Apa kau gemetar?

1163 Words
Keesokan paginya disaat Rose sedang berdiri menatap dirinya di depan cermin usai mandi tiba-tiba saja pintu ruang kamarnya di buka oleh seorang pelayan wanita bernama Fara yang tak lain adalah pelayan setia yang melayani Brenda. Fara begitu berani melangkah masuk ke dalam kamar itu meskipun dirinya tau bahwa Rose sedang menatap tajam kepadanya. Langkahnya itu diikuti oleh dua orang pelayan lainnya yang sedang membawakan sepasang sepatu serta perhiasan indah. Brruukk! Fara menjatuhkan sebuah gaun yang dibawanya keatas ranjang tidur. “Ini gaunmu yang akan kau pakai siang ini dan Nyonya Brenda bilang kau harus tampil cantik karena keluarga Dawson akan datang untuk membicarakan tentang pernikahan.” Fara terlihat begitu angkuh dihadapan Rose padahal dirinya hanyalah seorang pelayan sedangkan Rose yang ia anggap sebagai Rosie adalah majikannya. “Hei, kenapa kau diam saja menatapku seperti itu? Apa kau pikir aku takut dengan tatapan matamu itu, hah?” ucap Fara lagi yang masih mempertahankan keangkuhannya disaat Rose sedang melangkah mendekatinya sementara dua orang pelayan lainnya tampak tersenyum senang melihat keberanian yang Fara tunjukkan kepada majikan mereka. “Heh, kalau aku mengadukan sikapmu yang menyebalkan ini kepada Nyonya Brenda kau pasti akan-” Gedubbrraakk! Tubuh Fara langsung terpental menghantam dinding kamar setelah Rose menendangnya cukup kuat sedangkan dua orang pelayan lainnya terkejut setengah mati melihat apa yang dilakukan Rose barusan. Fara kesakitan bahkan dirinya seakan tak bisa bangkit lagi setelah menerima satu tendangan yang membuat tubuhnya menjadi sesak. Rose menyunggingkan senyuman disudut bibirnya seraya melangkah menghampiri Fara yang tampak meringis kesakitan sekaligus gemetar ketakutan. “Apa kau gemetar? Dimana keberanianmu tadi?” tanya Rose sedikit berbisik kepada Fara namun tatapan tajam itu terus tertuju kepadanya. “Heh, apa yang akan Brenda lakukan kalau kau mengadukan sikapku ini? Apa dia akan memukuliku seperti biasanya?” tanya Rose lagi namun Fara hanya menatapnya ketakutan. Tangan kiri Rose membuka laci kecil yang tak jauh darinya kemudian meraih sebilah pisau dengan ujung mata yang begitu tajam, lalu menghadapkannya tetap didepan mata Fara. “Apakah aku harus memotong lidahmu supaya kau tidak bisa lagi mengadu kepada majikanmu yang berhati iblis itu?” Mendengar perkataan Rose tubuh Fara semakin bergetar bahkan keringatnya terus mengucur di dahinya. “Bicaralah dengan suara lantang seperti tadi pelayan!” seru Rose justru menempelkan sebilah pisau itu kebibir Fara. Fara semakin bungkam lantaran takut pisau yang cukup tajam itu akan menggores bibirnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya saja untuk menanggapi perkataan Rose kepadanya. “Huh!” Rose mendengus kesal sembari menghempaskan wajah Fara di depan kedua pelayan yang juga gemetar ketakutan. Rose bangkit kemudian membalikkan tubuhnya menghadap kepada dua orang pelayan yang lantas menundukkan wajah mereka. “Letakkan semua itu diatas ranjang tidurku!” perintahnya kepada kedua pelayan itu yang langsung melakukannya. Rose melirik sejenak kepada Fara menggunakan ekor matanya. “Seret dia keluar!” perintahnya lagi kepada dua orang pelayan tersebut yang lantas membawa Fara keluar dari kamar. Setelah pintu kembali tertutup Rose menghampiri ranjang tidurnya dan meraih sebuah gaun yang diberikan untuknya. “Keluarga Dawson.” gumamnya kemudian kembali berdiri di depan cermin. “Erich Dawson! Haruskah aku menikahi pria angkuh dan kejam sepertinya?” gumamnya lagi sembari menatap dirinya di depan cermin. Diruang tengah Brenda terkejut setengah mati melihat pelayan setianya mengalami patah tulang setelah keluar dari kamar Rose. “Apa yang terjadi? Kenapa dia?” tanya Brenda begitu panik. “No-nona Rosie yang melakukannya, Nyonya.” sahut salah satu pelayan yang membawa Fara keluar dari kamar Rose. “Apa? Rosie yang melakukannya?” Brenda semakin terkejut mendengarnya. Pelayan satunya lagi pun lantas menceritakan apa yang sudah dilakukan Rose kepada Fara ketika mereka berada di dalam kamar. “Apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba saja berubah? Apa yang mendukungnya sehingga dia berani bertindak kasar seperti ini?” gumam Brenda bingung dengan sikap anak tirinya yang selalu bersikap menurut serta penakut kini berubah menjadi sosok wanita yang kejam dan pemberani. “Nyonya, sikap Nona Rosie berubah begitu kejam seperti monster.” ucap pelayan itu lagi kepada Brenda. “Jangan katakan apapun kepada Nyonya … jangan!” pekik Fara tak ingin kedua pelayan itu mengadukan apa yang dilakukan Rose terhadapnya lantaran takut dengan ancaman Rose yang akan memotong lidahnya. “Fara, ada apa denganmu? Kenapa kau bertingkah seperti ini?” tanya Brenda semakin panik ketika melihat Fara berkelakuan seperti orang yang sedang ketakutan. “Apa mungkin dia trauma?” gumam Brenda dalam hatinya ketika dirinya memperhatikan sikap yang Fara tunjukkan saat itu. Brenda merasa tak terima pelayan setianya diperlakukan seperti itu oleh Rose yang ia anggap sebagai Rosie. Ia pun segera mendatangi Rose ke kamarnya berniat untuk memberikannya pelajaran. Braak! Braak! Braak! Brenda menggedor pintu kamar Rose yang terkunci dari dalam. “Rosie, buka pintunya!” teriak Brenda kesal. Rose yang sedang berbaring diatas ranjang sembari memainkan ponselnya lantas berdecak kesal ketika dirinya mendengar suara teriakan ibu tirinya tersebut. Ia segera turun dari ranjang itu kemudian membuka pintu kamarnya untuk menghadapi Brenda. “Apa yang kau lakukan pada pelayan setiaku?” teriak Brenda begitu marah kepada Rose. “Heh, aku melakukan apa yang memang perlu kulakukan padanya supaya dia tau siapa aku dan siapa dirinya! Apakah itu salah, ibu tiriku?” sahut Rose tampak santai ketika menghadapi Brenda. Brenda meraih lengan Rose serta mencengkramnya dengan kuat. “Siapa yang mendukungmu sehingga kau berani menentangku juga semua pelayan yang ada dirumah ini, hah?” tanya Brenda dengan sikapnya yang begitu geram terhadap Rose. Lagi-lagi Rose menyunggingkan senyuman sinis disudut bibirnya seraya menepis tangan Brenda dari lengannya. “Kau masih bertanya siapa yang mendukungku?” Rose mendekatkan wajah yang tampak begitu sinis kepada Brenda. “Erich Dawson!” bisiknya kepada Brenda. “Heh, kau pikir aku akan percaya denganmu? Erich Dawson tidak akan pernah mendukungmu … perjodohan kalian terjadi karena adanya perjanjian diantara mendiang ayahmu bersama keluarga Dawson saat itu mendiang ayahmu membutuhkan bantuan mereka!” Tanpa sadar Brenda mengungkapkan perjanjian yang terjadi di masa lalu disaat Rose dan Rosie masih kanak-kanak. “Mari kita buktikan! Apa yang bisa kau lakukan setelah aku menyandang status sebagai nyonya di keluarga Dawson nantinya?” ucap Rose kian menantang Brenda yang semakin kesal terhadapnya. “Kau terlalu percaya diri!” seru Brenda masih berani meremehkan anak tirinya yang akan segera menikahi seorang pria yang cukup berkuasa di negara mereka. “Kau terlalu meremehkanku, Brenda!” balas Rose lagi-lagi menyunggingkan senyuman sinis serta licik dihadapan ibu tirinya itu. Merasa tak mampu melukai anak tirinya itu lagi setelah melihat keberanian yang luar biasa yang ditunjukkan kepadanya Brenda memilih untuk pergi meskipun amarahnya masih berkumpul di dalam hatinya. “Heh, kau belum tau siapa Erich Dawson … dia adalah pria yang sangat angkuh dan kejam sehingga siapapun tak berani menatapnya!” gumam Brenda dalam hatinya seraya melangkah menuruni anak tangga menuju lantai bawah. “Kau tunggu saja apa yang akan kau alami setelah kau menyandang status sebagai nyonya di keluarga Dawson … aku yakin kau pasti akan menjadi mayat hidup diatas ranjang pria kejam seperti dia!” gumamnya lagi dalam hati yang begitu yakin bahwa anak tirinya akan hidup sengsara lantaran menikahi pria kejam tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD