BAB 2

1026 Words
HENRY POV Aku adalah seorang pria yang berasal dari keluarga sederhana. Ayahku bekerja sebagai buruh pabrik dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Aku memiliki dua saudara yaitu Kakak pertamaku yang bernama Liza dan adik bungsuku yang bernama Brian. Dari kecil aku sudah terbiasa mencari uang sendiri karena aku tau orang tuaku tidak bisa membiayai pendidikanku dan saudaraku yang lain. Beruntung aku berprestasi di sekolah sehingga aku mendapat beasiswa dari pemerintah sehingga aku bebas dari biaya sekolah. Beberapa tahun kemudian, Kakakku menikah dengan kekasihnya sehingga tinggal aku, adikku dan kedua orang tuaku. Saat itu aku mulai memasuki pendidikan kedokteran di suatu universitas negeri. Begitu juga dengan adikku yang di terima di salah satu universitas negeri dan ia memilih jurusan teknik sipil. Sejujurnya aku sangat beruntung karena tidak semua orang bisa mengenyam pendidikan di salah satu univertas tertua yang banyak di minati oleh banyak orang. Suatu hari aku pulang ke rumah dan melihat kedua orang tuaku yang bertengkar. Ayah terlihat sangat marah dengan ibu dan aku berusaha melerai mereka karena aku tidak ingin ayah menyakiti ibuku. Lalu aku membawa ibu masuk ke dalam kamar dan rasanya aku tidak tega melihat ibu yang bersedih karena ayah yang berbuat kasar terhadap ibu. Selama ini ayah selalu bersikap kasar terhadap ibu karena kesalahan kecil yang ibu buat dan aku tidak bisa menerima ayah memperlakukan ibu seperti ini. " Aku tidak ingin melihat ibu menangis seperti ini. Aku berjanji akan melindungi ibu jika ayah berbuat kasar. Aku tidak akan membiarkan ibu di sakiti oleh ayah." Kataku sambil berjanji kepada ibu. " Terima kasih Henry. Ibu bersyukur memiliki anak sebaik dirimu. Jika tidak ada kau dan saudara - saudaramu, mungkin ibu sudah pergi dari rumah." Kata ibu sambil menangis di pelukanku. Tiba - tiba ayah menyuruh ibu untuk keluar dari kamar tetapi aku tidak membiarkan ibu untuk keluar karena aku tau ayah akan berbuat kasar terhadap ibu. Tidak beberapa lama ayah pergi dan aku hanya bisa melindungi ibu dari kejahatan ayah. Tidak beberapa lama aku mendengar suara motor dan ternyata Liza bersama suaminya yang datang ke rumah. Saat itu ayah terlihat senang dengan kedatangan Liza sehingga ini kesempatanku untuk membawa ibu pergi ke rumah kakaknya yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Aku mengajak ibu keluar dari kamar dan aku memilih keluar lewat pintu belakang rumah agar ayah tidak tau jika kami pergi dari rumah. Aku dan ibu menunggu transportasi yang lewat dan tidak beberapa lama kami melihat ada angkot sehingga kami lebih memilih naik angkot karena akan berhenti tepat di depan rumah kakak ibu. Setengah jam kemudian, kami sampai di rumah kakak ibu dan saat itu beliau sedang berada di teras dan ia sangat senang melihat kedatangan kami. " Ya Tuhan, sudah lama kau dan anakmu tidak berkunjung ke rumahku. Ayo masuk, aku baru saja selesai membuat kue kering karena besok ada pesanan dari kantor suamiku." Kata Tante Mira, kakak ibuku yang sudah ku anggap seperti ibu kedua bagiku. " Maaf jika mengganggu waktumu dengan kedatangan kami yang mendadak tanpa memberitahumu terlebih dahulu." Kata ibu sambil duduk di sofa. " Tidak masalah, justru aku sudah lama menunggu kedatanganmu kesini." Kata Tante Mira sambil menyerahkan kue kering yang ia buat kepada ibu. Saat itu kami terlibat perbincangan yang cukup serius karena kami membahas tentang perlakuan ayah yang semena - mena terhadap ibu dan Tante Mira sangat terkejut mengetahui sikap ayah sangat kasar kepada ibu dan Tante Mira menyarankan kepada ibu untuk menginap di rumahnya karena ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada ibu. Ibu terlihat tidak ingin memberatkan Tante Mira tetapi aku berusaha membujuk ibu untuk tinggal sementara di rumah Tante Mira sampai keadaannya membaik dan akhirnya ibu setuju untuk tinggal di rumah Tante Mira. Setelah selesai berbincang, aku berpamitan kepada ibu dan Tante Mira. Lalu aku memutuskan untuk mencari lowongan pekerjaan. Tidak beberapa lama aku melihat ada sebuah lembaga pendidikan yang membutuhkan seorang guru biologi dan aku mencoba menaruh lamaran di lembaga pendidikan itu karena saat ini aku sangat membutuhkan uang lebih untuk membiayai hidupku dan keperluan untuk pendidikanku. Tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul lima sore dan aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, aku melihat ayah yang menatapku dengan tatapan yang tajam dan ayah langsung menanyakan keberadaan ibu dan aku tidak mau memberitahu keberadaan ibu sehingga ayah sangat marah padaku dan berusaha membuatku mengaku dengan menarik kerah bajuku. Tiba - tiba Brian datang dan ia berusaha menjauhkan ayah dariku. Brian mencoba membujuk ayah untuk tidak bersikap kasar padaku dan saat itu ayah mulai tenang dan ia pergi begitu saja dari hadapan kami. Lalu Brian bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi dan aku memberitahunya jika tadi siang ayah dan ibu bertengkar sehingga aku membawa ibu pergi ke rumah Tante Mira agar ibu bisa terhindar dari amukan ayah. " Aku tidak akan membiarkan ibu di sakiti oleh ayah sehingga aku harus melindungi beliau dengan cara menyembunyikan ibu di rumah Tante Mira dan aku minta padamu untuk tidak memberitahukan keberadaan ibu kepada ayah." Kataku dengan nada tegas dan Brian hanya mengangguk tanda setuju. " Kakak tenang saja karena aku tidak akan memberitahukan keberadaan ibu kepada ayah." Kata Brian sambil menatapku dan aku tau ia bukanlah seorang pengadu. Sejak kecil kami sudah terbiasa melihat ibu dan ayah bertengkar dan hal itu sudah menjadi tontonan kami selama puluhan tahun. Aku tau dari dulu hubungan orang tuaku tidak akur karena ayah memiliki watak yang sangat keras dan ibu dari dulu selalu mengalah kepada ayah walaupun terkadang ibu berusaha melawan tetapi yang ibu dapatkan hanyalah sakit hati akibat perbuatan ayah yang kelewatan. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamar karena besok aku ada ujian dan aku tidak ingin mendapatkan nilai jelek karena masalah keluarga yang aku hadapi. Aku berharap segera di terima bekerja sebagai guru di salah satu lembaga pendidikan karena saat ini aku membutuhkan banyak biaya untuk menyelesaikan pendidikanku. Aku tau dari dulu ayah tidak pernah menyayangiku karena aku tidak pernah patuh padanya dan ayah lebih menyayangi Brian daripada aku. Sejujurnya aku sangat iri terhadap Brian karena ia selalu di manja oleh ayah dan semua keinginannya di penuhi ayah. Sedangkan aku di biarkan berjuang seorang diri dan aku harus bisa mempertahankan hidupku agar masa depanku lebih baik dari masa laluku yang tidak begitu menyenangkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD