“Makasih banyak ya Buklek, kita pamit pulang dulu,” ucap Nara pada seorang wanita setengah baya berbandul kain hitam di kepalanya. Yakni, tukang urut. Mereka sedang berada di teras sebuah rumah bergaya sederhana. Nara baru saja selesai diurut, dan Firza temani. “Sama-sama ...” Ia tersenyum ramah. “Pantes toh kamu udah jarang main ke rumah Buklek, ternyata wis punya pacar ya.” tutur Buklek dengan logat Jawanya yang kental. “Ck, Buklek ah.” “Ayu tenan, sopan juga. Buklek harap kalian langgeng deh, ya Nduk ya ...” Buklek usap lengan putih Nara dengan lembut. Nara dan Firza auto tatap-tatapan kemudian tertawa canggung. Keduanya jadi salah tingkah. Kuping Firza pun mendadak berubah merah. “Yaudah kita pulang ya Buklek.” “Iya ... Hati-hati yo, kirim salam sama Mama kamu ya Za.” “Iya