Caspian mengugit bibir sambil menatap pintu baja berat di hadapannya. Layar monitor yang tertempel di dinding menampilkan tulisan AGRIKULTUR dengan huruf-huruf berjalan berwarna hijau. Ia menautkan kedua alisnya. Benarkah di balik pintu ada kebun sayur yang memasok makanan keseluruh Dragon Division?
"Cas, apa kamu sudah siap untuk berkebun?"tanya Billy.
"Kenapa kamu tanyakan itu?" Caspian berdiri di samping Renvi dengan gugup.
"Ini pertama kalinya kamu mendapat tugas berkebun."
Billy yang berdiri di depan mereka membuka pintu itu setelah memasukkan kode. Pintu terbuka. Sinar yang cukup terang dari balik pintu itu menyilaukan mata mereka. Caspian melihat sayuran dan buah-buahan tumbuh dari gundukan plastik setinggi pinggang yang disusun baris demi baris yang tersebar di area itu. Mereka masuk dan Caspian merasa takjub. Ada matahari buatan di dalam ruangan besar itu yang menyerupai sebuah kubah. Sayuran dan buah-buahan di sana tumbuh dengan subur. Caspian merasa sekarang ia sedang berdiri di luar ruangan.
Caspian memperhatikan lagi dengan jelas dan ternyata tumbuh-tumbuhan itu telah direkayasa secara genetis agar efisien. Tumbuhan itu tidak butuh tanah hanya butuh sedikit air untuk tumbuh. Caspian melewati pohon apel yang sedang berbuah lebat dan siap panen. Ia memetik apel itu dan memakannya.
Renvi yang melihat itu langsung memperingati Caspian. "Cas." Renvi menggelengkan kepalanya.
"Selamat pagi anak-anak!"sapa seorang wanita dari arah belakang mereka.
Mereka terkejut dan membalikkan diri. Caspian langsung menyembunyikan apel di belakang tubuhnya. Mereka terlihat gugup.
"Se-selamat pagi, Mrs. Donnell!"sapa Mereka.
Wanita itu tersenyum ramah dan kegugupan mereka hilang. Mata abu-abu tua wanit itu melihat ke arah Caspian.
"Kalian punya tambahan anggota baru rupanya."
"Oh ya ini Caspian,"kata Billy.
"Aku sudah tahu."
"Jadi apa yang harus kami lakukan sekarang?"tanya Theobald.
"Ah ya." Mrs. Donnell berjalan menuju kereta dorong setinggi pinggang dan di sana terdapat banyak botol semprot yang berjejer rapi. Dia mengambil botol itu, lalu memberikannya pada Caspian, Billy, Renvi, dan Theobald.
"Apa ini?"
"Penyubur tanaman. Kalian harus menyemprotkan itu kesemua tumbuhan yang berada di sini. Cukup sekali semprot saja untuk setiap tumbuhan di sini."
Mereka melaksanakan tugas mereka tanpa banyak bertanya lagi. Caspian mencuri-curi pandang ke sekitar kubah untuk melihat keadaan di sana. Tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan sangat subur. Ia melihat tombol darurat merah di dinding yang berada tak jauh darinya.
Mrs. Donnell berkeliling mengawasi mereka agar tidak melakukan kesalahan. Caspian terkejut ternyata ada anak-anak lain. Mereka bertugas di sisi lain kubah. Caspian pikir hanya ia dan teman-temannya saja yang berada di sini. Mrs. Donnell pergi entah kemana.
Billy mendekati Caspian. "Apa kamu menyukai tugas harian kita ini?"
"Pekerjaan ini cukup mudah dan tidak terlalu berat."
Billy tersenyum dan kembali ke pekerjaannya lagi. Caspian melihat para pria remaja dan anak-anak yang lain mondar-mandir ke area pepohonan, membawa sepelukan dahan, dan dedaunan.
"Aku tidak suka harus disuruh menyapu dedaunan yang begitu banyak apa lagi mengambil ranting-ranting yang jatuh,"bisik Billy sambil melihat ke arah anak-anak lainnya.
Tiba-tiba terjadi sebuah keributan di sana. Caspian dan teman-temannya sangat terkejut.
"Ayo kita lihat!"ujar Billy bersemangat.
"Sebaiknya kalian jangan pergi ke sana,"kata Renvi yang terlihat cemas.
"Hanya sebentar saja. Aku hanya ingin tahu saja apa yang telah terjadi di sana,"ujar Billy.
Billy meraih tangan Caspian dan berlari menuju area pepohonan besar. Beberapa anak dan pria remaja berkumpul. Diantara mereka ada yang mencoba menghentikan perkelahian, tapi tidak berhasil.
Dua orang pria remaja sedang berkelahi dan ada seorang anak yang menangis tidak jauh dari anak itu. Hantaman itu datang dari samping, mengenai pipi seorang pria berambut pirang. Pria pirang itu melingkarkan lengannya di tubuh pria berambut hitam saat dia memelesat. Dia mendorong, tapi tak sanggup merobohkan pria berambut hitam, karena pria itu bertubuh besar dan kuat.
Pria berambut pirang menerima pukulan pada perutnya dan menggeram, menanti datangnya sengatan sakit. Pria berambut hitam kembali memukulnya dan dibalas lagi oleh pria berambut pirang dengan meluncurkan pukulan pertamanya. Pukulannya menghantam mata pria berambut hitam yang menyebabkan tubuh pria berambut hitam menegang dan urat nadi di lehernya menonjol seperti tanaman merambat. Pria berambut pirang tidak menunggu. Dia membebankan seluruh bobot tubuhnya pada pukulan berikutnya. Tulang rahang pria berambut hitam patah berderak. Pria itu jatuh terjerembab. Pria pirang itu terlihat senang, karena sudah memenangkan pertarungan dan menghampiri anak yang sedang menangis itu, lalu memeluknya.
"Jangan sakiti adikku lagi!"
Caspian yang melihat perkelahian itu menjadi ngilu dan itu pasti akan sangat sakit. Ketika mereka kira perkelahian itu sudah selesai dan akan membubarkan diri, tapi mereka salah. Pria rambut hitam yang tidak menerima kekalahannya kembali menyerang dengan kekuatan supranatural yang dimilikinya. Ada sebongkah api dari tangannya dan melemparkannya pada pria asing itu. Caspian yang melihat itu langsung berteriak.
"AWAS DI BEKAKANGMU!"
Pria asing dan anak laki-laki itu menghindari tepat pada waktunya sehingga api itu mengenai tumpuk dedaunan dan menyebabkan kebakaran. Semua orang yang ada di sana menjadi panik. Alarm tanda bahaya berdering dengan sangat keras. Asap bergulung-gulung menembus pepohonan.
"Ayo cepat kita pergi dari sini!"ujar Billy sambil menarik lengan Caspian.
Api mengembuskan semburan hawa panas yang menyengat tungkai dan tubuh Caspian. Air mata mengalir dari matanya, membuatnya semakin sulit melihat. Ia tersaruk-saruk, gamang, dan limbung akibat asap. Seseorang muncul dibalik asap dan itu adalah Mrs. Donnell.
"Cepat kalian pergi dari sini!"
Caspian dan Billy mengangguk.
"Aku yang akan menangani kekacauan ini."
Caspian dan Billy cepat-cepat pergi dan Caspian menoleh ke belakang. Ia melihat Mrs. Donnell memadamkan api dengan air yang berasal dari tubuhnya. Caspian akhirnya tahu Mrs. Donnell memiliki kekuatan air. Renvi dan Theobald segera menolong kedua temannya begitu mereka sudah menjauh dari tempat kejadian.
"Kalian baik-baik saja?"tanya Renvi.
Caspian dan Billy terduduk di lantai dan dapat menghirup udara bersih lagi. "Kami baik-baik saja,"jawab Billy.
"Seharusnya kalian tidak pergi ke sana,"kata Theobald.
Renvi dan Theobald membantu mereka berdiri dan duduk di kursi.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sana?"tanya Renvi.
"Aku juga tidak tahu. Tadi kami melihat perkelahian dan tiba-tiba salah satu dari mereka mengeluarkan api."
Renvi dan Theobald saling menatap. Tidak lama kemudian, asap telah menghilang dan Mrs. Donnell sangat marah pada kedua pria remaja yang menyebabkan kekacauan di kebunnya
"Apa kalian berdua sudah gila? Kalian hampir menghancurkan tempat ini."
Kedua pria remaja itu menunduk dan menyesal.
"Untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kalian, kalian akan dihukum."
Beberapa orang keamanan datang dan membawa kedua pria remaja itu. Anak-anak yang lain pun dibubarkan.
"Kira-kira mereka berdua akan dihukum apa ya?"tanya Theobald.
"Mungkin mereka akan dibuang keluar dan menjadi santap "monster" di luar,"jawab Billy.
"Itu terlalu kejam,"ujar Caspian.
"Apa kita juga pergi dari sini?"tanya Renvi.
"Sebaiknya kita memang pergi dari sini,"ujar Billy.
Mrs. Donnell menghampiri mereka ketika akan pergi. Wanita itu menatap kesal pada mereka. Kedua tangannya terlipat di d**a. "Seharusnya kalian berdua tidak berada di sana,"katanya pada Billy dan Caspian.
"Maafkan kami! Kami hanya penasaran saja apa yang terjadi tadi,"ujar Billy.
"Rasa penasaran kalian itu sudah membahayakan diri kalian sendiri."
"Jadi apa kami boleh pergi?"tanya Renvi.
Wanita kru menatap mereka satu persatu. "Kalian boleh pergi, karena aku akan membereskan kekacauan yang ada di sini."
Mereka pergi tanpa menoleh lagi ke belakang. Pintu baja terbuka dengan otomatis dan tertutup lagi.
"Sekarang apa yang kita lakukan?"tanya Theobald.
"Tidak ada yang kita lakukan selain berdiam diri di kamar."
"Itu akan sangat membosankan,"ujar Theobald.
"Lalu apa yang ingin kamu lakukan?"tanya Billy.
"Entahlah mungkin sesuatu yang seru dan menegangkan."
"Aku dan Caspian barus saja mengalami sesuatu yang menegangkan."
Mereka sudah berada di depan kamar dan langsung menuju tempat tidur masing-masing. Caspian lebih memilih duduk di sofa mengisi isi teka teki silang meskipun kegiatan itu membuatnya cepat merasa bosan, sedangkan Billy dan Renvi memilih bermain catur. Theobald tidur.
Mereka dikejutkan oleh ketukan di pintu dan saling menatap satu sama lain.
"Siapa yang datang?"tanya Renvi.
Billy mengangkat kedua bahunya. Caspian berdiri dan membukakan pintu. Caspian terkejut dengan kedatangan Joan.
"Cas, siapa yang datang?"tanya Billy tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar digital di depannya.
Caspian menyingkir supaya Joan bisa masuk. Billy, Renvi, dan Theobald terkejut melihat Joan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"tanya Billy tidak percaya.
"Aku datang ke sini untuk memberikan sesuatu kepada kalian?"
Mereka menatap Joan penasaran saat dia mengambil sesuatu dari saku celananya, yaitu sebuah kertas terlipat rapi.
"Ini denah tempat ini."
"Kami berhasil mendapatkannya,"tanya Renvi tak percaya.
"Aku membujuk Axel untuk memberikannya dan dia mau."
"Aku tidak percaya ini."
Caspian langsung mengambil denah itu dari tangan Joan dan membuka lipatan kertas itu dan isinya denah Dragon Division. Mereka memperhatikan denah itu.
"Kamu luar biasa, Joan,"kata Billy senang.
"Ini jalan alternatifnya,"ujar Caspian seraya menunjuk ke jalan yang tersembunyi.
Billy, Renvi, dan Theobald melihat jalan yang ditunjukkan Caspian. Wajah Renvi berkerut bingung.
"Itu seperti sebuah terowongan."
"Mungkin jalan lainnya harus melewati terowongan,"ujar Billy.
"Apa aman melalui jalan itu? sepertinya jalan itu ditutup karena suatu sebab,"kata Theobald.
Mereka kembali berpikir memikirkan kemungkinan hal itu.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Semoga kalian berhasil. Aku sudah memperingatkan kalian nanti jangan salahkan aku kalau kalian sudah berhasil keluar atau tertangkap oleh petugas keamanan dan jangan sebut-sebut namaku dan juga Axel."
"Baiklah. Kami tidak akan melakukannya. Jadi rahasiakan juga rencana kami,"kata Caspian.
Joan mengangguk, lalu pergi. Pintu menutup di belakangnya. Caspian kembali melihat denah itu mencari asal mula jalan itu. Ia menelusuri garis dengan telunjuknya dan ia berhenti di sebuah tempat di mana jalan alternatif itu bermula.
"Ini kan?"seru Caspian.
"Ada apa?"tanya Billy.
"Jalan ini ada di ruangan agrikultur."
Billu, Renvi, dan Theobald kembali memperhatikan denah itu lebih seksama lagi dan apa yang dikatakan oleh Caspian benar.
"Kamu benar,"ujar Renvi. "Tapi di mana jalan itu? Selama ini kita tidak pernah melihat ada jalan lain sana."
Theobald dan Billy mengangguk.
"Jalan itu tentu saja tidak akan terlihat, tapi disembunyikan mungkin disembunyikan di bawah tanah,"kata Caspian.
"Kalau begitu kita harus mencarinya di sana,"ujar Billy penuh semangat.
"Ruangan agrikultur sangat luas. Bisa ada di mana saja,"kata Theobald.
"Aku tahu,"kata Billy.
Caspian kembali memperhatikan denah itu untuk melihat letak persis jalan itu. Di samping jalan itu ada sebuah gambar rak.
"Sepertinya jalan itu ada dibalik rak."
"Rak?"tanya Billy. "Itu bisa saja semacam pintu rahasia menuju tempat rahasia. Aku tahu di mana rak itu?"
"Maksudmu rak yang menyimpan peralatan kebun?"tanya Theobald.
"Iya. Rak itu satu-satunya rak terbesar di sana. Kita akan periksa rak itu."
"Kapan?"tanya Renvi.
"Besok pagi."
Caspian melipat denah itu menjadi lipatan sangat kecil dan memasukkannya ke dalam saku celana.
"Aku harap yang akan kita lakukan ini benar,"kata Renvi dan kembali bermain catur.