Don’t Say Love 6
William mencium Rindu yang terlelap dalam pelukannya saat Angel mengatakan sangat merindukannya. Sesekali isak tangisnya masih terdengar membuat d**a William terasa nyeri. William menyingkirkan anak-anak rambut Rindu ke belakang dan dipandanginya wajah cantik Rindu untuk waktu yang cukup lama.
“Kak Will?” suara Angel kembali mengejutkannya.
“Ya?”
“Kamu dengar yang aku katakan tidak?” suara Angel terdengar kesal karena William tak mendengarkan apa yang dikatakannya.
“Aku tutup dulu, Sayang. ini pasiennya sudah datang lagi setelah dia dari toilet tadi,” kata William sebelum Angel mengatakan yang lainnya.
“Kak Will..,” Angel langsung memprotes ucapan William tapi William segera menutup panggilannya.
William melempar ponselnya ke atas nakal, tak perduli ponselnya akan jatuh atau rusak sekalipun. Saat ini pikirannya di penuhi oleh gadis yang ada dipelukannya, dia merasa sangat bersalah justru di saat gadis ini hendak meninggalkannya. William merasa bersalah karena telah menjadikan Rindu sebagai tameng untuk menutupi perbuatan amoralnya dengan adik tirinya tapi dia tak pernah menyangka Angel telah membohonginya dan juga Rindu agar Rindu mau menikah dengannya.
William mengecup mata Rindu yang mulai mengeluarkan air mata dengan lembut, rasanya dia tidak ingin kehilangan gadis ini, bukan karena dia tak ingin Rindu membocorkan hubungan terlarangnya dengan Angel tapi karena ada sesuatu di dalam satu sisi dihatinya yang selama ini tersembunyi untuk memiliki gadis ini.
William mengeratkan pelukannya pada Rindu kemudian mencoba untuk memejamkan matanya.
***
Hari sudah gelap saat Rindu membuka matanya, Rindu terkejut saat melihat wajah tampan yang terlelap di depannya. Wajah itu terlihat tenang meski ada kerutan di dahinya. Beberapa bulan yang lalu bahkan hingga beberapa hari yang lalu Rindu sangat menyukai wajah tampan ini, wajah William yang sangat tampan mirip seperti Robert Pattinson, pemeran vsmpire tampan dalam Twilight, aktor idolanya. Tapi kini Rindu merasa muak dan jijik melihat wajah itu.
Rindu bersiap untuk bangun dari tidurnya tapi dia merasakan sesuatu yang berat menindih perutnya. Rindu berusaha untuk menyingkirkannya tapi tangan William makin erat mendekapnya. Rindu menjadi panik saat William membuka matanya. William tersenyum manis kepada Rindu kemudian mengecup keningnya dengan lembut seakan tidak ada masalah diantara mereka sebelumnya. Rindu menahan rasa mualnya dan mendorong tubuh William menjauh tapi William berdeming karena dorongan tangan Rindu ke dadanya sama sekali tak bertenaga.
Tangan William bergerak meraih tangan Rindu dan dibawahnya ke mulutnya kemudian mencium telapak tangannya dengan lembut.
“Maafkan, aku.” Erang William dengan penuh penyesalan.
“Lepas!” Rindu menarik tangannya dari genggaman William dengan kasar tapi William tidak melepaskan nya.
“Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, Rin,” bisik William di telinga Rindu.
“Tolong, Will. Aku berjanji aku tidak akan membocorkan rahasiamu dan kamu bisa pegang janjiku,” Rindu berkata dengan suara setenang mungkin, dia sudah tidak emosi seperti tadi.
“Tidak! Kamu aman di sini,” William tidak mungkin membiarkan Rindu di luar sana dan mendapat masalah dari Angel. William yakin Angel pasti juga akan mengerahkan pengawalnya untuk mencari Rindu dan menyiksanya karena itu dia harus melindunginya.
“Will, kumohon” kata Rindu memelas tapi William tak menggubrisnya.
Setelah keheningan yang cukup lama, akhirnya Rindu mengatakan pada William kalau dia mau mandi. Rindu merasa seluruh tubuhnya lengket dan bau keringat. Akhirnya William melepaskan dekapannya pada Rindu, William duduk di sisi tempat tidur saat Rindu bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Baru beberapa langkah berjalan, Rindu merasa tubuhnya oleng karena pusing dan juga tubuhnya yg lemas. William segera menangkap tubuh Rindu yang hampir terjadi, sebenarnya Rindu ingin melepaskan diri dari William tapi Rindu tahu semakin dia meronta semakin William tak akan melepasnya. Rindu hanya diam saat William menggendongnya dan mendudukannya di kursi yang ada di kamar mandi.
Melihat Rindu yang hanya diam saat digendongnya membuat William tersenyum. Dia tahu Rindu terlalu lelah untuk melawannya. William menghidupkan keran untuk mengisi bath tube kemudian dia mendekat ke arah Rindu. Meski sebenarnya Rindu menolak tapi dia hanya diam saja saat William melepas satu per satu kain yang menutupi tubuhnya karena dia tak punya tenaga sama sekali. Rindu memejamkan matanya saat William mengangkatnya dan memasukkan tubuhnya ke dalam bathtub, kemudian menyabuni seluruh tubuhnya. Setelah itu William membilas tubuhnya dan mengeringkannya dengan sangat lembut. Setelah memasang bathrobe ke tubuh Rindu, William mengangkat Rindu ke dalam walk on closet dan mendudukkannya di atas sofa. William memilih baju untuk Rindu sementara Rindu masih merasa gemetar dengan semua perlakuan William.
William kemudian memakaikan pakaian pada Rindu dan menggendongnya kembali ke kamar. William menatap wajah Rindu yang dingin dan masih dipenuhi kebencian tapi William harus merasa bersyukur setidaknya Rindu tidak muntah lagi saat bersamanya.
William mendudukkan Rindu di atas sofa kemudian dia pamit untuk mandi untuk mandi karena William juga merasa tubuhnya lengket karena belum mandi. Rindu sama sekali tidak merespon ucapan William, tatapan Rindu terarah keluar jendela di mana tampak pepohonan yang rindang tampak seperti siluet dalam kegelapan yang diterpa cahaya bulan juga cahaya lampu yang berpendar.
William segera masuk ke kamar mandi bukan untuk sekedar mandi tapi juga mendinginkan gairahnya yang bangkit saat menyentuh tubuh telanjang Rindu tadi
***
AlanyLove.