Taman Lili

1057 Words
Rahel membawa nampan berisi gelas dan mangkuk kosong. Bekas Nyonyanya menyantap tadi. Melewati koridor demi koridor yang menampakkan interiaor klasik dengan d******i warna dongker dan cream. Sesekali ia berpapasan dengan pelayan lain dan hanya melengos. Akhir-akhir ini lingkungan pelayan agak bar-bar. Terang-terangan mengatai Rahel penjilat. Padahal mereka sendiri yang mendorong Rahel mengemban tugas pelayan pribadi Duchess Tiran. Ya, untungnya Tiran itu kini menjadi Tiren. Mati kemarin. Perubahan Duchess setelah melewati hidup dan mati membuatnya berubah lunak. Rahel dikira memanfaatkan keadaan untuk mendapat simpati. Yah, dasarnya orang-orang bermulut longgar. Apapun akan mereka jadikan santapan gosip. “Hm?” Atensi Rahel terarah pada sosok proporsional di depan sana. Pakaian ala bangsawan itu tak pernah gagal membuat karismanya bergelora. Membuat siapa pun tunduk dan terpesona. Sesuai etiket pelayan, Ia memberi hormat sebelum melanjutkan lagi jalan. Itu adalah pelajaran dasar yang tidak boleh dilupakan Rahel sebagai pelayan kepada majikannya, Duke Lukas. “Salam Tuan. Berkah Tuhan dilimpahkan pada pedang pelindung kekaisaran,” ucap Rahel sopan. Ia sedikit menekuk lutut dan menunduk. “Bagaimana keadaannya?” Orang ini adalah kepala keluarga Trancy. Sejak dulu dikenal sebagai pelindung kekaisaran. Nenek moyangnya adalah pahlawan berjasa. Entah berapa kemenangan yang diperoleh sampai detik ini. Duke Lukas pun tak luput menorehkan kemenangan itu. Prestasi gemilangnya membuat keluarga Trancy harum dikalangan bangsawan pun rakyat biasa. Namun, setelah kurang lebih tiga tahun menikah. Harum itu seakan ternoda oleh bau bangkai akibat rumor negative dari Lilyana Trancy yang punya pria simpanan. Emang bangke Duchess tukang selingkuh itu! “Nyonya Lilyana sudah sadar Tuan. Beliau langsung memakan serealnya dengan lahap.” Lukas melirik mangkuk ludes tak bersisa. “Tumben sekali. Biasanya dia tidak pernah menghabiskan makanannya.” “Sepertinya Nyonya ingin cepat sembuh.” Tidak mungkin kan Rahel bilang kalau Nyonyanya kelaparan seperti orang tidak makan tiga hari. “…. Bagus. Tetap awasi pola makannya. Itu tugas mu. Turuti apapun yang dia mau. Jika tidak ada. Kau bisa bilang ke kepala pelayan.” Rahel tersenyum ramah dan sekali lagi menekuk lutut. “Baik Tuan.” Tatapan Rahel menyendu. Menatap kepergian Tuannya. Sebenarnya ada satu rahasia yang disembunyikan Rahel. Peristiwa malam itu, orang yang datang adalah Duke Lukas. Dengan jelas Rahel melihat wajah murka laki-laki itu. Apa sebenarnya Duke Lukas mencintai Lilyana? Yah, itu masih menjadi pertanyaan. Sebab, pelayan yang dipaksa melayani Duchess ini sebenarnya baru dikerjakan beberapa bulan saja. Sebelumnya Rahel berada di tempat cuci pakaian. Entah kenapa saat itu tiba-tiba ia dipanggil dan berakhirlah seperti ini. Rahel juga heran satu hal. Malam itu ia mendapati Duke Lukas mengunjungi kamar Duchess. Saat itu Duchess belum sadar. Tidak tahu apa yang dilakukan Duke Lukas di dalam. Mungkin saja dia menyumpahi istrinya mati? Itu sebabnya Rahel tidak ingin memberi harapan palsu pada Nyonyanya. Jika ia bilang Duke Lukas yang menyelamatkan. Mungkin wanita itu akan luluh. Menyelamatkan belum tentu Duke Lukas mencintai istrinya. Logika saja, pernikahan mereka adalah antara dua keluarga besar. Jika Duke Lukas mendapati Duchess mati mengenaskan. Apa keluarga istrinya tidak akan murka? Mungkin karena itulah Duke Lukas masih mempertahankan. Lebih dari apapun, Rahel adalah orang paling depan yang ingin mereka hidup rukun. Jika terus seperti ini. Karirnya sebagai pelayan Duchess akan berhenti jika mereka cerai. Begitulah budaya di lingkungan bangsawan. Siapa pun yang diceraikan ia boleh membawa pelayan pribadinya. Kan Rahel tidak mau hidup menyedihkan bersama Nyonyanya! *** Ziya harus berlarian di koridor sebab menghindari Rahel. Sejak kemarin Rahel semakin ngelunjak. Menjejalinya ramuan-ramuan pahit. Katanya sih resep dari tabib guna kesembuhan. Tapi Ziya tidak percaya! Ziya yakin ada konspirasi dibaliknya. Mengingat bagaimana watak si pelayan tidak tahu diri itu. "Hah... hah... hah...." "Dia udah jauh kan?" Beruntung Ziya mengangkat dress panjangnya. Mengabaikan keanggunan yang seharusnya melekat permanen. Berkat itu Ziya bisa berlari kencang. "Ugh, sepatu ku lepas sebelah," gumam Ziya menatap kaki kanannya. Ya, akibat berlari seperti dikejar babi liar tadi. Ziya harus mengorbankan sebelah sepatunya. "Nyonyaaa....!" teriak Rahel. "Kemarilah. Nyonya harus minum obat. Kalau tidak.... bla... bla... blaa." Rahel mengoceh panjang kali lebar. Apa semua itu bisa membujuk Ziya? Oh tidak segampang itu ferguso. Sadar posisi Rahel, Ziya semakin berlari menjauh. Langkahnya berhenti entah di mana. "Hah... orang itu kekeuh banget sih!" dengus Ziya seraya menyugar rambut terurainya. "Ugh, kaki mungil ku," desis Ziya merasakan nyut-nyutan akibat kakinya menginjak banyak kerikil saat aktivitas berlari tadi. Kanan dan kiri ditolehnya. Sepi. Syukurlah, dengan begini Ziya bisa santai dari kejaran babi liar. Sebuah gazebo ditempati Ziya untuk beristirahat. Lautan hijau dan putih meneduhkan pandangan. Bunga lili mendominasi tempat ini. Menjadikannya sejuk dipandang. "Waah, kalau di real udah pasti jadi spot photo aesthetic nih. Berasa masuk ke dunia dongeng." "Eh lha... kan emang iya yak?" Tatapan Ziya menyendu. Ia dekati satu bunga lili. Dilihatnya lekat dengan binar kekaguman. "Baru kali ini aku liat lili asli. Ternyata bagus banget ya? Pantes harganya mehong." "Kenapa ada bunga lili di sini ya?" Kepala Ziya kembali celingukan. Menyisir sekitar. "Ini tempat apa sih?" Tadi Ziya memang asal melangkah saja. Sudah Ziya katakan bukan? Ia tidak tahu apapun tentang tempat ini. Tidak ada satu pun ingatan Lilyana diwariskan padanya. Tck! Menyebalkan! Dinding kaca. Kursi taman. Gazebo aesthetic dan bunga lili. Ah! Pasti ini rumah kaca! Seperti satu adegan di n****+ The Destiny. Saat Ethan menunjukkan rumah kaca pada Female Lead. Dia mengatakan, "hanya rumah kaca ini yang ku anggap rumah." "Apa maksudnya rumah kaca ini?" Sehelai kelopak lili Ziya sentuh. "Mungkin ini tempat kesukaan Lilyana. Makanya Ethan ngerasa damai ada di sini. Karena kelak, tempat ini bakal jadi kenangan berharga untuk Ethan." Berdasarkan alur n****+, Ethan berhasil melengserkan Duke Lukas, ayahnya di usia remaja. Kemudian menempati posisi sebagai kepala keluarga. Setelah kematian Lilyana secara tidak hormat di umur Ethan yang baru menginjak tujuh tahun. Ethan menyimpan dendam pada Ayahnya. Dalam balutan ketidaktahuan, Ethan harus menerima kebencian Lukas. Rumor perselingkuhan itu menjatuhkan Ethan kecil hingga ia harus menerima cibiran dari banyak orang. Ethan semakin membenci Lukas saat dia menikah lagi dengan Margaret. Teman masa kecilnya. Dari pernikahan itu lahirlah Gabriel Trancy. Masa suksesi, Gabriel dinobatkan menjadi penerus padahal umurnya masih muda. Sedang Ethan ditugaskan ke medan perang guna mengharumkan kembali nama keluarga. Darah dan keringat itu dibayar instan. Ethan kembali membawa kemenangan. Namun yang kembali hanya raga tanpa jiwa. Emosinya melebur. Menciptakan seonggok daging tanpa rasa welas asih. Dan di masa itu Ethan membunuh Ayahnya sendiri serta calon penerusnya. Menyisakan Margaret yang gila. Sejak itu Ethan dikenal Duke Tiran. Dan kedatangan Female Lead lah yang membuatnya luluh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD