimbulkan sebuah rasa asing yang muncul dari dalam dirinya.   “Menikmati apa yang kau lihat sayang?” goda Gabriel mendapati Skylar nampak terpaku menatap tubuh bagian atasnya yang tak tertutupi kain apapun lagi, membuat gadis itu mengalihkan pandangannya random kearah lain, gugup dan malu tentu saja karena tertangkap basah tengah merona akibat melihat tubuh seksi suaminya itu.   Srettt   Netra Skylar kembali menatap Gabriel kala pria itu meraih tangan kanannya, menggenggam pergelangan tangan gadis itu untuk ia arahkan pada d**a bidang sialan seksinya itu.   “Kenapa malu hm? Mulai detik kita mengucap janji pernikahan, semua ini adalah milikmu. Seluruh hal yang kumiliki adalah milikmu, begitupula sebaliknya.” Gabriel tersenyum begitu teduh, memberikan rasa tenang dan nyaman pada Skylar yang ikut tersenyum.   “Jadi biasakan dirimu untuk mencicipi semua yang telah menjadi milikmu ini sayang…”   To be continued~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD